Tulisan ini adalah karya Luh Putu Dewi Pradnyanitya Pastini, duta Kabupaten Gianyar dalam Jegeg Bagus Bali 2014. Karena sifatnya kompetisi, tim editor menjaga keaslian karya semaksimal mungkin. Yay! Selamat membaca, semoga bermanfaat!

KulkulBali.co

Ormas (organisasi masyarakat) sejatinya merupakan organisasi yang bisa menjadi kaki tangan kepolisian dalam menjaga keamanan dan ketertiban di masyarakat. Namun faktanya, ormas dimata masyarakat identik dengan hal-hal yang berbau kriminal. Terlebih anggotanya memang didominasi oleh “preman” berbadan kekar dan besar. Lalu bagaimana ormas dimata masyarakat khususnya di Bali?

Beberapa waktu lalu, Kabupaten Gianyar sempat dihebohkan dengan aksi kriminal yang melibatkan 2 ormas sebut saja Baladewa dan Laskar Pelangi. Hanya karena masalah kecil antar individu, hingga melibatkan seluruh anggota ormas yang berujung kekerasan dengan senjata tajam dan bakar-bakar kendaraan. Polisi berpatroli disetiap titik yang dianggap rawan terjadinya pemberontakan. Dapat dibayangkan bagaimana mencengkramnya suasana saat itu?

Saya pribadi menyaksikan bagaimana seorang laki-laki berbadan kekar seorang diri dengan mengendarai sepeda motor diserempet dan kemudian dikroyok hingga lemas oleh rombongan berbadan besar lainnya di jalan Bypass Ida Bagus Mantra. Mobil polisi memang datang saat kejadian. Lucunya, hanya seorang polwan yang berusaha melerai, sementara polisi lainnya sibuk dengan HT dan camera untuk mengabadikan. Apalah arti seorang polwan saat itu? Polisi lainnya baru turun tangan saat gerombolan berbadan besar sudah kabur dari lokasi.

Lalu lintas juga kerap dilanda kemacetan akibat gerombolan ormas dengan motor besar atau mobil ribut yang menghabiskan nyaris tiga perempat jalan raya. Saat seperti itu, pihak kepolisian di lalu lintas pun dibuat tak berdaya. Pertanyaannya adalah, apakah tidak ada yang bisa mengendalikan aksi kriminal ormas? Atau memang pihak yang berwajib sendiri tidak berani mengambil sikap karena ”takut”? Dan yang terpenting, untuk apa ada ormas bila hanya meresahkan warga?

Sebaiknya, pemerintah bisa lebih tegas menindaklanjutinya, atau membatasi pembentukan ormas di Bali. Sehingga di luar tidak ada anggapan bahwa Bali hidup dari pengamanan oleh preman berbadan besar. Dan yang terpenting, bagaimana ormas bisa mengubah mindset dari masyarakat jika sebenarnya keberadaan mereka tidak mengancam keamanan masyarakat. Jika kita ambil segi positifnya, keberadaan ormas sejatinya sangat berguna di lingkungan masyarakat. Sengketa antar desa, tawuran antar pelajar, atau aksi demo yang dilakukan suatu kelompok masyarakat dapat dikendalikan oleh ormas-ormas yang ada di Bali bersama pihak yang berwenang. Bukan justru sebaliknya meresahkan warga.