Lompatan ingatan dari masa lalu berlomba, berjejal di dalam pikiranku,

"di sebuah ruangan berlantai putih dengan tumpukan kasa steril, ampul obat-obatan, jarum suntik yang telah terpakai berserakan, seorang wanita terbaring di atas kasur, petugas sedang berusaha memasang jalur infus di tangan kiri, seorang lagi dengan keringat bercucuran memompa dada wanita itu. Aku berusaha keras mengingat semua ilmu yang kupelajari, semua tindakan yang mungkin dilakukan, untuk menyelamatkan wanita itu. Seorang pria menangis terisak, dan yang lainnya diam layaknya patung."

"Darah dari lututnya mengalir deras, aku berusaha menghentikan perdarahan tersebut secepat mungkin, kasa steril berlumur darah pria itu berserakan disekelilingku, dia hanya bisa menutup wajah dengan tangannya, sesekali bertanya separah apa kondisi lututnya."

"Pria itu datang dengan memeluk anaknya yang tersengal, berusaha keras untuk menghirup udara yang sangat dibutuhkannya, bibirnya membiru, tulang rusuknya tampak jelas saat dia bernapas."

"Demamnya belum juga turun sejak 3 jam yang lalu, pria itu tampak lemah, sebuah jalur infus terpasang di tangan kirinya. "kepala saya sakit sekali dok", keluhnya kepadaku"

Pintu UGD terbuka cepat membuyarkan lamunanku. Empat orang masuk dengan tergesa, membopong temannya yang berlumuran darah. Dibaringkan lelaki muda itu di tempat tidur UGD, tergeletak tidak berdaya. Jam tanganku menunjukkan pukul 03:00 dini hari, "mungkin kecelakaan bermotor", pikirku.

Segera kuhampiri, sembari memanggil petugas lainnya, saat kuajukan beberapa pertanyaan, seorang menghardikku "tolong dulu, jangan banyak tanya!!", sambil tersenyum kujawab ringan, bahwa bertanya kejadian yang menyebabkan pasienku berlumuran darah dari ujung kepala hingga ujung kaki diperlukan untuk menolongnya, saat itu petugas medis yang lain sudah mulai membersihkan luka-luka yang didapat lelaki itu. Dari penjelasan mereka kuketahui bahwa pasienku ini baru berumur 13 tahun, baru belajar mengendarai motor, dan baru saja menabrak mobil yang sedang parkir akibat ngebut dan kehilangan kendali atas motornya.

Kondisinya cukup parah, 5 giginya hilang, sebuah robekan sepanjang 4-5 cm ada dipipinya, matanya bengkak, dan luka lecet hampir di seluruh tubuhnya. Setelah kupastikan anak itu sadar baik, kubantu perawat untuk membersihkan luka di sekujur tubuhnya. Ayah anak itu tiba setelah 30 menit, pihak kepolisian yang memanggilnya, dia hanya diam terpaku menatap putra semata wayangnya berlumuran darah, tidak mampu berbicara akibat mulutnya penuh luka, sang ibu menangis tersedu sembari memeluk anaknya.

Sebuah kejadian yang cukup sering kita saksikan di lingkungan kita, kecelakaan bermotor, dengan korban/pasien adalah seorang anak di bawah umur. Siapa yang harus disalahkan? Apakah si anak? Atau orang tua?

Mungkin si anak, karena dia tahu bahwa berkendara di bawah umur itu dilarang, dengan banyak pertimbangan, entah ukuran tubuh, kondisi emosi yang belum stabil, dan entah apalagi lainnya, namun dia masih berkeras untuk mengendarai sepeda motornya. Bisa saja…

Atau mungkin, orang tua anak? Mereka tahu bahwa mengijinkan anaknya berkendara sebelum cukup umur adalah pelanggaran, dan berbahaya, namun dengan dalih rasa saying kepada anak, dan lain sebagainya, mereka mengijinkannya. Saat melihat anak mereka terluka, entah apa yang dipikirkannya…

Yah, saat itu aku tidak sempat memikirkan hal lain, aku hanya berusaha agar anak itu selamat, dan sehat…

PS : Tulisan ini dibuat saat sedang bosan, mohon permakluman untuk kekacauan yang dirasakan pembaca di dalam tulisan ini..