Tulisan ini adalah karya Maryadi Putra, finalis Jegeg Bagus Bali 2014 duta Kabupaten Buleleng. Karena sifatnya kompetisi, tim editor menjaga keaslian karya semaksimal mungkin. Yay! Selamat membaca, semoga bermanfaat!

Sejak tahun 1992, KTT ASEAN (Konfrensi Tingkat Tinggi ASEAN) ke-IV telah menghasilkan kesepakatan kerjasama “ASEAN Free Trade Area” yang biasa dikenal dengan AFTA. Pada tanggal 28 Januari 1992, AFTA Agreement disetujui oleh enam kepala negara dari anggota ASEAN yakni  Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Singapura, dan Brunai Darusalam. Tetapi pada perkembangan saat ini AFTA memperluas keanggotaannya, dengan masuknya anggota baru yaitu Vietnam (1995), Laos dan Myanmar (1997), Kamboja (1999). Dalam kesepakatan tersebut mereka ingin mewujudkan “Asia Tenggara sebagai kawasan perdagangan bebas yang menguasai pasar dunia”. Sehingga diharapkan para investor dari negara luar Asia Tenggara, tertarik untuk menanamkan modalnya. Bagaimanakah nasib Indonesia nanti, ketika ASEAN Free Trade Area (AFTA) diberlakukan? Apakah sudah ada kesiapan secara maksimal untuk itu? Dan Bagaimana dengan masyarakat di Bali?

Oleh karena itu tidak dapat dipungkiri masing-masing anggota ASEAN tersebut mempersiapkan diri untuk menyambut AFTA di tahun 2015. Banyak hal yang harus dipersiapkan oleh suatu negara, agar dapat masuk ke area perdagangan bebas. Kekuatan diberbagai sektor seperti sektor ekonomi, sosial, budaya dan politik, dapat menjadi tolak ukur siap tidaknya suatu negara menyambut AFTA 2015. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Hal ini bukanlah suatu pekerjaan yang mudah seperti membalikkan telapak tangan, tetapi merupakan pekerjaan yang membutuhkan kerja keras untuk saling tolong menolong melakukan berbagai persiapan untuk menghadapi era perdagangan bebas. Ini bukan tugas dan tanggung jawab dari pemerintah saja, tetapi tugas dan tanggung jawab bersama ( khususnya para generasi muda penerus bangsa).

Jika menyimak kondisi terakhir dewasa ini, boleh jadi Indonesia akan menjadi negara yang “gagap” menghadapi AFTA 2015 karena belum memiliki kesiapsiagaan yang kuat . Jangan-jangan pemberlakuan AFTA 2015 bisa menimbulkan “bencana” yang dapat menimbulkan banyak kerugian bagi Indonesia. Lalu bagaimanakah kesiapan masyarakat Bali dalam menghadapi pemberlakuan AFTA 2015?

 undefined

(Sumber Gambar : http://edukasi.kompasiana.com/2014/03/01/sambut-afta-2015-berlandaskan-nilai-moral-pancasila-634998.html)

Menghadapi AFTA atau Perdagangan Bebas ASEAN (ASEAN Free Trade Area) 2015 yang akan datang, sepertinya alarm peringatan harus dinyalakan dari sejak dini. Siapa saja yang ingin bersaing dituntut mutlak menjaga kedisiplinan, memacu skill dan profesionalismenya. Selain itu, generasi muda di Pulau Dewata diminta untuk meningkatkan kretifitas dan inovasi positif dalam persaingan menjelang dibukanya perdagangan bebas ASEAN atau AFTA 2015. “Kita tidak bisa memagari diri untuk membiarkan orang lain masuk. Itu tidak bisa dihindarkan kecuali memperisapkan menjadi generasi yang kreatif dan inovatif paling tidak dalam lingkup ASEAN.” Dengan adanya inovasi dan kreatifitas diharapkan generasi muda mampu menjadi generasi yang terampil dan kompeten ditengah gempuran pasar bebas ASEAN 2015. Perjanjian AFTA 2015 akan memberlakukan satu pasar dengan basis produksi utama diantaranya bebas aliran barang, bebas jasa, bebas investasi, bebas modal, dan aliran bebas tenaga kerja. Pembangunan ekonomi di Bali yang tumbuh semakin baik, membuat para pekerja dari berbagai bidang termasuk pengusaha di kawasan Asia Tenggara akan mengincar keberuntungan di Pulau Dewata. Adapun persiapan yang lebih penting untuk dilakukan terlebih dahulu adalah mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, setelahnya dapat melakukan perbaikan infrastruktur dan pengentasan kemiskinan.

Mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas

Sumber Daya Manusia yang berkualitas adalah salah satu faktor penentu kemajuan suatu daerah. Seperti yang telah diketahui, bahwa Pulau Dewata memiliki potensi alam yang indah, keberagaman budaya dan seni, serta keutuhan warisan leluhur yang masih tetap terjaga. Maka dari itulah, Bali atau yang lebih dikenal dengan Pulau Dewata telah mengantongi predikat sebagai salah satu tujuan pariwisata terfavorit di dunia. Bagaimana tidak? Citra eksotika Bali yang demikian tidak pernah kunjung surut direproduksi dari tahun ke tahun. Tak pelak, buku ‘The last Paradise’ dengan anak judul ‘An American’s Discovery of Bali in the 1920’ juga turut menjadi media kampanye ampuh yang mempromosikan citra eksotika Bali sejak tahun 1930 (Sunjayadi, 2006). Dengan potensi telah yang dimiliki oleh Pulau Dewata sangat disayangkan apabila tidak di dukung oleh Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Sehingga untuk menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas perlu dilakukan peningkatan Kualitas Pendidikan formal dan informal dengan melakukan uji kompetensi keahlian di masing-masing bidang pendidikan melalui sertifikasi yang sesuai dengan tuntutan AFTA 2015.

 undefined

 

(Sumber Gambar: http://edukasi.kompasiana.com/2014/03/01/sambut-afta-2015-berlandaskan-nilai-moral-pancasila-634998.html)

Seperti yang kita ketahui hingga saat ini telah banyak dibangun sekolah-sekolah swasta di Bali. Hal itu membuktikan bahwa kejasama antara pemerintah dan masyarakat di Bali telah terjalin dengan baik. Dengan tujuan utama yaitu untuk memberikan pendidikan yang layak bagi generasi muda, termasuk juga membantu pemerintah untuk mengentaskan masyarakat yang buta aksara dalam kaitannya untuk menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Selain itu juga, diharapkan pemerintah mampu memfasilitasi generasi muda yang kurang mampu untuk mendapatkan pendidikan yang layak sesuai.

Dengan adanya peningkatan infrastruktur (jalan, jembatan, gedung, dan fasilita umum) bisa meningkatkan mobilitas masyarakat, dimana nantinya roda perekonomian akan berjalan dengan baik. Dalam hal ini bentuk perhatian yang sudah dilakukan Pemerintah untuk memfasilitasi peningkatan infrastruktur diberbagai bidang dan sektor, dengan memberikan bantuan modal. Pembangunan jalan, jembatan dan infrastruktur lainnya menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa dana yang mereka pergunakan berasal dari dana swadaya masyarakat yang mereka kumpulkan secara gotong royong. Pemanfaatan dana ini haruslah tepat sasaran, sehingga tidak ada dana yang terbuang sia-sia. Pelaporan penggunaan dana ini dilaporkan ke Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) secara  jujur, jelas dan transparan. Melatih diri untuk tidak tirlibat dalam KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme). Program yang telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Bali untuk meningkatkan infrastruktur dan pengentasan kemiskinan adalah SIMANTRI, GERBANG SADU dan JKBM.

undefined

(Sumber Gambar: http://www.housing-estate.com/wp-content/uploads/2014/04/Jalan-Tol-Baru-di-Bali.jpg)

Program pengentasan kemiskinan yang dilakukan pemerintah memang sudah maksimal dilaksanakan. Tetapi, masih ada penanganan khusus yang harus dilakukan terhadap “Gepeng” atau sering disebut gelandangan dan pengemis yang saat ini masih marak terlihat.

undefined

(Sumber Gambar: http://city.seruu.com/read/2012/07/18/108947/kabupaten-buleleng-denda-para-gelandangan-dan-pengemis)

Semoga semua yang telah dipaparkan diatas mampu menjawab “Apakah masyarakat Bali akan siap menyambut AFTA 2015? Dan akankah kita terus merantau ke negeri orang untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Tantangan ini harus kita jawab bersama, baik oleh pemerintah, Semeton Bali, dan juga lembaga sosial kemasyarakatan.

 

 

 

 

 

 

 

Sumber Informasi :

http://sutrisno-budiharto.blogspot.com/2014/02/afta-2015-bisa-ciptakan-bencana.html

http://posbali.com/afta-2015-peluang-kerja-lulusan-smk-terbuka-lebar/

http://bali.antaranews.com/berita/52604/generasi-muda-diminta-tingkatkan-kreativitas-afta-2015

Prof.Dr. I Ketut Suastika, dalam "Generasi Muda Diminta Tingkatkan Kualitas AFTA 2015"

http://edukasi.kompasiana.com/2014/03/01/sambut-afta-2015-berlandaskan-nilai-moral-pancasila-634998.html