Tulisan kali ini adalah karya Prisma Andari. Ia mengajak kita untuk melestarikan subak, seiring dengan perkembangan pariwisata. