SEMARAKNYA PENGOLAHAN UPAKARA MODERN DI JEMBRANA

@rio_gablar

                        

 

Bali terkenal dengan budaya yang sangat kental dengan aturan adatnya,hampir disetiap wilayah di bali memiliki budaya yang berbeda sesuai adatnya, salah satunya ialah kabupaten jembrana.kabupaten jembrana sangat berbeda dengan wilayah di bali lainnya,terutama dalam bidang upakara yang di lakukan dalam setiap yadnya. upakara di kabupaten jembrana terlihat lebih sederhana dari pada upakara di belahan wilayah bali lainnya namun, di jaman modern ini mulai ada titik - titik kesenjangan budaya, khususnya di bidang upakara yang biasa kita lihat, hal ini mungkin terjadi karena ada faktor – faktor yang secara perlahan membuat kehilangan jati diri sebagi orang bali khususnya yang beragama hindu.banyak masyarakat jembrana dan para pemuda jembrana yang tidak tahu bagian-bagian upakara bali dan proses pembuatannya. salah satu bagian upakara di bali yang mungkin sering kita temui adalah daksina pejati,tamas, kelatkat, kelabang, kelangsah, canang sari dan sebagainya. seperti yang kita ketahui bahwa semua upakara itu dibuat dari janur dan bahan alam lainya yang di rangkai dengan semat antara bagian – bagian lain yang melengkapinya. namun karna kemajuan jaman,upakara di jembrana mulai terlihat ada yang kurang pantas,hal ini bisa kita lihat sekarang.banyak upakara bali yang terbuat dari ental atau ibung dengan alasan lebih awet bahkan merangkainya sudah tidak menggunakan semat lagi melainkan menggunakan jepret. banyak sekali kesenjangan seperti ini terlihat di masyarakat jembrana,upakara yang terbuat dari janur perlahan menghilang. banyak masyarakat jembrana lebih memilih upakara yang berbahan dari ibung maupun ental dengan alasan lebih awet dan tidak cepat busuk serta dapat di gunakan berkali – kali. tidak hanya banten saja bahkan di setiap hari raya suci galungan banyak kita melihat penjor yang terbuat dari bahan gabus,,ental,ibung dan sebagainya. yang semestinyya penjor itu kita buat sendiri, kini penjor dan banten bisa di beli. dari sini kita bisa melihat bahwa budaya bali serta tradisi bali khususnya di kabupaten jembrana mulai menghilang. inilah salah satu faktor yang menyebabkan banyak warga jembrana dan pemuda jembrana yang tidak tau persis dengan upakara di bali.mereka seakan – akan acuh dengan budayanya sendiri namun lebih perduli dengan budaya asing. penjor yang semestinya kita buat untuk hari raya suci galungan yang di buat dengan tulus iklas dengan bahan dari hasil alam namun kini terkesan untuk saling berlomba dan memamerkan kemampuannya dalam ekonomi maupun dalam kedudukannya dimasyarakat. lalu bagaimanakah nasib upakara bali kedepannya?

Untuk menanggulangi segala permasalahan di atas,maka jika bisa di setiap sekolah maupun desa yang ada di jembrana agar mengadakan pesraman untuk para pemuda pemudi jembrana agar mereka tidak awam dengan budayanya dan pada setiap hari raya suci agama hindu usahakan agar tidak membeli banten melainkan membuatnya sendiri dari bahan alam.cara ini di lakukan dengan tujuan agar masyarakat jembrana khususnya generasi muda mengetahui bagian-bagian upakaranya dan bisa membuatnya secara detail,tidak hanya menghandalkan beli.karena dalam pariwista di bali,dengan adanya yadnya dan upakara merupakan salah satu daya tarik wisata di bali.jangan sampai orang lain yang mengklaim atau mengakui budaya kita, di pasar maupun di tempat – tempat wisata banyak kita lihat penjual banten itu orang non hindu. Semestinya kita malu menjadi orang yang asli hindu namun tidak mengetahui peroses dan bahan pembuatan upakara bali.