Esensi ngayah adalah sebuah warisan budaya dan kearifan lokal yang dipercaya mampu untuk mempertahankan budaya dan tradisi yang ada di Bali, nyatanya kini sudah mulai bergeser.

 

      Bali kini bukanlah Bali yang dulu, banyak hal yang sudah berubah, sayangnya bukan ke arah yang lebih baik namun sebaliknya, terkikisnya kebudayaan adat istiadat Bali oleh arus moderenisasi kini datang tanpa henti. Berubahnya pola hidup masyarakatnya ke arah individualisme akibat tuntutan kebutuhan semakin melengkapi, salah satu hal yang menjadi fenomena akibat degradasi budaya bali dewasa ini adalah “Ngayah”, 

undefinedSumber Foto

 

     Ngayah merupakan salah satu cara bagi kita untuk dapat  menunjukkan bakti/ rasa syukur  kehadirat  Tuhan Yang Maha Esa, selain itu juga membantu kita untuk bersosialisasi dengan orang lain sekaligus menurunkan dan mengontrol ego kita masing-masing untuk saling membantu dan saling menghargai, disisi lain ngayah juga dapat mempererat tali persaudaraan sesama umat mengingat banyak hal positif yang bisa dilakukan di dalamnya dengan berkumpul bersama dan melakukan berbagai kegiatan seperti gotong royong pembersihan, penyiapan ataupun pembuatan alat dan sarana upacara,  melaksanakan pertunjukan berbagai tarian maupun musik tradisional dalam sebuah upacara keagamaan juga dikategorikan sebagai bentuk dari ngayah itu sendiri.

 

       Ngayah menjadi aksi nyata untuk menjaga kebudayaan dan tradisi yang ada di Bali. Ngayah yang merupakan kebudayaan dan kearifan lokal yang diturunkan oleh leluhur secara turun-temurun sudah menjadi kewajiban khususnya bagi generasi muda Hindu untuk melaksanakannya. Esensi ngayah itu sendiri adalah sebagai bentuk srada/bakti umat manusia kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa dan juga kepada sesama manusia yang dilakukan secara bergotong royong tulus iklas tanpa mengharapkan suatu imbalan apapun.

       Namun kenyataannya banyak generasi muda Hindu yang masih enggan untuk melaksanakan ngayah itu sendiri dengan alasan waktu. Kesibukan menjadi upaya untuk mangkir dari ngayah, disisi lain masih ada anggapan bahwa dengan membayar dapat mengartikan bahwa  kita sudah melaksanakan ngayah. “Membayar memang dilakukan sebagai bentuk pengorbanan yang diberikan jika kita berhalangan, namun jika diartikan ngayah bisa digantikan dengan hanya membayar tentunya hal tersebut benar-benar keliru dan hal ini tentunya berdampak pada pelestarian budaya Bali kedepannya”.

     

undefinedSumber Foto

 

        Masyarakat Bali, khususnya generasi muda Hindu harus mengambil tindakan. Generasi muda Hindu memiliki tanggung jawab untuk tetap menjaga budaya Bali. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan menggalakkan ngayah, sebagai salah satu budaya Bali. “Ngayah itu tidak hanya sebatas kehadiran di pura, banjar maupun tempat orang yang mempunyai karya (kegiatan upacara) untuk melakukan kegiatan bersih-bersih lalu pulang, namun ada makna religius dan budaya juga terkandung didalamnya.

 

        Sing ngayah dadi bayah (tidak ngayah bisa bayar), menjadi sebuah paradigma yang menyesatkan. Jika ingin benar-benar melestarikan kebudayaan Bali hal ini sudah sepatutnya diluruskan. Ngayah itu tidak bisa dilakukan dengan hanya membayar, layaknya pergi ke ATM untuk  membayar tagihan telepon / listrik dan selesai, perlu adanya kesadaran akan pentingnya esensi ngayah bahwa ngayah dilakukan sebagai bentuk srada bakti tulus iklas, pemeliharaan nilai-nilai luhur dan juga sebagai bentuk wujud nyata dari sikap menyamabraya yang sudah menjadi ciri khas masyarakat Bali.

 

Ingat ya semeton Bali, Jangan sampai apa yang disebutkan diatas menjadi kebiasaan dari kita, mari kita jaga kebudayaan yang ada di Bali salah satunya adalah dengan mengusahakan hadir pada kegiatan ngayah disekitar kita

Terimakasih

 

Saya Dewa kade Yoga Pranata

Perwakilan Bagus Jembrana 2017

Salam dari Barat