Jika televisi, surat kabar, dan media sosial telah sukses membuatmu muak dengan pandangan para akademisi dan praktisi politik maupun pemerintahan mengenai calon presiden dan wakil presiden, maka Band Navicula hadir menjadi jawaban atas semua rasa muakmu.

Navicula, grunge band asal Bali, mengajak para penggemarnya nonton bareng debat capres putaran terakhir pada hari Sabtu, 5 Juli 2014 kemarin. Nonton bareng di gelar di Taman Baca Kesiman, Jalan Sedap Malam No. 234 Denpasar. Sangat beruntung, Tim Kulkul Bali mendapat kehormatan diundang menjadi media coverage di acara keren ini.

Tema debat capres kali ini adalah pangan, energi, dan lingkungan. Tema yang sangat dekat dengan apa yang diperjuangkan Navicula selama ini dalam kehidupan bermusiknya. Navicula sadar, perjuangan mereka sangat terkait dengan pihak eksekutif politik, karena siapa yang menjadi Presiden Indonesia berikutnya sangat menentukan bagaimana lingkungan Indonesia ke depannya. Oleh karena itu, mereka sangat berharap melalui acara ini bisa mengedukasi penggemarnya agar jangan sampai salah pilih pemimpin Indonesia.

undefined

Acara berlangsung lancar dan tepat waktu. Sesuai jadwal, pukul 21:30 WITA acara diawali dengan penampilan akustik Navicula yang malam itu minus Dankie. Suasana begitu hangat, dengan jumlah penonton yang begitu pas, tidak terlalu ramai juga tidak terlalu sepi. Semua berbaur tanpa jarak dengan duduk lesehan. Sempat saya amati di sekeliling, ada Rudolf Dethu, Agung Alit, Gendovara, dan beberapa orang penting lainnya. "Wah, ini akan jadi malam yang keren!", gumam saya dalam hati.

undefined

undefined

undefined

undefined

Sekitar pukul 21:49 WITA, setelah penampilan akustik Navicula selesai, lampu di lokasi diredupkan agar penonton bisa fokus ke layar. Acara debat dimulai dengan pengenalan masing-masing oleh moderator. Dari riuh sorak penonton di lokasi acara, saya bisa merasakan atmosfer dukungan mengarah ke pasangan calon yang mana.

undefined

Debat berlangsung selama 2 jam, dan setiap jeda debat, ada orang yang memberikan komentarnya terhadap debat tersebut. Tak jarang kata-kata layak sensor terlontar dari pemberi komentar, dan langsung disambut dengan gelak tawa para penonton. Pada dasarnya substansi komentarnya ada isinya, namun jadi menarik dan membuat orang tertawa karena diungkapkan dengan apa adanya dan dengan bahasa "jalanan". Ini salah satu alasan yang membuat acara ini jadi berkesan.

Debat di antara kedua pasang calon berlangsung begitu panas, karena di segmen-segmen bagian akhir mereka terpancing untuk saling serang. Ditambah lagi, saat debat sedang panas-panasnya, ada kejadian blunder oleh salah satu cawapres, yaitu tertukar dalam menggunakan kata Kalpataru dan Adipura. Suasana panas debat tersebut menular hingga ke lokasi acara, banyak penonton yang terbawa suasana dan mulai terdengar suara-suara meneriaki salah satu pasangan calon. Meskipun demikian, acara masih berlangsung sangat tertib dan damai.

Selesai acara debat, Robi Navicula, Gendovara, dan Rudolf Dethu naik ke atas panggung. Satu-persatu dari mereka angkat bicara tentang Pilpres 2014 dan kaitannya dengan pergerakan anak muda Bali.

undefined

Rudolf Dethu yang sudah kembali dari Australia dan kini menetap di Jakarta, berkomentar tentang banyaknya apresiasi dari luar Bali terhadap gerakan-gerakan anak muda Bali menjaga lingkungan dan melindungi tanah kelahirannya, dan itu telah menjadi inspirasi bagi anak muda di daerah lain untuk melakukan gerakan yang sama.

Gendovara, aktivis lingkungan Walhi Bali, mengakui bahwa dalam Pilpres 2014 dia telah rela melacurkan diri untuk tidak golput, semata-mata dia lakukan untuk melawan kembalinya kejayaan Orde Baru yang telah berhasil membungkam kebebasan berpendapat selama berpuluh tahun.

Robi Navicula, kembali mengingatkan kepada kita tentang sangat buruknya perkembangan lingkungan Indonesia. 10 tahun terakhir, Indonesia adalah negara dengan laju deforestasi tertinggi dan terburuk sepanjang sejarah dunia. Kita harus memilih pemimpin yang punya komitmen mau menghentikan perusakan lingkungan. Tanggal 9 Juli ingat datang ke TPS, karena satu suara kita sangat berarti untuk masa depan lingkungan kita. Memilih Presiden yang tepat adalah salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk menjaga lingkungan kita.

Acara kemudian ditutup dengan pemutaran video klip "Harimau! Harimau!", hasil kerjasama Navicula dan Greenpeace. Sangat beruntung, mereka berhasil menggandeng 2 nama penting di dunia film Indonesia untuk menggarap video klip ini, yaitu Riri Riza sebagai sutradara dan Mira Lesmana selaku produser.

Bagaimana hasilnya?

Semua penonton berhasil dibuat terpukau hampir tak berkedip selama 2 menit 25 detik. Tak percaya? Silahkan simak sendiri videonya.

 

 

Akhir cerita, acara nobar debat capres yang diadakan Navicula adalah solusi jitu untuk mengajak anak-anak muda tidak apatis terhadap politik. Generasi muda harus sadar bahwa politik itu sangat mulia asal dilaksanakan dengan etika, sopan santun, hormat dan bermartabat, serta penuh tanggung jawab.

Semoga ke depannya ikon-ikon keren negeri ini, seperti Navicula, tetap menggelar acara keren dan penuh edukasi seperti acara ini lagi. Mari kita tunggu!