Tulisan karya Novia Arsita Wijaya, finalis Jegeg Klungkung 2016, yang kini masih berstatus pelajar di SMA Negeri 2 Semarapura. Salah satu prestasi finalis Jegeg Klungkung ini adalah best speaker dalam ajang debat Civics Competition 2015.

 

"Kusamba? Pernah denger sih, tapi nggak tahu tempatnya."

"Kusamba itu sentra garam? Kurang tahu tentang itu."

"Kusamba itu kurang terkenal, kalah saing dengan objek wisata yang lain."

Sangat mengejutkan menerima respon demikian ketika ditanya mengenai Kusamba. Beberapa celotehan di atas sukses menjadi motivasi saya untuk menulis artikel ini.

***

Keindahan panorama alam Kabupaten Klungkung menyimpan sejuta potensi yang luar biasa, salah satunya adalah sentra garam di Pantai Kusamba. Pantai yang dahulu menjadi saksi bisu Perang Kusamba ini terletak di Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung. Poin plus dari sentra garam ini terletak pada proses pengolahannya. Petani garam di Kusamba masih menggunakan cara tradisional dalam pengolahan produk garam khas Kusamba.

Ironisnya, potensi ekonomi dan pariwisata yang tinggi dari Pantai Kusamba tak tersalurkan dengan baik. Bahkan, sentra garam ini terancam tinggal kenangan. Tak kalah memprihatinkan, para petani garam di Kusamba justru mati di tanah sendiri. Kelompok petani garam di Kusamba “menjerit” akibat sulitnya pemasaran serta rendahnya dukungan masyarakat lokal terhadap produknya.

"Hanya orang buduh yang mau menjadi petani garam di Kusamba," celotehan bernada kekecewaan itu pun terlontar dari bibir seorang petani garam di Kusamba. Di tengah gempuran produk import, garam Kusamba kini kalah saing. Masyarakat lokal yang sepatutnya mendukung produk asli daerahnya, justru bertindak apatis mengenai produk khas Kusamba.

Tak cukup sampai di situ, keadaan Pantai Kusamba yang sejatinya mendukung untuk dijadikan objek wisata, justru tampak memprihatinkan. Kebersihan dan keindahan yang menjadi poin penting bagi sektor pariwisata, tidak ditemukan lagi di pantai berpasir hitam ini. Penataan areal di Pantai Kusamba masih sangat kurang dan cenderung tak terstruktur. Padahal, jika ditata dengan baik dapat berkontribusi untuk menggerakkan sektor ekonomi dan pariwisatanya.

Sudah saatnya bangkit dari keterpurukan sentra garam Kusamba. Sinergi antara program Pemkab Klungkung dan kepekaan masyarakat lokal sangatlah diperlukan. Pemkab Klungkung yang paham betul akan potensi Kusamba, merancang sebuah program penataan terkait keberadaan sentra garam di Pantai Kusamba. Pemkab Klungkung akan segera menata objek wisata baru setelah melihat antusiasme dari wisatawan yang melihat proses pembuatan garam tradisional.

Semua itu akan dikemas menjadi satu kesatuan yang akhirnya bermuara pada kebangkitan sentra garam Kusamba. Selain itu, program ini akan mendatangkan dampak ganda, yakni Pantai Kusamba akan berkembang sebagai destinasi pariwisata dan juga petani garam tidak lagi ramai-ramai beralih profesi. Pasalnya, dalam beberapa tahun terakhir jumlah petani garam menurun drastis.

Tak hanya gerakan dari pemerintah saja, diperlukan dukungan dari masyarakat lokal yang notabene berperan dalam menjaga kelestarian sentra garam ini. Masyarakat lokal dituntut untuk lebih mencintai daerahnya sendiri, lebih peka terhadap potensi daerahnya, dan turut serta mengajegkan produk lokal yang ada di Kusamba. Dengan begitu, niscaya sentra garam Kusamba tidak akan kandas dan tak lagi terancam tinggal kenangan.

 

Sumber Referensi :

Feature “Secuil Kisah Asin Petani Garam di Pantai Kusamba, Klungkung”

Hasil wawancara dengan Dewa Raka (seorang petani garam di Kusamba)

Dokumentasi Mawan Sidarta, Kompasiana