Oleh : Rina Rastuti
Relawan KISARA PKBI Bali
Belakangan ini istilah banyak anak banyak rejeki nampaknya sudah sangat tidak populer. Justru pada jaman modern ini nampaknya banyak anak malah bikin susah. Karena itu banyak keluarga muda yang sekarang ini mengikuti berbagai macam program KB untuk “menghambat” laju pertumbuhan jumlah anak. Lebih dari 27,5% penduduk di Indonesia kini terisi oleh mereka yang berusia 10-24 tahun. Jumlah yang tidak bisa diabaikan, mengingat 2020-2030 segera Indonesia akan menghadapi bonus demografi. Sebuah kondisi yang menjadi peluang bagi Indonesia memaksimalkan potensi dari penduduk berusia produktif. Diskusi global mengenai potensi anak muda ini mulai mendapatkan perhatian cukup serius. Disebut sebagai Agent of Change, remaja menjadi tombak dari berbagai situasi yang diharapkan.
Salah satu diskusi global yang mendapat perhatian dengan adanya Sustainable Development Goals yang dirilis pada 2015 adalah mengenai keluarga berencana. Remaja dituntut untuk semakin bertanggung jawab terhadap pilihan dan dirinya sendiri. Perencanaan keluarga tidak hanya jenis kontrasepsi apa yang akan dipilih, tetapi pula berbagai kesiapan dan tanggung jawab dalam sebuah keluarga termasuk didalamnya aspek pendidikan, masa depan, kesejahteraan dan kesehatan.
Metode KB sangat banyak. Bagi mereka yang kelak masih ingin untuk menambah jumlah anak, ada berbagai macam pilihan alat kontrasepsi yang tersedia, mulai dari Kondom, Pil KB, Suntik, Susuk, dan lain-lain. Sedangkan bagi mereka yang sudah tidak ingin menambah jumlah anak atau yang disarankan untuk demikian karena situasi tertentu, ada dua jenis KB yang sebaiknya ditempuh, yaitu Tubektomi dan Vasektomi.
Tubektomi (dilakukan pada wanita) adalah proses pemotongan tuba fallopii sehingga sel telur tidak akan pernah sampai ke rahim. Sedangkan Vasektomi (dilakukan pada pria) adalah proses pemotongan vas deferens sehingga sel sperma tidak dapat menuju ke saluran pengeluaran. Nah, saat hendak memutuskan untuk mengambil langkah KB permanen ini, biasanya pihak wanita lah yang menjadi “korban” karena mereka yang harus menjalani tubektomi. Padahal proses operasi dan potensi resiko lebih besar. Ini semua terjadi karena budaya patriakal yang begitu dominan ditambah adanya berbagai mitos yang salah seputar vasektomi.
- Definisi Vasektomi
Vasektomi adalah salah satu metode pengendali kelahiran atau KB khusus pria dimana saluran sperma (vas deferens) yang berfungsi membawa sperma dari skrotum ke testis dipotong sehingga tidak ada sperma yang keluar bersama air mani ketika ejakulasi.
Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa setelah divasektomi, sperma tidak bisa lagi bergerak keluar dari testis sehingga tidak memungkinkan terjadi pembuahan. Seorang pria yang memutuskan melakukan vasektomi harus meyakinkan dirinya terlebih dahulu sebab seumur hidup dia tidak lagi bisa menghamili wanita. Vasektomi bisa dianggap sebagai metode kontrasepsi permanen, karena sekali melakukannya anda tidak bisa lagi memiliki anak selamanya. Tingkat keberhasilan vasektomi sangat tinggi, yakni 99,8%. Metode ini disebut juga sterilisasi dan dianjurkan hanya kepada suami yang tidak ingin istrinya hamil.
Vasektomi tidak berdampak pada kemampuan seksual pria tetapi berdampak pada kemampuannya memiliki keturunan. Selama kondisi fisik sehat, maka kinerja seksualnya akan baik-baik saja. Bedanya, setelah divasektomi pria tidak lagi memiliki sperma yang keluar dari penis untuk membuahi sel telur. Jadi sangat aman dari kehamilan yang tidak dinginkan.
Aman gak sih?? Pasti banyak yang menanyakan demikian, penyebab utamanya karena takut jika nanti ingin punya anak kembali atau ada pula yang takut gagal. Namun berdasarkan yang dikutip dari Mayoclinic, semua dokter sepakat menyebutkan bahwa vasektomi adalah metode pengendali kelahiran yang sangat aman dan efektif.
Nah berikut kelebihan lainnya dari vasektomi :
- Vasektomi 100% efektif mencegah kehamilan
- Vasektomi adalah salah satu jenis operasi ringan dengan tingkat risiko terjadi komplikasi sangat rendah.
- Biayanya lebih murah dibandingkan tubektomi
- Nantinya tidak lagi membutuhkan kondom saat berhubungan atau istri tidak perlu ikut kontrasepsi.
Dikutip dari yahyakurniawan.net, dimana sang penulis merupakan orang yang sudah menjalani vasektomi, menyebutkan mitos-mitos yang kerap ada di masyarakat. Berikut beberapa mitos yang diulas :
Wah, ini jelas mitos yang amat sangat menyesatkan. Operasi vasektomi dilakukan hanya dengan sedikit melukai pangkal penis. Bekas lukanya saja hanya sekitar 5 mm.
Vasektomi bukan kebiri. Jadi para pria sama sekali tidak perlu kuatir karena tidak ada bagian dari kejantanannya yang diambil. Penis Anda tetap berfungsi normal seperti sebelumnya. Bahkan Anda sebenarnya tetap memproduksi sel sperma, hanya saja sel tersebut tidak berhasil menuju ke tempat yang benar karena salurannya sudah dipotong. Tentu saja tetap ada cairan yang keluar. Memangnya lalu diganti dengan hembusan angin? Cairan yang keluar saat ejakulasi itu adalah cairan semen. Sebelum vasektomi, cairan semen itu mengandung sel sperma. Setelah operasi, sel sperma itulah yang hilang dari cairan semen.
Komentar