Berikut ini adalah tulisan karya Agung Wangsadewa, finalis Jegeg Bagus Klungkung 2015. Selamat menikmati, semoga bermanfaat!

tim kulkulbali.co

 

Pulau Bali adalah salah satu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan wilayah yang tidak cukup besar, Bali dapat mendatangkan devisa yang besar bagi Indonesia. Ini dikarenakan pariwisata Pulau Bali yang sangat berkembang dan maju. Dengan keindahan yang dimilikinya, keragaman adat istiadat, keberagaman tradisi di masing-masing daerah membuat Bali sebagai penyumbang devisa nomor 2 di Indonesia. Tentu saja perkembangan dan kemajuan pariwisata di Bali telah ditunjang oleh pariwisata-pariwisata daerah lainnya. Yakni seperti pariwisata di daerah Kabupaten Klungkung.

Klungkung adalah salah satu kabupaten terkecil di Bali, tetapi memiliki potensi pariwisata untuk dikembangkan. Klungkung terdiri dari 4 kecamatan yaitu kecamatan Banjarangkan, Klungkung, Dawan dan Nusa Penida. Dengan luas wilayah 315 km2 dan penduduk yang berjumlah 212.636 orang pada tahun 2013. Klungkung memiliki 2 wilayah yaitu Klungkung daratan dan kepulauan Nusa Penida sebagai kawasan wisata. Di wilayah Nusa Penida terdapat banyak obyek wisata religi seperti : wisata di areal Pura Goa Giri Putri di Desa Suana, Pura Dalem Penataran Ped, Pura Puncak Mundi dan lain sebagainya. Begitu juga pariwisata religi di wilayah Klungkung daratan seperti : Kertha Gosa dan Taman Gili, Museum Semarajaya Klungkung, Monumen Puputan Klungkung dan adat istiadat Dewa Mesraman dan lain sebagainya. Tradisi Mesraman memang masih sangat awam didengar oleh masyarakat luas terbukti kurang tereksplorasinya salah satu potensi wisata religi ini. Tradisi Dewa Mesraman ini merupakan tradisi asli yang hanya ada di banjar Timrah, Desa Paksebali, Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung.

 

 

Tepatnya di Pura Panti, tradisi dewa mesraman dilaksanakan setiap enam bulan sekali tepatnya pada Saniscara Wuku Kuningan atau saat hari raya Kuningan. Di perkirakan tradisi ini sudah ada 1500 tahun lalu yang diturun temurun hingga sekarang tanpa ada rangkaian upacara yang dikurangi atau dilebihkan. Adapun makna dari tradisi dewa mesraman ini mewujudkan rasa senang akan kebersamaan dan persaudaraan. Sebelum dilaksanakannya dewa mesraman terdapat sesi-sesi ritual terdahulu, seperti : nunas paica ini hanya dilakukan oleh anak-anak yang belum beranjak dewasa. Makanan atau paica yang disediakan berupa lawar, nasi dan sate isi yang dialasi dengan klangsah dan di atasnya diletakan daun pisang. Makna nunas paica(mohon berkah) ini adalah untuk memberikan suatu bekal atau berkah kepada anak-anak dari dusun Timrah, sedari kecil mereka harus dibekali atau diberikan suatu dasar ajaran untuk digunakan bekal pada jenjang masa yang lebih dewasa. Selain itu makna lainnya adalah pembentukan karakter pada anak tersebuat dengan memperkuat rasa kebersamaan, ini bisa dilihat Adari suguhan yang disiapkan semuanya sama tidak ada perbedaan dari satu anak ke anak lain.

Setelah penunasan paica yang dilakukan oleh anak-anak acara akan dilanjukan dengan acara megibung yang dilaksanakan oleh para orang dewasa, makanan yang disediakan pada saat acara megibung sedikit berbeda dengan suguhan nunas paica. Suguhan yang disiapkan adalah nasi putih, 5 jenis lawar, dan garam (uyah) dengan dialasi klakat (terbuat dari bambu yang berbentuk persegi). Makna dari megibung ini tidak lain adalah untuk mempersatukan semua perbedaan sifat dan kelakuan yang ada di masyarakat dusun Timrah jika ada perbedaan itu susah atau sukar untuk disatukan akan dinetralkan dengan simbol garam(uyah) sebagai penetral rasa. Dan setelah terlaksananya prosesi ritual ini maka dilanjutkan ke ritual puncak yakni dewa mesraman dan dengan di garapnya 7 joli. Dengan adanya tradisi ini maka makna yang dapat diambil adalah memperkukuh persatuan antar generasi,menghargai perbedaan yang ada, dan memperkuat tali persaudaraan.

 

undefined

 

Sumber :

http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://www2.pictures.zimbio.com