Tentunya kita semua menginginkan kesuksesan, menginginkan keberhasilan baik dibidang cita-cita, karier, profesi maupun dibidang lainnya dalam scope mobilisasi stratifikasi sosial, tetapi bisakah semua itu secara instan didapatkan ?, tentu saja tidak, karena semuanya butuh proses dan usaha yang keras. Tetapi jika keinginan itu hanya sebatas harapan, tentunya harapan itu tidak akan bisa mengubah apa-apa. Namun untuk menciptakan langkah dan hasil yang lebih bagus dibutuhkan harapan yang baik. Kehidupan yang lebih baik memang tidak bisa diwujudkan dengan hanya menggantungkan sebuah harapan, namun untuk meraihnya dibutuhkan harapan yang baik.

Kecenderungan tingkat perlawanan seseorang terhadap masalah atau hambatan yang dihadapi terkait dengan tingkat keoptimisannya. Orang yang dengan optimisme kuat biasanya punya perlawanan yang kuat untuk menyelesaikan masalah. Sebaliknya, orang dengan optimisme rendah (pesimis), biasanya punya tingkat perlawanan yang lebih lemah, cenderung lebih mudah menyerah pada realitas ketimbang memperjuangkannya.

 undefined

Optimisme berfungsi sebagai sistem pendukung dari apa yang ingin kita lakukan. Kalau kita menginginkan keberhasilan, lalu kita berpikir berhasil, punya kemauan untuk berhasil, punya sikap yang dibutuhkan untuk berhasil, dan melakukan hal-hal yang dibutuhkan untuk keberhasilan itu, maka logikanya pasti akan berhasil, soal kapan itu urusan lain. Namun sebaliknya, jika hanya keinginan akan kesuksesan, tetapi tidak memiliki pikiran, kemauan, dan usaha yang kuat untuk mencapainya, maka niscaya itu akan menjadi angan-angan belaka.

Tentunya, harapan disini bukan tujuan, apalagi tempat bergantung. Kita tidak boleh menggantungkan harapan pada harapan itu, melainkan pada usaha. Harapan disini adalah metode atau jalan agar kita bisa mengeluarkan energi positif, bisa mengatasi masalah secara positif, sepositif harapan kita dan bisa memiliki mesin prestasi yang seluruh sistemnya bergerak secara positif.

Untuk menjadi orang yang optimis dibutuhkan usaha membuka pintu pencerahan, selalu dan setiap saat. Ini karena menjadi optimis dan pesimis itu merupakan bagian dari proses. Optimis dan pesimis bukanlah sebuah hasil. Artinya tidak ada orang di dunia ini yang selalu optimis. Begitu juga tidak ada orang yang selalu pesimis dalam hidupnya.

Untuk menjadi orang yang optimis itu perlu selalu mengoptimiskan diri kita dan selalu membersihkan berbagai opini yang mengantarkan kita pada kepesimisan. Perlu kita sadari bahwa batin kita itu sama seperti jasad kita. Jasad kita selalu mengeluarkan kotoran dan juga selalu terkena kotoran dari luar. Supaya bersih berarti perlu dibersihkan setiap saat. Batin kita juga begitu, selain mengeluarkan kotoran dalam bentuk misalnya: pikiran negatif, batin juga terkena kotoran dari luar, dan itu perlu dipersihkan setiap saat. Hidup tidak mudah, akan tetapi segala persoalan akan bisa kita lewati dengan baik jika memiliki bekal optimisme.