Pulau Bali merupakan pulau yang sudah sangat terkenal di seluruh penjuru dunia sebagai salah satu destinasi pariwisata terbaik. Bali dikenal tidak hanya karena keindahan alam yang dijanjikan kepada siapapun yang mengunjungi pulau dengan julukan pulau dewata ini, tetapi juga karena kekayaan budaya dan tradisi yang senantiasa tetap terjaga kelestarianya dalam derasnya arus kemajuan jaman. Budaya dan tradisi tersebut seakan telah marasuk ke setiap sendi kehidupan masyarakat bali termasuk dalam aspek keorganisasian.
Di Bali sendiri ada sebuah organisasi kepemudaan yang merupakan sebuah budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun dan masih eksis hingga saat ini. Organisasi tersebut bernama Sekaa Truna Truni (STT). Sekaa TerunaTeruni berasal dari rumpun kata sekaa yang berarti perkumpulan, organisasi, wadah sedangkan teruna teruni berarti pemuda pemudi. Jadi,Sekaa Teruna Teruni adalah kumpulan, wadah, organisasi sosial pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial. Kumpulan atau organisasi ini berasal dari, oleh, dan untuk masyarakat terutama generasi muda, baik laki-laki maupun perempuan di wilayah desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat. Setiap desa di Bali biasanya memiliki STT yang merupakan paguyuban dari pemuda-pemudi di desa tersebut. Setiap pemuda-pemudi diwajibkan mengikuti STT dalam rangka membangun kesadaran akan pentingnya tanggung jawab yang harus dipikul setiap pemuda.
Akan tetap, dikalangan anak muda yang tergabung dalam Sekaa Truna-Truni, kata-kata seperti “Mai pesu ke banjar” atau “Delokin kapah-kapah timpale di banjar” bukanlah kata yang asing di telinga. Kata-kata sejenis itu bagaikan sebuah mantra yang wajib dilantunkan untuk mengajak anggota STT untuk mau datang dan berpartisipasi dalam segala bentuk kegiatan STT mulai dari gotong royong, sangkep (rapat) maupun berbagai kegiatan STT lainnya. Ini tidak lepas dari minimnya partisipasi anggota STT dalam mengikuti setiap kegiatan STT itu sendiri.
Walaupun tidak disemua tempat, tapi fenomena minimnya partisipasi anggota STT sangat marak terjadi beberapa tahun belakangan ini, terutama di daerah-daerah perkotaan. Fenomena ini bisa dibilang cukup bertolak belakang dengan apa yang terjadi di masa lalu, yang dimana anggota STT pada saat itu sangat bergairah dalam mengikuti segala bentuk kegiatan STT, bahkan ada yang mengganggap bahwa banjar itu adalah rumah kedua mereka. Bisa dibayangkan bagaimana aktifnya anggota STT pada saat itu.
Mulai minimnya partisipasi anak muda dalam STT itu sendiri boleh jadi dikarekan perkembangan jaman yang membuat segalanya seakan berubah. Anak muda yang dulunya sibuk membajak sawah dengan sapinya sekarang sibuk mengejar pendidikan, karir dan masa depan mereka masing-masing. Kewajiban untuk selalu terlibat dalam setiap kegiatan STT seakan sangat sulit untuk dilakukan dan terkadang kewajiban tersebut malah dianggap menjadi suatu penghambat bagi anak muda itu sendiri untuk berkembang dan mencapai tujuan mereka masing-masing. Lantas dengan adanya fenomena tersebut memunculkan pertanyaan, masih pentingkah kehadiran Seka Truna-Truna bagi anak muda saat ini?
STT pada sejatinya bukanlah hanya sekedar organisasi kumpul-kumpul anak muda di suatu lingkungan banjar semata. Akan tetapi, ada sebuah esensi penting kenapa STT itu ada dan selalu diwariskan dari generasi ke generasi oleh pendahulu kita. Sekaa Truna-Truni itu pada dasarnya merupakan suatu instrument penting untuk membentuk generasi muda yang berkulitas dan siap menghadapi perkembangan jaman tanpa melupakan budaya dan adat istiadat yang mereka miliki. Karena ditangan merekalah nantinya masa depan dan keajegan Bali akan dititipkan.
