Siapa yang tidak kenal SLANK?

Grup musik dengan jumlah penggemar terbesar di Indonesia, dengan segudang karya dan apresiasi. Saya pribadi, memandang mereka sudah bukan lagi sekedar sebuah grup band, namun sebuah ideologi. Sederhananya bisa kita sebut Slankisme.

undefined

Sumber Gambar

Sebagai sebuah panutan, SLANK sudah melewati hampir semua fase. Mereka pernah menjadi panutan yang sangat buruk, hingga menjadi panutan yang sangat baik. Dulu di tahun 90-an, saking kerennya SLANK, mereka menjadi sebuah standar perilaku gaul generasi muda. Bisa dibilang, SLANK adalah salah satu penyebab menyebarnya penggunaan obat-obatan terlarang di kalangan anak muda Indonesia saat itu. Dan selang beberapa waktu, SLANK juga lah yang menjadi virus penyebar tobatnya anak muda Indonesia hingga bisa lepas dari jeratan obat-obat terlarang itu. Begitu SLANK lepas dari obat-obatan, mendadak itu jadi perilaku yang keren yang harus ditiru anak muda.

Ya begitulah.

Belakangan ini, nama SLANK kembali menggemparkan Indonesia karena keterlibatan SLANK di politik. Keterlibatan SLANK di politik yang terang-terangan mendukung salah satu pasangan calon mulai jelas terlihat semenjak Pilgub DKI. Kini, pada Pilpres 2014, mereka kembali menentukan sikap mendukung Capres-Cawapres yang mana mereka dukung. Sebagian kalangan mungkin mengapresiasi positif langkah ini, namun tak sedikit juga yang kecewa.

"Ah.... SLANK, pahlawanku, akhirnya ikut-ikutan melacurkan diri ke politik. SLANK sudah tidak idealis lagi."

Mungkin, kurang lebih seperti itulah pikiran para Slankers dan simpatisan SLANK yang kecewa dengan langkah yang diambil SLANK di politik. Tidak ada yang salah. Setiap orang boleh berpendapat, menyuarakan apa yang dirasakan, bahkan dilindungi dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 dan 28 E Ayat 3. Begitu juga dengan SLANK, mereka sah-sah saja menunjukkan keberpihakannya pada salah satu pasangan calon.

Ini kemudian menjadi masalah karena SLANK bukanlah sekedar band, mereka adalah band dengan jumlah penggemar terbesar di Indonesia. Sebagian kalangan menganggap sikap SLANK yang menunjukkan keberpihakannya ke salah satu pasangan calon, merupakan bentuk penggiringan Slankers, -sebutan bagi penggemar SLANK-, agar mau memilih calon tersebut.

Sumber Gambar

Setelah berkarya lebih dari 30 tahun dan dianggap sebagai band teladan yang kritis dan turut serta dalam membangun generasi muda Indonesia, tidakkah SLANK membuat kesalahan besar karena sikapnya kali ini?

Jika kita mencermati lebih dalam perjalanan SLANK sebagai sebuah band, seharusnya kita sadar bahwa dunia politik bukanlah hal yang baru bagi SLANK. Band ini memang lahir dari kepekaan terhadap realitas sosial dan lingkungan, yang tentu politik juga termasuk di dalamnya. Sejak awal mereka berdiri, SLANK sudah mendapat predikat sebagai generasi penerus Iwan Fals dan Koes Plus, penyanyi solo yang kritis terhadap rezim kekuasaan saat itu.

SLANK menyuarakan apa yang jadi perenungannya, pergulatan hatinya, serta apa yang mereka lihat, dengar, dan rasakan terjadi di sekitarnya. Hal itu bisa kita lihat dari karya-karya mereka. Jika anda adalah seorang Slankers, anda akan sadar bahwa dalam setiap album SLANK pasti selalu ada lagu yang mereka ciptakan yang terkait dengan dunia sosial dan politik, dan itu konsisten mereka lakukan sejak album pertama mereka. Namun, di kalangan yang bukan Slankers, lagu-lagu mereka yang berbau politik seringkali tenggelam oleh lagu-lagu populer SLANK lainnya.

Beberapa contoh lagu SLANK tentang politik yang berhasil meledak di pasaran antara lain, Generasi Biroe, PISS, Orkes Sakit Hati, Tong Kosong, Gossip Jalanan, dan Bang-Bang Tut. Sebagai informasi tambahan, di album terbaru mereka, mereka juga menciptakan lagu politik yang tak kalah menginspirasi, judulnya "Ngindonesia". Di saat beberapa kalangan berpikir konsep Pancasila sudah usang dan tidak relevan lagi untuk kita jalankan, lagu "Ngindonesia" hadir sebagai jawaban atas semua keraguan kita tentang Pancasila.

