Pulau Bali yang tersohor dengan pesona alam, tradisi, budaya, serta keramahan masyarakatnya, seakan menjadi daya tarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara untuk datang berkunjung ke pulau dewata Bali.

Pulau dewata bermakna pulau tempat bersemayamnya para dewa dan memiliki keterkaitan yang erat dengan pelaksanaan ritual serta upacara adat dan keagamaan oleh masyarakat yang beragama Hindu di Bali. Berbagai aktivitas spiritual dan pelaksanaan berbagai norma kehidupan masyarakat, diyakini akan menjaga keseimbangan tiga komponen alam semesta yaitu:

  • tercapainya hubungan harmonis manusia dengan Sang Pencipta,
  • terciptanya keharmonisan antar manusia, serta,
  • keharmonisan manusia dengan alam sekitarnya.

Keharmonisan alam semesta tersebut mulai goyah ketika masyarakat dihadapkan kepada kecanggihan teknologi dan kemudahan akses pada era industri 4.0 atau yang lebih dikenal dengan sebutan era millenial.

Kaum millenial semakin menjauh dari kelekatan norma kehidupan yang diwariskan oleh para leluhur. Norma-norma kehidupan yang begitu tinggi dan diwujudkan dalam bentuk ritual, tradisi, budaya, hingga adat istiadat dan berbagai perangkat pendukungnya mulai terdegradasi seiring dengan pergeseran prioritas kehidupan. Degradasi norma kehidupan yang sarat akan makna yang berfungsi untuk menata kehidupan masyarakat dapat dilihat dari keberadaan Samsara yang tergerus oleh arus globalisasi.

Samsara merupakan istilah yang menggambarkan keyakinan masyarakat Hindu di Bali akan berbagai tahapan hidup manusia yang ditandai dengan pelaksanaan upacara dan ritual adat. Dua hal tersebut bermuara pada kepercayaan masyarakat Hindu di Bali akan tugas hidup sebagai manusia yakni untuk mencapai kesempurnaan, suatu keadaan dimana sang jiwa dapat menyatu dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Tampilan Rekonstruksi Tahapan Kehidupan Manusia Bali Ketika Berumur 105 hari 

yang disebut dengan Upacara Nelu Bulanin

 

undefined

Sumber gambar : Akun instagram Samsara Living Museum (samsara_bali) 

Degradasi norma kehidupan ini mengisyaratkan kepada manusia untuk dapat merenungkan kembali apa yang menjadi nilai-nilai budaya dan spiritual yang merupakan jiwa dalam kehidupan. Usaha konservasi dan preservasi berbagai norma kehidupan masyarakat Bali di tengah geliat millenial pun harus segera diupayakan. Salah satu bentuk perlindungan dan pelestarian akan nilai dan norma kehidupan masyarakat dapat diwujudkan melalui sebuah museum kehidupan yang dapat merekonstruksi ulang siklus kelahiran hingga kematian manusia di Bali dalam berbagai ritual kegamaannya, sehingga nantinya dapat sekaligus berfungsi sebagai media pembelajaran bagi masyarakat khususnya kaum millenial.

Siklus kehidupan tersebut dibingkai dalam pelaksanaaan upacara dan ritual keagamaan yang kemudian dieksplorasi dalam segi makna sehingga dapat memberikan pengetahuan akan nilai-nilai peradaban sekaligus mengintegrasikan antara pengetahuan lokal dengan pengalaman praktis sebagai transformasi pengalaman  budaya yang bernilai. 

Alur Perjalanan Wisata Museum Kehidupan Samsara

undefined

Sumber gambar : Samsara Living Museum Booklet

Museum kehidupan yang diberi nama Samsara Living Museum ini dibangun atas prakarsa dari Yayasan Saraswasti Kumudasari Jagathita bersama masyarakat Jungutan Kabupaten Karangasem. Keberadaan museum ini juga diharapkan dapat mengapresiasi keunikan budaya dan tradisi masyarakat Hindu di Bali.

Di samping menampilkan berbagai tahapan hidup masyarakat Hindu di Bali, museum yang mulai dibuka untuk umum pada tanggal 1 Agustus 2019 ini juga menawarkan berbagai pengalaman untuk ikut serta dalam aktivitas masyarakat Hindu di Karangasem seperti membuat alat upakara, membuat arak (minuman khas masyarakat Bali yang terbuat dari hasil fermentasi nira mayang kelapa), membuat anyaman bambu, serta melihat secara langsung tanaman keperluan upacara keagamaan yang dibudidayakan disana. Hal yang tidak boleh terlewatkan ketika berkunjung ke museum ini adalah pengalaman berada di dapur museum yang dirancang sedemikian rupa untuk menciptakan suasana dapur tradisional sebagai tempat untuk menyiapkan berbagai masakan tradisional saat perayaan ritual maupun ketika hari-hari biasa.

Suasana magibung (makan bersama khas Karangasem) juga menjadi pengalaman unik yang patut dirasakan ketika berkunjung ke museum kehidupan ini.

Dapur Tradisional Samsara Living Museum

undefined

Sumber gambar: Akun instagram Samsara Living Museum (samsara_bali)

"Indonesia tak tersusun atas batas peta, tapi gerak dan peran kaum muda," Najwa Shihab. Sebagai kaum muda dalam era millenial, mari bersama-sama mengambil bagian dalam upaya pemuliaan nilai-nilai warisan leluhur yang dapat kita jadikan sebagai pedoman yang diciptakan pada masa sekarang untuk menjaga hubungan secara horizontal (sesama manusia dan lingkungan) maupun secara vertikal (kepada Tuhan Yang Maha Esa) hingga di masa yang akan datang.

Because the nation’s culture resides in the hearts and in the soul of its people.

 

Referensi :

Gunarthawa, Agung. 2019. Samsara Living Museum Booklet. Karangasem: PT. Laguna Giri Komunika.