oleh : Ari Kurnia
Relawan KISARA PKBI Bali
Belakangan, realita yang terjadi di masyarakat, banyak remaja yang terjerumus dalam perilaku seksual berisiko. Salah satu faktor penyebab terjadinya hal tersebut adalah minimnya pengetahuan kesehatan seksual dan reproduksi di kalangan remaja, khususnya mengenai masa subur. Pengetahuan ini, sebaiknya diketahui sejak dini. Selain sebagai “bekal” untuk kehidupan berumah tangga nantinya, juga dapat sebagai proteksi dini bagi remaja agar terhindar dari perilaku seksual yang berisiko.
Apa sih Masa Subur ?
Masa subur merupakan penanda seberapa besar peluang kehamilan terjadi. Pada saat masa subur, sel telur berada pada keadaan yang matang, serta sudah siap untuk dibuahi. Namun apabila pembuahan tidak terjadi, sel telur yang matang tersebut akan luruh dan terjadilah menstruasi.
Mengetahui Masa Subur
a. Siklus Haid
Masa subur akan mudah diketahui jika siklus haid anda setiap bulannya lancar dan normal. Ada ahli yang berpendapat sikulus haid normal 28 hari, pertengahan siklusnya hari ke – 14 ( 28 : 2 ), masa suburnya 3 haari sebelum hari ke -14, yaitu ( 14 – 3 ) dan 3 hari setelah hari ke -14 yaitu hari ke -17 ( 14 + 3 ) adi masa subur terjadi pada hari ke -11 dan hari ke -17 Ada pula cara / rumus lainnya dalam menghitung masa subur dengan sistem kalender, seperti berikut ini : Masa Subur = Hari Terakhir Haid Menstruasi + 13 Masa Prasubur = Masa Subur -3 & Masa Subur + 3 jika siklus haid teratur ( 28 hari ) : * Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 * Masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke- 16 dalam siklus haid Jika siklus haid tidak teratur : * Catat jumlah hari dalam satu siklus haid selama 6 bulan (6 siklus). Satu siklus haid dihitung mulai dari hari pertama haid saat ini hingga hari pertama haid berikutnya. * Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini menentukan hari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.
b. Perubahan sekresi lendir leher rahim ( Serviks )
Masa subur juga bisa diketahui lewat pemeriksaan getah lendir (mukus) mulut rahim (serviks). Ini pun dapat kita lakukan sendiri. Caranya, lendir dari mulut rahim diperiksa setiap hari. Hormon Estrogen mencapai puncaknya pada saat ovulasi biasanya lendir rahim jadi agak encer dan bila diraba dengan jari telunjuk atau ibu jari, lalu rekatkan lendir tersebut seperti membentuk benang dengan jarak 2 – 3 cm, jika lendir tersebut terputus tandanya tidak subur, dan apabila lendir tersebut tidak terputus maka ada dalam masa subur, tingkat keberhasilan dengan cara ini hanya sekitar 60% – 70%. Lendir rahim berwarna bening, mungkin elastis, mudah pecah, lembut, licin seperti putih telur yang mentah. Elastisitas ini dikenal sebagai efek Spin yng menunjukkan lendir subur. Untuk lebih yakin lendir yang keluar dari mulut rahim dapat diperiksa oleh ahli pada objek gelas dibawah mikroskop, apabila lendir yng terjadi pada masa subur akan terlihat seperti daun pakis. Ada yang perlu diingat selama pemeriksaan lendir serviks, yaitu : - Jumlah dan kualitas lendir bervariasi pada perempuan satu dengan lainnya, termasuk dengan siklus itu sendiri. - Setiap perubahan sensasi, jumlah lendir juga harus diperhatikan - jika sulit untuk mendeteksi lendir dari luar, bisa diketahui setelah berolahraga atau setelah buang air besar - Kegel ( gerakan mengerutkan otot pinggul bagian bawah seperti sedang menahan kencing ) terkadang dapat membantu pengeluaran lender
c. Ukur suhu tubuh
Suhu tubuh normal basanya 35,5 – 36 derajat celsius. Pada waktu ovulasi turun dulu dan naik kembali mencapai 37 – 38 derajat celcius dan tidak akan kembali ke suhu normal 35 derajat. Kenaikan suhu tubuh terjadi apabila sudah terbentuknya Progesteron yang bertugas menyiapkan jaringan dalam rahim untuk menerima sel telur yang telah di buahi. Caranya lakukan pengukuran suhu tubuh pada pagi hari setelah bangun tidur sebelum melakukan aktivitas apapun, kemudian masukkan termometer ke dalam dubur atau mulut vagina selama 5 – 6 menit. Tutup kembali mulut vagina selama pengukuran berlangsung, lakuakn hal ini setip hari pada jam yang selama 3 bulan. Jangan lupa untuk mencatat setiap hasil pengukuran sampai membentuk kurva dengan syarat selama menentukan masa subur dengan mengukur suhu selama 3 bulan : suhu tubuh tidak boleh dalam kondisi demam, jangan tidur dibawah lampu yang panas, dan jangan tidur dengan menggunakan AC dalam suhu yang sangat tinggi.