Jika sedang ada waktu luang, coba dengarkanlah lagu-lagu tersebut dengan seksama dan dengan pikiran terbuka. Lagu-lagu tersebut memberikan kita keyakinan bahwa SLANK bukanlah band biasa yang hanya menyajikan musik dan menyanyi, namun juga kritis dan mengedukasi para penikmat musiknya. Sederhananya, ada pesan yang ingin mereka sampaikan melalui lagu yang mereka ciptakan.

Jika ukuran keberhasilan SLANK dilihat dari banyaknya jumlah Slankers dan jumlah bendera SLANK yang berkibar tersebar hampir di setiap konser meskipun SLANK tidak manggung, maka bisa kita simpulkan bahwa pesan-pesan dalam lagu SLANK sudah berhasil tersampaikan. Sepertinya, ada persamaan nasib dan rasa yang terjadi antara SLANK dan Slankers yang berhasil dijembatani melalui lagu-lagu yang SLANK ciptakan.

Secara pribadi, yang saya suka dari SLANK adalah sikapnya yang apa adanya. Apa yang mereka rasakan, itu yang mereka katakan, itu yang mereka nyanyikan, dan itu juga yang mereka laksanakan. Itu konsisten mereka lakukan baik dalam lagu mereka, wawancara mereka, dan gerakan-gerakan yang mereka lakukan. Menariknya, sikap apa adanya SLANK selalu dibarengi dengan pemikiran bijaksana yang dimiliki personilnya. Inilah yang menjadi kekuatan utama SLANK.

Semua hal itu tak lepas dari sejarah SLANK dan Gang Potlot. SLANK lahir dan besar di Gang Potlot, sebuah markas SLANK yang berlokasi di daerah Jakarta Selatan, tempat berkumpulnya musisi dan Slankers di tahun 90-an. Saat itu, trennya para musisi dan Slankers yang mengadu nasib di Jakarta, akan "menumpang" tinggal di Potlot. SLANK membuka pelukan yang hangat dan lebar menyambut kehadiran mereka di Potlot. Tidak ada diskriminasi, semuanya saudara, senasib sepenanggungan. Gang Potlot menjadi gang paling Indonesia, karena Slankers dan musisi dari ujung timur negeri ini hingga ujung barat negeri ini, dengan semua perbedaan karakter dan budaya, semuanya "numpang" di Potlot dengan damai. Mungkin inilah yang menyebabkan SLANK menjadi band yang banyak mendengar. Sehingga, pemikiran-pemikiran SLANK adalah pemikiran yang lahir dari sudut-sudut diskusi di Gang Potlot.

undefined

Sumber Gambar

Jika kemudian kita mengaitkan antara sejarah SLANK, termasuk di dalamnya semua pengalaman dan semua perjuangan yang sudah SLANK lakukan, dan memproyeksikannya pada sikap SLANK saat ini di Politik, mungkin kita perlu berpikir tujuh kali untuk mengatakan ini adalah sebuah kemunduran.

Secara sadar kita tahu mereka sudah tidak kekurangan apa-apa sebagai sebuah band maupun sebagai individu.

Mau mengejar jabatan? Untuk apa? SLANK saat ini sudah punya semua yang mungkin didapat ketika mengemban tampuk jabatan.

Butuh popularitas? Yang butuh popularitas SLANK atau Capres-Cawapres nya? Coba pikir lagi.

Butuh uang? Dengan semua kehidupan SLANK yang sederhana, rasanya terlalu mahal harga diri SLANK untuk bisa dibeli Capres-Cawapres. Lagipula, SLANK sudah buktikan mereka ikhlas dengan menggelar konser Revolusi Harmoni gratis bersama puluhan musisi lainnya.

Atau jangan-jangan mereka butuh dekat dengan pejabat-pejabat agar konser mereka tidak dicekal lagi? Hahaha... Ya, kalau pasangan calon yang mereka dukung menang. Kalau tidak menang, yang ada malah tidak bisa konser sama sekali dong. Kalau mau cari aman dan dekat dengan pejabat, rasanya tidak perlu sampai harus deklarasi dukung salah satu pasangan calon.

Lalu kira-kira apa motif mereka?

Sebagai Slankers, saya rasa sikap SLANK kali ini di politik adalah bentuk metamorfosis perjuangan mereka. Dulu mereka berada di luar sistem, mengkritik dengan bernyanyi. Alhasil mereka dicekal dan dibungkam dengan kekuatan kekuasaan. Meskipun demikian, saat itu cara itu lah yang paling efektif, karena terbukti berhasil membangkitkan kesadaran kolektif bahwa Indonesia sedang tidak baik-baik saja, dan lahirlah reformasi.

