Tulisan kedua dari Pande Priantara, seorang Finalist Bagus Klungkung 2014. Tulisan kompetitif ini hanya diberi sedikit sentuhan dari editor untuk menyingkirkan typo. Selamat menikmati!!!"

KulkulBali.co

       undefined                  undefined

Sumber Foto

Nama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesan awal dari seseorang. Pemberian nama kepada seseorang sedikit tidaknya akan mempengaruhi karakter, sifat atau wibawa dari seseorang tersebut. Sekarang orang tua terkadang memberi nama kepada anaknya hanya memandang sisi idahnya nama yang diberikan tetapi tidak mengandung arti atau makna dari nama tersebut.

Umat hindu di Bali sangat erat memegang nilai kereligiusannya hal ini yang menyebabkan kuatnya taksu ataupun aura positif dari jagat Bali. Dengan sebuah persembahan yadnya yang menyebabkan bertambahnya ke “terehan” atau wibawa dari Bali ini. Pemberian sebuah nama oleh masyarakat bali harus melalui berbagai proses – proses upacara yadnya khusus yang di sebut Upacara Bajong Colong atau Ngerorasin yang merupakan  upacara pergantian nama terhadap Catur Sanak, dan mempersiapkan nama baru untuk sang anak  yang dilaksanakan ketika bayi berumur  12 hari.Tujuan dari upacara ini adalah untuk keselamatan bayi karena terpisah dangan catur sanak dan memperkuat kedudukan Atman atau roh sang bayi dengan sekaligus membersihkan badan halus bayi itu dari kotoran  yang dibawa dari rahim ibu.Umat Hindu Indonesia khususnya di Bali,pada saat upacara ini berlangsung dilakukan pula pemberian nama.

Di Bali sejak dahulu sudah mengenal nama – nama seperti Wayan, Made, Nyoman, dan Ketut yang menjadi ciri khas orang Bali. Berdasarkan lontar Kanda pat sari, Wayan yang lahir dari kata wayahan berarti lebih tua ataupun paling tua dan merupakan sebutan nama untuk anak pertama. Made yang arti katanya dari Madya yang berarti tengah. Merupakan sebutan nama untuk anak kedua. Nyoman terlahir dari kata anom atau anoman yang berarti paling muda atau lebih muda. Merupakan sebutan nama untuk anak ketiga. Ketut arti kata dari Kitut (buntut) atau ket-tuut yang berarti di belakang atau paling akhir. Yang merupakan sebutan nama untuk anak keempat.

undefined

Sumber Foto

Dengan perkembangan jaman saat ini menyebabkan lunturnya budaya dan adat istiadat yang diwariskan oleh para leluhur yang ternyata berdampak negatife dan mengakibatkan mulai menghilangnya taksu dan keunikan dari jagat bali. Sebutan nama Wayan, Made, Nyoman, dan Ketut yang dari dulunya merupakan ciri khas-nya yang kental dari orang Bali. sekarang sudah terhapus oleh nama - nama modern saat ini. Dahulunya setiap kelahiran seorang anak pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya pasti diberi nama sebutan Wayan, Made, Nyoman, dan Ketut, tetapi saat ini budaya tersebut mulai di kesampingkan oleh masyarakat Bali dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhi. Diantaranya :

  1. Masyarakat Bali mulai terpengaruh dengan alur perkembangan jaman dan tidak bias menyaring kebudayan luar yang dating ke Bali.
  2. Masyarakat mulai gengsi ataupun malu memakai Wayan, Made, Nyoman, dan Ketut sebagai nama panggilan.
  3. Dikatakan Nama Wayan, Made, Nyoman, dan Ketut adalah sebuah nama yang kuno dan tidak sesuai dengan perkembangan jaman.
  4. Masyarakat Bali Terpengaruh dengan nama – nama yang dalam bahasa anak muda sekarang disebut “Trendy”.
  5. Masyarakat Bali terpengaruh dengan nama – nama para artis yang sedang tenar supaya membuat anak yang diberi nama tersebut menjadi seperti artis itu pula.

Dari kesemua faktor tersebut, masyarakat bali menjadi lupa akan warisan dan pemberian para leluhur. Para leluhur dulu memberi nama seperti ini jelas memiliki sebuah maksud dan tujuan diantaranya seperti; memudahkan orang lain mengenal orang bali di tengah perkembangan jaman yang sekarang semakin pesat, supaya ciri khas dari Bali tetap terjaga, untuk menjaga taksu dan keunikan dari Bali, dan mengingatkan masyarakat bali akan warisan budaya leluhur agar keajegan bali tetap terjaga dan lestari.

Dari semua sisi ini nama Wayan, Made, Nyoman, dan ketut perlu dijaga dan dilestarikan. Sepetik huruf dari kata nama tersebut memiliki nilai yang bersifat positif. Yang menjadi suatu bagian sisi terkecil tetapi memiliki arti yang besar dan banyaknya kebudayaan dan adat istiadat warisan leluhur yang ada di Bali. Tentunya dari kesemua ini yang memberikan keseimbangan dan terjaganya Taksu serta keunikan Jagat Bali.