Setiap individu pasti melalui fase kehidupan yang penuh dengan tantangan dan perubahan. Salah satu fase yang paling membingungkan adalah periode yang dikenal sebagai "Quarter-Life Crisis," sebuah fenomena yang umumnya terjadi pada usia 18 hingga 30 tahun. Periode ini adalah saat di mana seseorang mencari jati diri mereka, sambil menghadapi berbagai pertanyaan tentang tujuan hidup, karir, dan hubungan pribadi.


Memahami Quarter-Life Crisis

Quarter-Life Crisis adalah fase hidup yang normal dan bukan merupakan gangguan mental. Menurut Dr. Oliver Robinson dari University of Greenwich, London, fenomena ini ditandai oleh perasaan ketidakamanan, depresi, kekecewaan, dan kesepian. Gejala yang sering muncul meliputi kebingungan dan kebimbangan dalam menentukan arah hidup, seringkali akibat banyaknya pilihan yang harus diambil.

Sri Wulandari, seorang psikolog klinis dewasa, menjelaskan bahwa Quarter-Life Crisis adalah masa penting dalam kehidupan seseorang. "Meskipun terdengar negatif, Quarter-Life Crisis adalah saat di mana kita mengenali diri kita lebih dalam dan mempersiapkan diri untuk masa depan. Ini adalah masa transisi dari remaja menuju kedewasaan yang lebih mapan," kata Wulandari.


Penyebab dan Gejala Quarter-Life Crisis

Fase ini disebabkan oleh transisi dari masa remaja ke dewasa, di mana peran dan tanggung jawab berubah drastis. Orang sering merasa terjebak antara harapan pribadi dan ekspektasi lingkungan. Beberapa gejala utama Quarter-Life Crisis meliputi keinginan untuk eksplorasi diri, fokus pada masa depan, kebingungan tentang kedewasaan, dan kecemasan.


Cara Mengatasi Quarter-Life Crisis

Menghadapi Quarter-Life Crisis membutuhkan kesadaran dan strategi yang tepat. Berikut adalah beberapa cara untuk mengatasinya:


1. Normalisasi Kecemasan: Terima bahwa kecemasan adalah reaksi normal terhadap perubahan. Menurut Wulandari, "Menyadari bahwa perasaan ini normal dapat membantu kita tidak panik dan lebih tenang dalam menghadapi situasi."

   

2. Peningkatan Self-awareness: Kenali kelebihan, kekurangan, dan nilai hidup diri sendiri. "Self-awareness membantu kita memahami diri kita lebih baik dan membuat keputusan yang sesuai dengan kepribadian kita," jelas Wulandari.

   

3. Action Plan: Buat rencana yang jelas dan terarah berdasarkan pemahaman diri dan lingkungan. Rencana yang baik dapat memberikan arahan yang jelas dan mengurangi kebingungan.

   

4. Hindari Membandingkan Diri dengan Orang Lain: Fokus pada proses dan pencapaian diri sendiri daripada membandingkan dengan orang lain. "Membandingkan diri dengan orang lain hanya akan menambah tekanan dan kecemasan," kata Wulandari.

   

5. Ubah Mindset: Lihat krisis sebagai kesempatan untuk perubahan positif dan bersyukur atas hal-hal baik dalam hidup. "Mengubah mindset kita dapat membantu melihat situasi dengan lebih positif dan konstruktif," tambahnya.


Pesan dari Ahli

Quarter-Life Crisis adalah bagian dari proses hidup yang menantang namun penuh peluang untuk transformasi diri. Wulandari menekankan pentingnya menikmati proses dan tetap tekun dalam menghadapi setiap tantangan. "Dalam setiap krisis, terdapat peluang untuk perubahan yang lebih baik. Nikmati prosesnya dan jadikan setiap tantangan sebagai kesempatan untuk tumbuh dan berkembang," pesan Sri Wulandari.


Kesimpulan

Menghadapi Quarter-Life Crisis dengan bijak dapat membantu seseorang tumbuh dan menemukan jati diri mereka. Dengan memahami gejala dan penyebabnya, serta menerapkan strategi yang tepat, setiap individu dapat melewati fase ini dengan lebih baik dan siap menghadapi masa depan yang penuh harapan.


Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=jA5QEXF69J8&t=147s