undefined

Sumber Gambar

Beberapa tahun kemudian, setelah lagu SLANK yang berjudul Gossip Jalanan meledak, mereka mengambil sikap berbeda dengan masuk dalam lingkaran sistem, SLANK bekerjasama dengan KPK. Seketika KPK menjadi pahlawan di hati masyarakat yang harus didukung bersama. KPK pun semakin berani dan tidak tebang pilih pada saat itu. Namun, lagi-lagi berakhir dengan Ketua KPK jadi korban. Dan bersamaan dengan itu, SLANK mendadak sangat amat sulit mengadakan konser. Hampir 3 tahun mereka menunggu sampai akhirnya mereka mendapat hak konsernya kembali seperti sedia kala.

undefined

Sumber Gambar

Kini di tahun 2014, SLANK hadir dengan formula "REVOLUSI CINTA", sebuah gerakan untuk mendukung orang baik, jujur, sederhana, berani, serta punya visi ke depan, untuk tergerak mau duduk di tempat yang memiliki peran-peran strategis, salah satunya di pemerintahan. Konsepnya sederhana, bahwa perubahan positif yang kita harapkan akan sangat lambat terwujud jika orang yang menduduki peran-peran strategis masih diisi orang-orang yang tidak punya integritas. Sudah saatnya orang baik mau terjun ke dunia yang selama ini dianggap kotor, dan yeah, tentu dunia politik salah satunya.

Melalui gerakan ini, SLANK mencoba mendaftar 1000 tokoh Indonesia yang bisa dijadikan teladan, yang memiliki kriteria seperti yang disebutkan di atas. Kemudian, dimasukkan dalam daftar REVOLUSI CINTA SLANK. Namun, sampai tulisan ini diturunkan, daftar nama tersebut baru terisi kurang dari 50 orang.

Keberpihakan SLANK dalam Pilpres 2014 bisa dibilang adalah salah satu bentuk tindak lanjut dari REVOLUSI CINTA yang sudah dikonsepkan SLANK. Mereka punya penilaian sendiri siapa saja tokoh yang masuk kriteria REVOLUSI CINTA, dan mereka sebelumnya sudah mengikrarkan diri akan mendorong dan mendukung tokoh-tokoh tersebut untuk masuk di posisi strategis.

Sumber Gambar

Jika Jokowi dan Jusuf Kalla memang mereka anggap masuk kriteria, bukankah sudah sewajarnya mereka mendukung pasangan tersebut dalam Pilpres 2014? Tentu dengan semua konsekuensi dan risiko yang mungkin terjadi. Termasuk, jika akhirnya mereka ditinggal para Slankers yang merasa sudah tidak sejalan lagi dengan pemikiran dan perjuangan SLANK.

Pada akhirnya, dalam perjuangan semuanya akan terus berubah dan berkembang. Diam bukan emas, tapi kemunduran. "Medan perang"-nya sudah berbeda, maka kita harus merancang strategi yang berbeda.

Dulu golput adalah suatu perlawanan, dan kini kita sadar bahwa golput adalah sikap yang hanya akan memberi pintu lebih lebar pada orang yang salah untuk menduduki posisi yang strategis.

Selama ini masyarakat Indonesia sangat kurang diberikan pendidikan politik. Masyarakat hanya dijejali informasi bahwa dunia politik adalah dunia yang kotor dan diisi oleh orang-orang yang kotor. Apa generasi muda terbaik kita mau terjun ke politik kalau citra yang dimunculkan seperti itu?

Sikap SLANK kali ini adalah salah satu bentuk pendidikan politik untuk masyarakat. SLANK secara terbuka berani menyatakan sikap berada pada posisi mendukung calon yang mana. SLANK juga mempersilahkan dengan tegas kepada Slankers untuk menentukan pilihannya sendiri sesuai hati nurani. Di saat yang bersamaan, SLANK juga selalu mengingatkan dan mengkampanyekan bahwa dalam demokrasi berbeda pilihan itu biasa, yang terpenting adalah kita tetap damai. Semua sikap-sikap SLANK itu bisa dilihat dalam wawancara personil, artikel-artikel, dan juga lagu "Salam 2 Jari" yang SLANK ciptakan dalam rangka Pilpres kali ini.

undefined

Sumber Gambar

Merasa Slankers? Apa yang harus dilakukan?

SLANK bukan Tuhan, mereka juga bisa salah dalam memilih. Jadikan sikap SLANK dalam politik hanya sebagai referensi dan bahan pertimbangan, bukan mentah-mentah diterima sebagai keputusan final harus memilih siapa. Kita lahir dari latar belakang dan pengalaman yang berbeda-beda. Pelajari dan pahami kedua pasang calon. Setelah mengenal kedua calon, tanggal 9 Juli 2014 datang ke TPS, pilih yang paling sesuai dengan hati kita masing-masing.

***

Satu hal yang pasti, siapapun yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden pada pemilu ini, SLANK masih dan akan tetap menjadi Parlemen Jalanan, yang akan tetap mengkritisi, dan mendorong pemerintahan agar tetap berjalan di jalur yang benar.

Sumber Gambar

 

Sumber Gambar Headline: AHOK.ORG