Jika kalian adalah bagian dari Generasi Z atau memiliki teman yang termasuk dalam generasi ini, saya sangat menyarankan untuk menyimak pembahasan berikut. Topik ini sudah lama saya pikirkan karena saya melihat berbagai masalah yang melekat pada Generasi Z dalam aspek pekerjaan, loyalitas, kesehatan mental, dan banyak lagi. Namun, penting untuk diingat bahwa ini bukan sepenuhnya kesalahan Generasi Z.

Ada sebuah pepatah yang mengatakan: "Hard times create strong men, strong men create good times, good times create weak men, weak men create hard times." Ini menggambarkan siklus kehidupan manusia yang selalu berulang. Pertanyaannya adalah, apakah Generasi Z termasuk dalam kategori "weak men" dalam siklus ini? Generasi sebelumnya telah menciptakan banyak kemudahan dan solusi instan yang menjadikan hidup Generasi Z terasa sangat nyaman. Namun, kenyamanan ini juga membawa tantangan tersendiri.

Tantangan Utama Generasi Z

Generasi Z sering dianggap memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Mereka cenderung lebih tersebar dalam pendirian dan memiliki kebebasan yang sangat luas. Meskipun ini bisa menjadi kekuatan, tetapi juga menciptakan tantangan dalam hal persatuan dan kolaborasi.

1. Pekerjaan dan Loyalitas:

Menurut berbagai survei, 65% perusahaan lebih memilih untuk memecat karyawan dari Generasi Z dibandingkan generasi lainnya. Bahkan, ada data yang menunjukkan bahwa 1 dari 8 karyawan Gen Z resign dalam seminggu setelah diterima kerja. Hal ini mungkin disebabkan oleh ketidakcocokan dengan pekerjaan atau prioritas terhadap kebahagiaan pribadi di atas segalanya. Generasi sebelumnya cenderung lebih tahan banting dan bertahan lebih lama dalam pekerjaan mereka, sementara Gen Z lebih cepat merasa tidak puas dan mencari kesempatan lain.

2. Aspek Finansial:

Generasi Z cenderung kurang fokus pada tabungan jangka panjang dan lebih suka menghabiskan uang untuk pengalaman atau pengembangan diri. Data dari Amerika menunjukkan bahwa porsi tabungan anak muda turun menjadi 3,9% dari sebelumnya 8,5%. Hal ini mencerminkan kecenderungan untuk mencari kepuasan instan daripada investasi jangka panjang.

3. Kesehatan Mental:

Generasi Z juga menghadapi tantangan kesehatan mental yang signifikan. Survei menunjukkan bahwa 1 dari 3 orang Gen Z memiliki masalah kesehatan mental. Persentase ini lebih tinggi dibandingkan dengan generasi lainnya, seperti Milenial (13%), Gen X (11%), dan Boomer (6%). Di Indonesia, 59% Gen Z merasa memiliki gangguan kesehatan mental, dibandingkan dengan Milenial (29%) dan Gen X (24%).

Kenapa Generasi Z Seperti Ini?

Kebebasan yang dimiliki oleh Generasi Z sebenarnya adalah pedang bermata dua. Mereka memiliki akses tanpa batas terhadap informasi, produk, dan ideologi, yang membuat mereka kritis dan mandiri. Namun, hal ini juga membuat mereka rentan terhadap perasaan kesepian dan ketidakpastian.

Pada era pra-modernisme, fokus utama masyarakat adalah agama. Semua orang bergerak bersama-sama dengan tujuan yang jelas. Di era modernisme, sains dan industri mulai mendominasi, menggantikan agama sebagai pusat kepercayaan. Kini, di era post-modernisme, informasi digital dan pengaruhnya menjadi sangat kuat. Generasi Z terpapar berbagai informasi sejak lahir, membuat mereka kritis terhadap segala hal, tetapi juga bingung karena terlalu banyak pilihan.

Solusi: Pembelajaran Antar Generasi

Satu-satunya solusi yang saya lihat adalah pembelajaran antar generasi (intergenerational learning). Generasi muda harus belajar dari nilai-nilai yang dipegang oleh generasi sebelumnya. Meskipun cara lama mungkin tidak sepenuhnya cocok dengan dunia modern, nilai-nilai seperti kesabaran dan ketekunan tetap relevan.

Intergenerational learning melibatkan kerjasama antara generasi yang berbeda dalam satu proyek, organisasi, atau perusahaan. Ini bukan tentang memisahkan cara kerja masing-masing generasi, tetapi bagaimana mereka bisa bekerja bersama dan belajar dari satu sama lain. Nilai-nilai yang diajarkan oleh generasi sebelumnya, seperti kesabaran dan kerja keras, sangat penting untuk dipelajari oleh Generasi Z.

Investasi, misalnya, membutuhkan kesabaran. Generasi Z harus belajar untuk tidak terburu-buru dan memahami pentingnya perencanaan jangka panjang. Salah satu cara praktis adalah memulai investasi yang aman dan sederhana, seperti yang ditawarkan oleh Nanovest, di mana keuntungan bisa dicairkan setiap hari tanpa modal besar.

Penutup

Generasi Z memiliki potensi besar, tetapi juga menghadapi tantangan yang unik. Dengan memahami masalah dan mencari solusi bersama, kita bisa menciptakan masa depan yang lebih baik. Pembelajaran antar generasi adalah kunci untuk menghadapi perubahan zaman dan memastikan bahwa nilai-nilai penting tetap diteruskan. Generasi Z harus belajar dari pengalaman generasi sebelumnya dan beradaptasi dengan bijak untuk menghadapi masa depan yang penuh tantangan.