Di era digital yang semakin berkembang pesat, orang tua milenial menghadapi tantangan unik dalam mendidik anak-anak mereka yang tergolong dalam generasi Alfa. Generasi yang lahir setelah tahun 2010 ini tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan perangkat digital, internet, dan media sosial. Dengan karakteristik khusus yang berbeda dari generasi sebelumnya, anak-anak generasi Alfa menunjukkan ketergantungan yang besar terhadap teknologi, yang mempengaruhi cara mereka belajar, berinteraksi, dan berkembang.
Mbak Diena Haryana, pendiri Yayasan Semai Jiwa dan anggota dewan pengarah di Gerakan Nasional Literasi Digital, menekankan bahwa generasi Alfa memiliki ketergantungan tinggi pada dunia digital, yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk fokus dan berempati. "Mereka sulit sekali untuk fokus pada satu hal karena terlalu dekat dengan gadget. Empati mereka juga bisa kurang berkembang karena kurangnya interaksi sosial yang nyata," ujarnya.
Namun, tantangan ini tidak menghentikan orang tua milenial untuk mencari solusi kreatif. Mas Rizki Ardhi Nugroho, yang juga dikenal sebagai Mr. Popo, seorang podcaster dan orangtua dua anak generasi Alfa, berbagi pengalamannya. “Saya dan istri tidak melarang anak-anak menggunakan gadget, tapi kami mendampingi mereka dengan ketat. Kami pastikan mereka menggunakan gadget dengan cara yang positif dan bermanfaat,” katanya.
Salah satu pendekatan yang diterapkan oleh orangtua milenial seperti Mas Rizki adalah membatasi waktu layar (screen time) anak-anak mereka. Ikatan Dokter Anak Indonesia merekomendasikan agar anak-anak tidak menghabiskan lebih dari dua jam per hari di depan layar. "Kami pastikan mereka memiliki screen break setiap 15-20 menit, dan selama istirahat ini, kami ajak mereka melakukan kegiatan fisik atau bermain di luar," tambahnya.
Mbak Diena juga menekankan pentingnya pendidikan dan pembinaan moral serta etika. “Kami mengenalkan nilai-nilai agama sejak dini untuk membentengi mereka dari konten negatif di internet. Dengan pengetahuan agama, mereka memiliki benteng moral yang kuat,” jelasnya.
Selain itu, orang tua milenial mendorong anak-anak mereka untuk tetap aktif secara fisik dan berinteraksi di dunia nyata. “Anak-anak saya bermain roller dan skateboard. Ini penting untuk perkembangan otak dan keterampilan motorik mereka,” kata Mas Rizki. Dengan pendekatan ini, anak-anak tidak hanya belajar secara digital tetapi juga mengalami kehidupan nyata yang kaya dan bervariasi.
Pendekatan holistik ini bertujuan untuk memastikan bahwa generasi Alfa tidak hanya tumbuh menjadi individu yang cerdas digital, tetapi juga berkarakter, kreatif, dan mampu beradaptasi dengan baik di dunia nyata. Dengan pendampingan yang tepat, pembatasan waktu layar yang bijaksana, dan pendidikan moral yang kuat, orang tua milenial berharap dapat menciptakan keseimbangan yang sehat antara dunia digital dan dunia nyata bagi anak-anak mereka.
Mendidik generasi Alfa memang penuh tantangan, tetapi dengan strategi yang tepat, orang tua milenial dapat membimbing anak-anak mereka menuju masa depan yang cerah dan seimbang.
Komentar