Awal tahun Tikus ini merupakan mimpi buruk bagi seluruh masyarakat dunia. Pasalnya di awal tahun ini kita harus berperang melawan virus yang tak dapat terlihat oleh kasat mata. Mirisnya semua Negara di belahan dunia sedang siaga dalam menghadapi Pandemi ini, tak terkecuali Indonesia. Negara Maritim ini tengah dalam situasi siaga untuk menghadapi COVID -19. Penyebarannya terjadi begitu cepat disetiap Pulaunya, termasuk Pulau Bali. Pulau yang dikenal dengan sebutan Pulau Dewata ini tengah dalam situasi yang cukup memperihatinkan dan meresahkan.

Pulau Bali dikenal oleh seluruh belahan Negara dengan sektor Pawiwistanya. Pariwisata yang merupakan sumber pendapatan terbesar di Bali sekarang ini mengalami penurunan, banyak industry pariwisata yang harus ditutup untuk memberhentikan penyebaran COVID-19, termasuk sector Pariwisata yang berada di Kabupaten Badung yang memang Kabupaten ini merupakan pintu masuk bagi para wisatawan. Seperti yang kita ketahui bahwa Badung sangat bergantung pada sector Pariwisatanya, tak dapat dipungkiri banyak warga Badung yang bergantung pada sector ini mulai luntang-lantung meratapi hari esok. Semakin banyaknya pariwisata yang ditutup di Kabupaten Badung maka semakin meningkat pula jumlah pegangguran yang ada.

Kabupaten Badung mencatat, per 31 Maret sejumlah 1.781 orang pekerja pariwisata dirumahkan dan 39 orang terkena PHK di Badung akibat dampak dari virus corona (bisinis.com). Sebagian besar jumlah pekerja yang dirumahkan adalah pegawai hotel karena hotel ataupun villa sudah tidak mampu beroprasi lagi. Alasan Hotel ataupun Villa yang berhenti beroprasi ini karena, tidak mungkin lagi menutupi biaya operasional jika tetap beroprasi. Biaya untuk operasional hotel mencapai 50%dari total pendapatan, sedangkan okupansi saat ini kurang dari 10%. Banyak para hoteliers yang berbesar hati mau untuk melakukan unpaid leave (mengambil cuti tanpa digaji) tapi mau sampai kapan?. Padahal mereka berepran penting dalam membantu pemasukan devisa Negara. Saat ini seluruh Hotel di Indonesia khususnya Bali sedang menangis karena pembayaran listrik, PDAM, pajak dan kewajiban kepada bank harus didahulukan diatas kepentingan karyawan hotel. Mentri Pariwisata yakni Bapak Wisnutama bersama petingi Negara lainnya sudah mulai memikirkan cara untuk menghadapi anjloknya Pariwisata saat ini. Tetapi lebih bagus baik lagi jika petinggi Negara juga mengundang Pemangku Kepentingan Pariwisata, seperti para pengusaha dan karyawan untuk ikut bergabung dalam menyuarakan pemikiran mereka, karea merekalah yang amat sangat merasakan dampak dari Pandemi ini.