Apabila kita relevansikan dengan tuntutan jaman saat ini, kehadiran STT nyatanya memberi sangat banyak manfaat bagi generasi muda saat ini, diantaranya :
- Dari STT banyak soft skill yang akan diperoleh. Bagi sebagian besar pemuda, STT merupakan organisasi pertama yang mereka ikuti dimana mereka juga akan terjun langsung di dalamnya baik sebagai pengurus maupun menjadi anggota. Dengan belajar beroganisasi mereka akan memperoleh banyak soft skill berupa keterampilan kepemimpinan, cara bersosialisasi dengan orang lain, belajar cara berkerja sama dan belajar cara untuk memahami karakter orang yang berbeda-beda. Soft skill tersebut tentunya sangat bermanfaat bagi generasi muda tidak hanya ketika mereka akan terjun langsung ke masyarakat tetapi juga untuk menghadapi tantangan jaman saat ini yang yang tidak hanya menuntut untuk dimilikinya kecerdasan semata tetapi soft skill juga merupakan komponen yang wajib untuk dimiliki.
- STT merupakan suatu wadah bagi generasi muda untuk menyalurkan kreativitas dan berkarya. Tidak bisa dipungkiri perkembangan jaman saat ini selalu menuntut hadirnya suatu kreativitas dan inovasi dalam berbagai bidang dan aspek. Bahkan ada yang mengatakan kreativitas adalah kunci untuk meraih kesuksesan di era milenial ini. Generasi muda sendiri dikenal sebagai generasi yang memiliki kreativitas yang tinggi dan dengan hadirnya STT sebagai wadah bagi generasi muda untuk menyalurkan dan mengasah kreativitas tersebut, senantiasa akan menjadikan generasi muda sebagai generasi yang siap dan berani untuk menuangkan ide-ide kreatif mereka guna menghadapi tantangan jaman saat ini.
- STT sebagai ujung tombak pengenalan dan pelestarian Budaya Bali bagi generasi muda. Hadirnya STT faktanya tidak hanya diperuntukan untuk generasi muda semata tetapi juga untuk menjaga keajegan Budaya Bali itu sendiri. Karena hadirnya STT juga berperan langsung dalam pelestarian dan pengenalan Budaya Bali bagi generasi muda ditengah perkembangan jaman yang cenderung membuat generasi muda seakan enggan dan malu untuk melestarikan budayanya sendiri. Peran tersebut diwujudkan dengan banyaknya penyediaan pelatihan budaya dan kesenian seperti pelatihan tarian tradisional bali, pelatihan megambel ataupun pelatihan-pelatihan lainnya yang diperuntukan bagi pemuda itu sendiri. Agar senantiasa generasi muda mengenal dan mau berperan aktif dalam melestarikan budaya yang merupakan identitas mereka sendiri.
- STT sebagai sebuah benteng kokoh yang akan membentengi generasi muda dari pengaruh kemajuan jaman yang tidak selalu positif. Perkembangan jaman bagaikan sebuah mata uang yang memiliki dua sisi yaitu sisi positif dan sisi negatif. Perkembangan jaman itu sendiri juga tidak mungkin untuk dihindari begitupun juga dengan dampaknya. Dampak negatif perkembangan jaman seperti penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, sifat apatisme, lunturnya niat melestarikan budaya sendiri dll dapat diatasi dengan hadirnya STT itu sendiri. Karena STT hadir sebagai benteng dan perangkul generasi muda dalam berbagai kegiatan positif sehingga dengan peran aktif generasi muda dalam setiap kegiatan STT tersebut akan menghindarkan mereka dari dampak-dampak negatif perkembangan jaman.
Melirik itu semua, kehadiran STT nyatanya masih sangat penting tidak hanya bagi anak muda saat ini semata tetapi juga demi keajegan budaya bali itu sendiri. Hadirnya STT tidak boleh dianggap sebagai penghambat dalam mengejar pendidikan, karir, ataupun masa depan melainkan dijadikan suatu sarana untuk membantu mencapai itu semua. Dan oleh karena itu juga, walaupun perkembangan jaman seakan memunculkan dilema antara menjalankan kewajiban sebagai anggota STT dengan mengejar cita-cita sebagai anak muda, sudah seharusnya kita dapat menyikapi dilema tersebut dengan bijak tanpa harus mengorbankan salah satunya baik dengan cara menentukan skala prioritas dan dengan menumbuhkan kesadaran dari dalam diri sendiri untuk menyadari bahwa STT sejatinya hadir untuk anak muda dan demi kebaikan anak muda itu sendiri. Sehingga, keeksisan STT perlu kita jaga bersama.
Komentar