Pada zaman dahulu kala, di Kerajaan Klungkung, Bali, hiduplah seorang raja bernama Sri Bagening. Raja ini memiliki banyak istri, namun takdir membawa ia menikahi Ni Luh Pasek, seorang pelayan di istananya yang muda dan cantik. Sri Bagening sadar akan perbedaan usia mereka dan untuk menjaga ketenangan di istana, ia menyerahkan Ni Luh Pasek kepada patihnya, Arya Jelantik, dengan satu syarat: agar tidak menyentuh Ni Luh Pasek sebelum ia melahirkan.


Ni Luh Pasek melahirkan seorang putra yang diberi nama I Gede Pasekan atau Gusti Barak Panji. Anak ini dikenal memiliki ubun-ubun bercahaya, sebuah pertanda kemasyuran dan kekuatan di masa depan. Sejak kecil, I Gede Pasekan diajari ilmu kanuragan oleh Arya Jelantik dan tumbuh menjadi pemuda yang cerdas, cekatan, serta memiliki banyak keahlian.


Namun, pengaruh dan popularitas I Gede Pasekan di antara rakyat membuat Sri Bagening khawatir akan kedudukannya sebagai raja. Untuk menjauhkan Pasekan dari istana, Sri Bagening memerintahkan agar Pasekan kembali ke desa asal ibunya, Desa Panji di Bumi Den Bukit, untuk memperdalam ilmu kanuragannya.


Sebelum berangkat, Sri Bagening menganugerahkan dua pusaka sakti, yaitu keris Kitarsemang dan tombak Ki Tunjungtutur, kepada I Gede Pasekan. Perjalanan menuju Desa Panji tidaklah mudah, namun dalam perjalanannya, di Batumenyan, terjadi keajaiban ketika Pasekan meminta air untuk pengawalnya yang tersedak ketupat. Dengan menggunakan keris Kitarsemang, air pun menyembur dari tanah, membantu mereka dalam situasi yang sulit tersebut. Tempat itu kemudian dikenal sebagai Pura Tirta Ketipat.


Setelah itu, perjalanan mereka melanjutkan hingga sampai di puncak bukit yang mengitari danau Buyan. Di sana, Pasekan bermimpi bertemu dengan raksasa bernama Panji Landung yang mengungkapkan takdirnya untuk menjadi seorang raja besar di masa depan.


Tiba di Desa Panji, I Gede Pasekan menemukan kapal kandas milik Mpu Awang di pantai Penimbangan. Dengan bantuan keris Kitarsemang, Pasekan berhasil menolong Mpu Awang dan awak kapalnya, yang kemudian memberikan semua harta mereka sebagai balasan.


Dengan kejadian-kejadian ajaib itu, reputasi Pasekan semakin besar. Dia akhirnya menjadi raja dengan gelar Ki Barak Panji Sakti atau Ki Barak Gusti Ngurah Panji, dan mendirikan Kerajaan Buleleng. Di tengah hutan yang subur, dia membangun Istana Singaraja, yang menjadi pusat kekuasaannya. Istana ini menjadi lambang kejayaan dan kekuatan Ki Barak Panji Sakti di Bali.


Kesimpulan


Legenda Ki Barak Panji Sakti tidak hanya menceritakan tentang keberanian dan keahlian dalam ilmu kanuragan, tetapi juga tentang tekad untuk membangun dan melindungi rakyatnya. Dengan pusaka sakti dan kebijaksanaannya, Ki Barak Panji Sakti menciptakan Kerajaan Buleleng yang makmur dan menghormati tradisi serta warisan nenek moyang mereka. Kisah ini tetap menjadi inspirasi tentang bagaimana tekad dan keberanian seseorang dapat menciptakan perubahan besar dalam sejarah suatu bangsa.