Tulisan berikut adalah karya Tika Retika, finalis Jegeg Bagus Bali 2014 duta Kabupaten Karangasem. Karena sifatnya kompetisi, tim editor menjaga keaslian karya semaksimal mungkin. Yay! Selamat membaca, semoga bermanfaat!

Kulkulbali.co

 

Siapa yang tak kenal pulau dewata? Surga dunia dengan daya tarik pariwisata yang mengagumkan, keanekaragaman budaya sebagai identitas pulau dewata, adat istiadat sebagai penata aktivitas yang masih sangat kental, serta seribu pura yang menandakan mayoritas masyarakatnya yang beragama Hindu. Begitulah Bali dikenal hingga ke dunia internasional dan menjadikan Bali selalu hidup untuk Pariwisata Nasional. Pulau yang letaknya sangat strategis ini merupakan magnet yang dapat menarik para wisatawan untuk berkunjung dan lebih mengenal wajah Bali sebagai bagian terbaik dari Indonesia. Berada pada peringkat kedua dalam kategori pulau terbaik di dunia tahun 2012 versi majalah Travel+Leisure dan peringkat pertama dunia untuk wisata impian tahun 2013 versi Huffington Post, menjadikan Bali semakin diminati sebagai destinasi terfavorit dunia.

Panorama keindahan pantai dan pesona alam bawah laut, sejuknya pegunungan dan asrinya persawahan, perbukitan yang menawan serta kelestarian hutan-hutan merupakan aset terbesar yang dimiliki Bali sebagai destinasi pariwisata favorit. Namun, bagaimana kondisi aset tersebut saat ini? Maraknya pembuangan limbah dan sampah ke pantai yang mencemari biota laut, penggunaan pestisida yang merusak tatanan ekosistem, perbukitan yang dijadikan objek pembangunan pariwisata dan penebangan hutan secara ilegal yang meningkatkan polusi udara dan bencana alam akibat ulah manusia. Begitulah yang terjadi pada aset terbesar Bali saat ini.

Isu pergeseran budaya di Bali juga telah terjadi namun belum menonjol dan disoroti sebagai hal yang menyimpang. Ada tiga hal yang menyebabkan pergeseran budaya Bali, yaitu degenerasi bangunan khas Bali, cara berpakaian adat masa kini dan penurunan minat generasi muda pada tarian budaya Bali. Bangunan bernuansa Bali dengan ciri khas berupa ukiran yang menjadi salah satu identitas budaya Bali, kini cenderung mengalami degenerasi menjadi bangunan modern bertingkat ala kehidupan yang dianggap lebih maju. Hal ini terlihat dari semakin minimnya bangunan khas di Bali serta semakin banyak pembangunan rumah dan hotel-hotel desain modern. Pada kehidupan saat ini, masyarakat Bali juga sudah terpengaruh oleh maraknya arus globalisasi yaitu cara berpakaian adat ke pura yang tidak sesuai dengan adat istiadat di Bali, entah bersumber dari mana dan tidak diketahui pencetus utamanya. Mulai dari cara memakai kamen yang menciut dan tinggi, model pakaian yang transparan dan berlengan pendek sehingga seseorang yang seperti ini terkesan hanya ingin bergaya untuk ke pura. Yang paling penting adalah generasi muda saat ini cenderung lebih ingin mendalami tarian modern daripada tarian budaya Bali. Saat ini generasi muda sedang berlomba-lomba untuk ajang tarian modern yang dianggap lebih berkelas dan elit. Ketiga hal tersebut merupakan faktor utama penyebab pergeseran budaya Bali yang seharusnya dijaga dan dilestarikan.

Dengan kondisi pariwisata dan budaya saat ini, akankah Bali tetap asri dan menjadi tujuan wisata favorit dunia yang sesungguhnya? Sebagai masyarakat Bali tidakkah Anda merasa sedih dan kecewa? Jika seluruh masyarakat berperilaku yang tidak selayaknya, akan menjadi tempat apakah Bali sekarang ini?

Solusinya adalah kembali kepada diri sendiri, bagaimana kita sebagai masyarakat Bali sebagai penentu baik/buruknya Bali untuk bertingkah laku sesuai adat istiadat dan melestarikan budaya yang telah ada. Berpikir modern memang perlu, namun jangan sampai mengurangi bahkan melupakan tradisi dan adat yang telah mengakar. Kita harus bisa memilih mana yang baik dan tidak serta pikirkan terlebih dahulu dampak yang akan ditimbulkan agar nantinya tidak mengarah ke penurunan kualitas Bali sendiri.

Sadar wisata dan sapta pesona harus ditanamkan dalam pribadi masyarakat Bali. Kerjasama pemerintah dengan masyarakat berlandaskan Tri Hita Karana merupakan hal terbaik yang harus dilakukan untuk melestarikan pariwisata dan kearifan lokal di Bali. Sinergi antara budaya dan pariwisata juga sangat diperlukan untuk keberlanjutan pulau Bali. Karena budaya merupakan penentu kemajuan dan kelancaran pariwisata, serta kondisi pariwisata akan memberikan dampak pada pendapatan wilayah secara ekonomi dengan harapan Bali tetap asri lestari dan berkelanjutan pariwisata budaya.

 

Sumber data:

http://beritainfosehat.blogspot.com/2013/02/10-peringkat-pulau-terbaik-di-dunia.html http://indonesiaproud.wordpress.com/2013/01/14/bali-terpilih-menjadi-urutan-pertama-dunia-untuk-liburan-impian-tahun-2013/