Om Sawstiastu,

Melalui tulisan ini, saya hanya ingin sedikit berkeluh kesah dan berbagai sedikit kekhawatiran saya tentang bergesernya makna perayaan Nyepi, terutama pada saat rangkaian upacara pengerupukan.

Saya menulis artikel ini tepat pada malam pengerupukan, tepatnya setelah saya menikmati pawai ogoh-ogoh di Kota Denpasar. Dalam perjalanan pulang, ada banyak sekali pemadangan yang menurut saya cukup 'menarik' untuk kita renungkan bersama. Pemandangan itu adalah kegiatan atau acara 'minum' diiringi oleh musik 'jedag jedug' yang saya saksikan di beberapa titik di Kota Denpasar. Kegiatan ini kebanyakan diikuti oleh para pemuda yang sebelumnya ikut ambil bagian dalam mengangkat atau mengarak ogoh-ogoh (Istilah gaulnya: ngarak suud ngarak)

Bagi saya hal tersebut terlihat tidak cocok, atau tidak pada tempatnya. Kita  sudah melakukan rangkaian upacara hari raya Nyepi, persembahyangan tawur kesanga, hingga mengarak dan membakar ogoh-ogoh sebagai simbol dari Bhuta Kala dan hal-hal yang sifatnya negatif. Semua proses di atas dilaksanakan untuk membuat para Bhuta Kala dan hal-hal negatif tersebut mekaon atau kembali ke alam mereka sehingga keseimbangan alam dan dunia kembali dan tetap terjaga. Lucunya, kita kembali melaksanakan kegiatan yang dapat menarik Bhuta Kala dan hal-hal negatif untuk kembali (mengutip kata-kata guru saya, "sing payu Bhuta Kala ne mekaon").

Muncul pertanyaan dalam benak saya, "siapa Bhuta Kala sebenarnya? Apakah itu wajah-wajah seram yang kita arak tiap pengerupukan atau diri kita masing-masing?"

Patut kita renungkan bahwa Nyepi memang perayaang tahun baru. Akan tetapi, Nyepi adalah tahun baru yang berbeda dari perayaan tahun baru lain. Nyepi sepatutnya kita sambut dengan suka cita, hati yang terbuka, serta pikiran yang jernih dan tenang. Bukan dengan pesta pora. Karena Nyepi sejatinya untuk memohon kepada Ida Sang Hyang Widhi untuk menyucikan dan menyeimbangkan Bhuana Alit (alam manusia) dengan Bhuana Agung (alam semesta). Sehingga, saat tahun baru nanti, kita akan menjadi pribadi baru yang lebih positif. 

Saya bukanlah orang yang ahli atau menguasai ilmu-ilmu Agama Hindu. Saya pun sama seperti Anda, manusia biasa yang (mungkin) karma buruknya masih lebih banyak dari Anda. Saya hanya mencoba untuk mengajak seluruh umat se-Dharma apa mengingat makna dan tujuan dari hari raya Nyepi beserta dengan rangkaian upacara dan pernak-perniknya.

Semoga apa yang menjadi kekhawatiran saya, hanya menjadi kekhawatiran belaka untuk selamanya.
Saya juga mohon maaf apa bila tulisan saya ini masih jauh dari sempurna dan terdapat salah-salah kata.

Selamat hari raya Nyepi Tahun Baru Saka 1936

Om Santih, Santih, Santih, Om