Ketika berbicara tentang iman, pikiran kita biasanya langsung tertuju pada Tuhan. Tuhan, yang kerap kita pahami sebagai kecerdasan semesta, tidak hanya hadir di luar sana, tetapi juga berada dalam diri kita. Tubuh kita adalah manifestasi dari kecerdasan semesta ini. Karena itu, merawat tubuh adalah bagian penting dari iman kita.

Mari kita mulai dengan satu pemahaman mendasar: tubuh kita adalah sebuah kitab suci. Namun, membaca kitab suci ini tidak selalu mudah. Kadang-kadang, kita merasa bingung dengan pesan-pesan yang disampaikan oleh tubuh kita. Bagaimana kita bisa lebih memahami dan selaras dengan tubuh kita sendiri?

Tubuh berbicara dalam bahasa yang sangat halus, bahasa rasa. Untuk bisa mendengarnya, kita perlu meningkatkan kepekaan kita. Ini berarti menciptakan keheningan baik di luar maupun di dalam diri kita. Keheningan inilah yang memungkinkan kita menangkap pesan-pesan halus dari tubuh.

Contoh sederhananya adalah ketika kita ingin mendengarkan detak jantung kita. Dokter menggunakan stetoskop untuk mendengarkan suara jantung dengan jelas. Stetoskop ini membantu menghilangkan gangguan dari luar, sehingga hanya suara jantung yang terdengar. Hal yang sama berlaku ketika kita ingin mendengarkan tubuh kita secara lebih dalam. Kita harus melatih diri untuk menjadi lebih peka, lebih halus, dan lebih menerima.

Salah satu sinyal yang sering kita abaikan adalah rasa sakit. Nyeri adalah alarm yang diberikan oleh tubuh kita. Sama seperti alarm di rumah yang berbunyi ketika ada maling masuk, rasa sakit adalah cara tubuh memberitahu kita bahwa ada sesuatu yang salah. Sayangnya, seringkali kita justru memarahi alarm ini, mencoba mengabaikan atau menutupinya tanpa memahami pesan yang ingin disampaikan.

Misalnya, ketika kita merasa sakit di perut, tubuh kita mungkin sedang memberi tahu bahwa ada penurunan gula darah atau peningkatan asam lambung. Jika kita terus mengabaikan tanda-tanda ini, tubuh kita akan terus mencoba memberi tahu dengan cara yang lebih jelas, seperti gemetaran atau bahkan pingsan.

Kepekaan terhadap tubuh juga berarti kita harus peka terhadap kebutuhan dasar tubuh: makan saat lapar, minum saat haus, dan istirahat saat lelah. Sering kali, kita mengabaikan kebutuhan-kebutuhan ini demi menyelesaikan pekerjaan atau aktivitas lain. Padahal, dengan mendengarkan tubuh kita, kita sebenarnya sedang menjaga keseimbangan dan kesehatan kita sendiri.

Tubuh kita adalah seperti hewan peliharaan yang perlu diajak bicara dan diberi perhatian. Ketika kita memberikan perhatian dan merespon kebutuhan tubuh kita, tubuh akan merespon dengan memberikan kesehatan dan kesejahteraan. Namun, jika kita mengabaikan tubuh kita, sama seperti hewan peliharaan yang diabaikan, tubuh akan mulai memberontak.

Mencintai tubuh adalah bagian dari mencintai diri sendiri. Ini adalah bentuk ibadah yang sering kali terlupakan. Banyak orang berpikir bahwa mencintai diri sendiri adalah sesuatu yang egois atau tidak penting. Namun, sebenarnya ini adalah bagian penting dari iman dan penghormatan terhadap pemberian Tuhan.

Tubuh kita adalah kendaraan kita dalam hidup ini. Seperti kendaraan yang membutuhkan perawatan, tubuh kita juga memerlukan perhatian dan perawatan yang baik. Dengan merawat tubuh kita, kita tidak hanya menjaga kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental dan spiritual kita.

Maka, mulailah untuk lebih peka terhadap tubuh Anda. Dengarkan sinyal-sinyal yang diberikan, dan berikan apa yang dibutuhkan. Dengan demikian, kita tidak hanya merawat tubuh kita, tetapi juga merawat jiwa dan iman kita. Tubuh kita adalah salah satu dari keajaiban dunia, dan kita harus memperlakukannya dengan rasa hormat dan kasih sayang yang pantas.