Source Imgae : Ilustrasi. -NET

"Nyen ne sing nawang Badung ?"

   (Siapa yang tidak tau Badung ?)

 

Sekiranya ungkapan seperti ini sudah tidak asing lagi didengar oleh telinga kita. Ini sudah menjadi trend di masyarakat terutamanya dikalangan generasi muda di kabupaten badung, ungkapan yang sedikit berbau arogansi yang dikemas dalam sela-sela candaan masyarakat. Iya, rasanya semua orang tau Badung, Badung dikenal dengan pariwisatanya, dengan budayanya, hingga dengan kesejahteraan masyarakatnya. Kabupaten dengan ibu kota Mangupura ini, menyandang predikat sebagai kabupaten yang memiliki PAD (Pendapatan asli daerah) tertinggi di Provinsi Bali. Dan sektor pariwisata menjadi penyumbang terbesar pendapatan asli daerah di kabupaten badung.

Badung adalah salah satu kabupaten di bali yang mengembangkan pariwisata berbasis budaya, budaya menjadi roh dalam setiap kegiatan pariwisata di kabupaten badung, hal ini telah berlangsung sejak dahulu, tatkala para leluhur kita menciptakan kebiasaan dalam kehidupan di masyarakat, hinga menjadi sebuah budaya dan kebudayaan, jauh setelah hal itu terjadi, barulah tebentuknya sebuah pariwisata, yang merupakan akulturasi antara budaya, pemikiran yang semakin modern, serta dukungan dari aspek lingkungan. Perkembangan zaman yang pasti akan terus berubah, hingga pada kemajuan teknologi, berdampak luas dalam kehidupan masyarakat termasuk pula terhadap budaya dan pariwisata itu sendiri. Tak bias dipungkiri lagi. Pada awal tahun 80an pariwisata di badung masih mati suri, hanya beberapa destinasi wisata yang sudah dikenal oleh wisatawan, hingga sampai pada tahun 2000, pariwisata di badung mulai berkembang, yang menunjukkan keindahannya hingga seperti magnet yang menarik lautan besi.

undefined

Sumber (https://www.balitoursclub.net/objek-wisata-di-kabupaten-badung/)

 Apa yang menjadikan pariwisata di Badung dapat berkembang seperti saat ini ? kemudia apakah ada kontribusi generasi muda dalam perkembangan pariwisata di Badung ?

Pertanyaan seperti ini seakan-akan menjadi jamur dalam masyarakat yang serta merta tumbuh, mati, dan kemudian tumbuh lagi.

Saya merasa tertarik untuk mengangkat suatu keadaan ini, walaupun dengan wawasan sempit dan pemikran dangkal saya, namun tidak menjadikan saya untuk berfikiran primitive dalam menanggapi suatu problem. Pariwisata dapat berkembang karena adanya usaha, kerja keras, dukungan, serta kemauwan dari pelaku pariwisata. Kemudian bagaimana dengan pemerintah ? Pemerintah, apakah tugasnya hanya memberi perintah ? atau malah asal perintah, dan itu adalah diluar dari pada topik ini. Namun yang jelas pemerintahlah yang memberi dorongan serta sebagai pengawal dari kebijakan dan peraturan dalam lingkup wilayah. Nah, terkait dalam hal ini pemerintah tentu sudah berupaya penuh dalam perkembangan serta dalam kemajemukan pariwisata. Apakah bisa dengan mengandalkan pemerintah saja ? Saya yakin hampir semua orang sudah tau jawabanya namun, bukan itu yang menjadi poin pentingnya. Kita tahu, bila program pemerintah tanpa dukungan masyarakat, itu tak ada artinya lebih seperti gemuruh guntur yang tak menurunkan hujannya. Disinilah poin utamanya, bagaimana pemerintah mampu bersinergi dengan masyarakat, selayaknya bunga jepun, yang sarinya menyatu dengan tangkai bunga, dalam penggalan lagu Bungan jepun. Dan ini akan menjawab pertanyaan yang pertama tadi.

Kemudian bagaimana kaitannya dengan kaum milenial dalam hal ini adalah generasi muda. Berbicara dengan generasi muda khususnya di Badung, itu adalah suatu hal yang sangat luas lingkupnya, karena generasi muda mencakup segala aspek dalam keharmonisan suatu wilayah, ada anggapan bahwasanya generasi muda sebagai tulang punggung kemajuan suatu daerah. Ada pula yang mengatakan generasi muda tidak berpengaruh dalam kemajuan suatu wilayah, entah apalah itu, siapapun bisa berbicara apapun.

Namun kembali lagi ke awal, apa yang sudah ada saat ini merupakan hasil dari masa lalu, dan yang akan ada di masa depan adalah hasil dari apa yang ada saat ini. Begitu pula dengan pariwisata di Badung, kemajuan pariwisata saat ini tentu hasil dari proses panjang yang telah dilewati oleh pendahulu kita terdahulu, dan apa yang ada saat ini, akan diserahkan nantinya kepada generasi penerus, dan inilah peranan generasi muda yang merupakan penerus dalam segala hal yang bersifat berkelanjutan yaitu pariwisata berkelanjutan. Sebab suatu kebudayan akan tetap lestari apabila ada penerus, sama halnya dengan kerajaan yang memiliki putra mahkota, sebagai pewaris tahta. Dengan kemajuan pariwisata saat ini, hingga menjadikan Badung sebagai daerah tujuan pariwisata, dan itu berdampak dalam segi aspek sosial, ekonomi, budaya, dan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Badung. Saya rasa usaha dan dorongan pemerintah serta kerja keras daripada masyarakat dalam pariwisata di Badung telah bermuara pada kemajuan pariwisata, namun tak cukup sampai itu saja, hal yang lebih penting dari itu adalah usaha untuk mempertahankan serta mengembangkan lagi, karena dalam pemikiran sempit saya apa yang sudah ada, jika ingin tetap ada, maka jalan satu-satunya adalah mengembangkannya. Sebab perubahan akan terus ada menemani setiap putaran waktu, jika kita tidak mengikuti perkembangan maka bersiaplah berada dalam keterbelakangan.

Nah bagaimana dengan saat ini ? Sebagai generasi muda Badung saya merasakan perubahan budaya dalam masyarakat yang mengubah paradigma kebiasaan masyarakat. Memang sedikit sulit dipahami namun disisi lain ini menjadi salah satu tantangan bagi generasi muda,yang sekiranya disebut sebagai generasi milenial saat ini. Semua kemudahan yang dirasakan masyarakat, disatu sisi membantu masyarakat, samun disisi lain dampak dari kemudahan tersebut akan membuat malas masyarakat. Tidak ada yang tahu dengan perkembangan di masa depan.