Penyebab / masalah masa subur wanita
1. Infeksi Infeksi atau peradangan yang sudah lalu atau kronis dapat merusak indung telur dan menghambat kelangsungan pertemuan antara sel telur dengan sel sperma
2. Terganggunya sel Telur Adanya kelainan atau gangguan pada sel telur yang menghambat pembuahan seperti: Kista, Endometriosis atau Tumor
3. Ketidak seimbangannya Hormon Ketidakseimbangan hormon dapat mengakibatkan teadinya pelepasan sel telur dari indung telur dan berpengaruh pada produksi hormon Progesteron. Salah satunya hormon Hipopysa ( terletak di kelenjar bawah otak ) yang dapat membantu perangsangan pada sel telur, tetapi jika terdapat tumor atau penykit lainnya yang meradang pada kelenjar Hipopysa, stimulasi pertumbuhan pad sel telur tidak dapat terjadi dan produksi sel telur terganggu.
4. Getah Serviks Kehamilan sulit dicapai apabila getah serviks yang mengandung antibodi atau anti-imun, zat penolak sperma. Keadaan ini dapat diketahui setelah melakukan aktivitas seksual, getah lendir diambil usai hubungan seksual. Lendir yang mengandung antibodi mengakibatkan banyak sel sperma mati dan tidak bergerak.
5. Kerusakan Struktural Kerusakan Struktural biasanya terjadi pada rahim ( tempat dimana tumbuhnya janin ). Janin dapat karena teridentifikasinya infeksi, permukaan yang abnormal, fibroid ( tumor jinak ), kanker dsb.
Masa Subur dan Kehamilan Tidak Direncanakan
Pengetahuan tentang masa subur bagi remaja begitu besar kaitannya dengan kasus Kehamilan yang Tidak Direncanakan (KTD). Berdasarkan data yang diperoleh dari Klinik Perhimpunan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Bali, tercatat jumlah remaja yang mengakses pelayanan dengan kasus KTD pada tahun 2012-2014 sebesar 584 kasus (usia 10-24 tahun). Kasus KTD terbanyak terjadi pada rentang usia 15-19, yakni sebesar 334 kasus.
Hal tersebut tentu saja sangat memprihatinkan. Dengan pengetahuan kesehatan seksual dan reproduksi yang masih rendah, menyebabkan munculnya rasa ingin tahu dan coba-coba berdasarkan atas ketidaktahuan. Disamping itu juga masih banyak adanya mitos-mitos yang beredar di kalangan remaja, seperti halnya melakukan hubungan seksual saat sedang menstruasi tidak akan menyebabkan kehamilan. Tentu saja hal tersebut tidak benar! Kehamilan dapat terjadi kapan pun, selama terjadi pertemuan antara sel telur dengan sperma. Namun, kemungkinan terjadinya kehamilan lebih tinggi apabila seseorang melakukan hubungan seksual pada masa subur dibandingkan periode waktu lainnya.
Komentar