"Politik itu kotor", sebuah kalimat yang menjadi stereotip masyarakat saat ini. 

Memang susah untuk kita persalahkan, dimana saat ini marak terjadi korupsi, jual-beli putusan hakim, ditambah pula dengan adanya media massa dengan pemberitaan timpang yang memberi benefit untuk salah satu pihak sementara merugikan pihak lain dengan kata-kata manis yang dipelintirnya. Premis-premis tersebut memang berkesimpulan bahwa politik itu kotor, namun mari kita lihat dari sudut baru yang bisa dibilang sedikit lebih segar, “Politik adalah seni mengatur orang lain”.

Politik adalah seni mengatur orang lain. Ya, itulah yang resensator tangkap dari buku yang ditulis pada abad ke-16 oleh Niccolò Machiavelli ini. Buku ini berjudul Sang Penguasa (versi Indonesia) atau Il Principe (versi asli Bahasa Italia) maupun The Prince (versi Bahasa Inggris). Di Indonesia buku ini diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama, alih bahasa oleh C. Woekirsari.  Buku ini ber-tagline Surat Seorang Negarawan Kepada Pemimpin Republik ini awalnya merupakan sebuah persembahan oleh penulis kepada Yang Mulia Lorenzo de’ Medici penguasa Florence, Itali. Namun di kemudian hari buku ini disebut-sebut sebagai buku penuntun politik modern. Buku ini sempat pula dilarang beredar karena si penulis buku ini, Machiavelli dianggap amoral dan terinspirasi setan.

 ”…untuk dapat memahami sepenuhnya sifat dan ciri rakyat, orang harus jadi raja, dan untuk memahami sepenuhnya ciri dan sifat raja-raja, orang harus menjadi warga negara biasa.” 
Sang Penguasa, Niccolo Machiavelli

 

 

 

Apa isi buku ini?

Jangan heran jika dalam buku ini banyak ditemukan kata-kata: tumpas, basmi, sampai bunuh. Jangan heran pula jika nurani Anda bergejolak karena isi buku ini penuh dengan cara-cara licik demi kekuasaan politik. Apa yang ditawarkan Machiavelli pada bukunya adalah seni, seni bagaimana cara seorang penguasa mengendalikan orang lain (warga negara dari berbagai macam kelas) untuk selalu setia kepadanya dan untuk menjaga kedaulatan kekuasaannya. Cara-cara yang ditawarkan tersebut berpedoman pada sifat dasar manusia (human nature) seperti: manusia itu tidak tahu berterima kasih, mudah berubah-ubah sikap, penipu, pembohong, takut menghadapi bahaya dan rakus mencari keuntungan.

Buku ini juga menjabarkan bagaimana membangun kualitas militer yang baik bagi sebuah negara, bagaimana mensiasati perjanjian dengan negara lain, bagaimana seorang raja menghindari kebencian dan tetap disegani rakyatnya. Salah satu poin penting untuk menjaga stabilitas politik adalah bagaimana penguasa menyikapi perselisihan antar kelas di dalam masyarakat: antara  penguasa (raja, presiden)- bangsawan (borjuis penguasa ekonomi)-rakyat biasa.

Pada akhirnya, kalau tidak bisa meraih kedua-duanya, lebih baik yang mana: penguasa yang dicintai atau penguasa yang ditakuti?

* * *

Saat ini, buku karya Machiavelli ini sulit dicari versi hard copy-nya. Untuk versi e-book sendiri telah banyak beredar di internet dan dapat diunduh gratis. Resensator sebagai tangan kedua memperoleh buku versi cetakan keempat tercatat tahun 1996. Harga yang tertera masih Rp 8.000,-.

Semoga bermanfaat!

 

PS: Resensator menganjurkan untuk mengesampingkan pandangan moral untuk memahami poin-poin dalam manual politik klasik ini demi mencapai orgasme kosmik.