Berikut ini adalah tulisan Bagus Wijaya, finalis Jegeg Bagus Klungkung 2015. Satu lagi cerita tentang Nusa Penida. Menarik, selamat menikmati dan semoga bermanfaat!

tim kulkulbali.co

 

Kabupaten Klungkung sebagai salah satu Kabupaten di Provinsi Bali pantas berbangga karena memiliki cakupan wilayah yang luas meliputi Klungkung daratan dan tiga kepulauan yakni Nusa Penida, Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan. Geliat pembangunan yang mulai kian terasa menuntut masyarakat untuk terus memenuhi tuntutan perkembangan tersebut, tidak dapat dipungkiri bahwa kemapanan ekonomi merupakan salah satu hal terpenting untuk memenuhi kebutuhan hidup. Begitupun dengan masyarakat yang tinggal di Kepulauan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, yang secara geografis kondisi tanahnya gersang dan tandus serta minim sumber mata air. Hal ini membuat masyarakatnya hanya bisa bertani dan berladang saat musim penghujan tiba. Masyarakat Nusa Penida juga sering mengalami musim paceklik saat hasil yang diperoleh dari bertani dan berladang tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup mereka. Seringnya kondisi seperti ini terjadi maka Masyarakat Nusa Penida  terdorong untuk mencari sumber penghasilan baru yang tidak terpengaruh oleh musim dan mampu beradaptasi dengan kondisi geografis.

 

Budidaya rumput laut

Budidaya rumput laut pertama kali di perkenalkan di Pulau Lembongan oleh Bapak Tarsin. Beliau mampu hidup sejahtera karena budidaya rumput laut. Cerita kesuksesan ini selanjutnya menginspirasi banyak orang di Nusa Penida untuk membudidayakan rumput laut, tak terkecuali mereka yang tinggal di daerah perbukitan seperti Desa Bunga Mekar, Desa Tangglad dan lain-lain. Mereka berbondong-bondong menyerbu pesisir pantai bak menyerbu tambang emas tetapi “tambang emas yang mengambang”. Budidaya rumput laut berkembang pesat dan melahirkan banyak distributor besar di Nusa Penida. 

 

undefined

 

 

Sudahkah pelaku budidaya rumput laut mendapatkan kesejahteraan?

Budidaya rumput laut tidak serta merta membuat pelakunya hidup sejahtera, masih banyak yang hidup dibawah garis kemiskinan. Hal ini sungguh ironis saat budidaya rumput laut semakin menggeliat ternyata masih banyak pelakunya yang hidup miskin.

undefined

Gambar ini diabadikan oleh fotografer bernama I Wayan Aryana di daerah Batumulapan, di usia senjanya kakek yang tidak diketahui identitasnya tersebut masih bergelut dengan rumput laut. Ini merupakan potret belum maksimalnya pengembangan rumput laut di Nusa Penida.

Selain masalah kesejahteraan petani rumput laut di Nusa Penida juga menghadapi kendala teknis, dimana petani semakin terdesak karena lahan budidaya yang semakin sedikit, selain itu petani juga mengeluhkan limbah dari akomodasi  wisata yang dibuang langsung ke laut lepas sehingga merusak kualitas rumput laut bahkan mematikan.

Apa yang dilakukan pemerintah selama ini?

Jika kita amati pemerintah terkesan kurang memiliki campur tangan terhadap pengembangan potensi rumput laut secara maksimal di Nusa Penida. Lemahnya peran pemerintah menjadikan Nusa Penida selama ini hanya sebagai penghasil rumput laut saja tanpa bisa mengolahnya menjadi suatu produk bernilai jual tinggi. Padahal negara-negara lain sudah sejak lama mengolah rumput laut menjadi produk-produk bernilai ekonomis seperti kosmetik, bahkan baru-baru ini ada penelitian yang menyatakan rumput laut dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang disebut bioetanol. Nusa Penida berpotensi menghasilkan olahan rumput laut yang bernilai jual tinggi, tetapi kendalanya ada dua yaitu modal dan SDM yang belum memadai.

Potensi perekonomian Nusa Penida sangat besar, peran pemerintah sangat diharapkan oleh masyarakat dalam memaksimalkan potensi yang ada, agar emas yang mengambang ini dapat mensejahterakan kehidupan masyarakat.

 

Oleh : I MADE BAGUS WIJAYA

Finalis Bagus Klungkung 2015