Pernahkah kamu merasa lelah, bukan karena terlalu banyak aktivitas, tapi karena terlalu lama menjalani hari-hari yang terasa kosong? Rutinitas terus bergulir, tetapi hati tak kunjung merasa penuh. Di situlah sebenarnya banyak orang mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang hilang dalam hidup—bukan waktu, bukan uang, tapi arah. Dan arah itu sering kali muncul ketika kita menemukan satu hal sederhana namun kuat: passion.

Passion bukan sekadar kesukaan. Ia adalah getaran dalam diri saat kita melakukan sesuatu yang membuat kita lupa waktu. Semacam nyala dalam dada yang tidak mudah dijelaskan, tapi sangat terasa. Ketika kita hidup selaras dengan passion, hari-hari tidak lagi terasa berat. Kita bangun pagi dengan antusias, dan bekerja bukan hanya demi gaji, tapi demi kepuasan batin yang tak bisa dibeli. Namun, menemukan passion bukan perkara mudah. Banyak dari kita yang bahkan tidak tahu apa yang sebenarnya membuat kita bersemangat. Kita hanya berjalan, mengikuti arus, menjalani yang ‘wajar’ tanpa pernah bertanya: apa yang sebenarnya aku inginkan?

Menemukan passion itu seperti berbicara kembali dengan diri sendiri—diri yang mungkin sudah lama kita abaikan. Kita perlu kembali mengingat, kapan terakhir kali merasa sangat bahagia karena melakukan sesuatu? Mungkin itu saat menggambar bebas tanpa aturan, membantu orang lain tanpa pamrih, atau saat menulis sesuatu yang membuatmu merasa benar-benar hidup. Sering kali, passion tersembunyi di masa lalu—dalam hal-hal yang dulu pernah membuatmu bersinar, tapi perlahan kau tinggalkan karena dianggap tidak "realistis".

Tentu saja, jalan menuju passion tidak selalu mulus. Ia tidak selalu langsung jelas di depan mata. Kita perlu mencoba banyak hal, bahkan terkadang gagal berkali-kali. Tapi kegagalan bukan penanda akhir, melainkan penunjuk jalan. Setiap upaya yang tidak berhasil adalah proses penyaringan—membantu kita mengenal lebih dalam, bukan hanya dunia, tapi juga diri sendiri. Dalam proses itu, jangan ragu bertanya pada orang-orang terdekat. Kadang, mereka melihat sisi dari dirimu yang selama ini tak kau sadari. Mereka bisa menjadi cermin yang memantulkan minat dan potensi tersembunyi.

Ketika passion mulai terlihat, saatnya kau menetapkan tujuan. Passion tanpa arah akan menguap seperti api kecil yang kehabisan oksigen. Tujuan adalah arah angin yang membuat nyala itu tumbuh dan menyala lebih besar. Tidak perlu langsung besar. Cukup mulai dengan satu langkah kecil—ikut komunitas, belajar keterampilan baru, atau menciptakan sesuatu yang sederhana namun bermakna. Yang terpenting, kau berjalan.

Namun, hidup tak selalu memberi jalan bebas hambatan. Akan ada hambatan: rasa takut berubah, tekanan dari keluarga, atau waktu yang seolah tak pernah cukup. Tapi percayalah, memberi waktu untuk diri sendiri bukanlah kemewahan—itu kebutuhan. Bahkan di tengah sibuknya dunia, meluangkan satu jam untuk mendekat pada apa yang kamu cintai bisa jadi keputusan paling penting yang kamu buat.

Lalu, apakah passion harus selalu menjadi pekerjaan utama? Tidak selalu. Passion bisa menjadi pengisi ruang di antara kesibukan, atau bisa juga tumbuh menjadi pusat hidup yang baru. Yang penting adalah keterhubungan. Ketika apa yang kamu lakukan—meski kecil—tersambung dengan apa yang kamu cintai, maka kamu sedang menciptakan hidup yang penuh arti.

Akhirnya, menemukan passion adalah perjalanan pulang—pulang ke dalam diri sendiri. Tidak harus cepat. Tidak harus sempurna. Tapi begitu kamu menemukannya, segalanya berubah. Hari-hari menjadi lebih berarti, langkah terasa lebih ringan, dan hidup tidak lagi sekadar berjalan—melainkan bergerak ke arah yang kamu pilih sendiri.