Bali memang terkenal. Banyak pelancong jauh-jauh datang untuk sekedar menikmati alam dan budaya pulau vulkanik kecil ini.
Yeah, pulaunya memang terkenal. Namun, apakah orang Bali mengenal pulau kelahirannya sendiri?
Jangan-jangan masih sedikit yang kenal. Atau malah sangat jarang yang bisa menjelaskan makna yang dibungkus budaya di Bali. Sudah terlalu sering kita dengar, konon muda-mudi Bali akan blingsatan, bingung dalam hati bila seorang kawannya bertanya hal-hal semacam;
Eh Made, itu makna kain putih-hitam kotak-kotak kok dililitin di pohon? Artinya apa”
Dulu pas study tour SMA aku ke Bali, Gus! Kok banyak sesajen ditaruh di pohon? Gimana maksudnya tuh?”
Setiap habis sembahyang, aku selalu liat kayak beras di dahimu, Tut. Apaan sih itu?”
... dan masih banyak pertanyaan dari kawan-kawan yang penasaran sekaligus ingin tahu Bali dari orang Bali sendiri. Aku pun salah satu yang sering ditanyai ketika kuliah di SMA, dan tak jarang pertanyaan itu berujung padakku yang bergumam sendiri, "Iya juga ya. Kenapa bisa begitu?! Pasti ada penjelasan sederhananya..."
* * *
Memang pesona Bali misterius. Misterius bagi orang-orang sendiri, terkadang. Bahkan ada jawaban populer di Bali, yang jadi sandaran tiap kali muncul kawan dengan pertanyaan berbau filosofis. Jawaban itu adalah,
“Hmm itu sudah warisan sejarah, wajib kami junjung. Nak mule keto.”
Jelekkah 'nak mule keto'? Tidak juga, simak contoh berikut. Orangtua yang kawatir anaknya terjepit pintu cukup bilang, "jangan duduk di pintu, nanti ada setan lewat." Nah! Solusi praktis, terhindar dari perdebatan sang anak yang cerewet, dan yang terpenting tujuannya tercapai: sang anak selamat!
Namun tentu ada kalanya, si anak mulai penasaran. Apalagi bila kawan-kawan sekelasnya mulai menanyakan dan menertawakan cerita sang anak tentang setan di pintu. Ingin mengupas!
Beberapa tulisan di Kulkulbali.co kemarin kemarin sudah menunjukkan trend itu. Tiap ada buah pikiran kawan mengupas kulit telur, masuk ke makna budaya Bali, tulisan itu selalu ramai. Ramai diperhatikan, ramai dikomentari, ramai diminati. Rupanya dalam diam, para muda-mudi Bali ingin tahu tentang dirinya. Tentang pulau kesayangannya.
Karena selain misterius, Bali juga penuh prasangka dan tanda tanya.
Sekarang saatnya, Kawan! Orang Indonesia yang hidup di tengah pergaulan internasional musti bisa jadi corong demi mempromosikan rupa negaranya tercinta. Pun dengan orang Bali, musti bisa menjadi memberi terang akan prasangka dan tanda tanya yang sering muncul di benak orang-orang.
#tanyaBali
Konon, bahasa Indonesia dari hashtag adala ‘tagar’. Entahlah...
Tiap artikel di Kulkulbali.co masing-masing masuk ke dalam kategori unik tersendiri. Namanya #topik, yang terletak di akhir tiap tulisan. Tagar diskusi Kulkulbali.co periode kali ini adala #tanyaBali, dimana kawan-kawan bisa menulis tentang fenomena sosial, maupun jawaban kawan atas pertanyaan-pertanyaan yang sering ditujukan pada orang Bali. Ya, topik yang kelihatan di bawah nama editor tersebut bisa di klik, dan akan mengarahkan pembaca ke kumpulan tulisan dengan #topik yang sama. Makin kaya untuk pembaca!
Mari saling bertukar pikiran, mari saling mengisi. Mari mulai menulis...
Punya pandangan tentang #tanyaBali? Ingin ikut berbagi?
Kami tunggu bersama-sama ribuan kawan lain yang siap bertukar pikiran bersama. Demi pemahaman anak-anak pewaris kebudayaan Bali, demi kawan-kawan kita yang sering ditanya maupun penasaran dalam hatinya, demi pengertian yang lebih baik tentang Bali, dan Indonesiaku yang tercinta.
Ingin lihat lebih lanjut? silakan klik #tanyaBali, atau langsung klik log in dan ‘Post Artikel Baru" dan mulai berbagi?
Semoga bermanfaat!
Oiya,
Bayangkan si anak yang takut 'setan pintu' dalam cerita tadi akhirnya berhasil membuktikkan secara ilmiah penuh science, kalau cerita ayahnya tentan setan cuma isapan jempol. Dengan senyum kemenangan si anak duduk di pintu, melawan kebiasaannya selama ini dengan. "Huh, cerita hantu lewat cuma bohong!"
Apa yang terjadi kemudian? Tiba-tiba adiknya yang kebelet ke kamar mandi tak sengaja menabrak pintu. Brakk... ah si anak pun berdarah dan menangis.
Sang ayah? Boleh jadi ia senyum simpul, sambil membawa obat merah.
Komentar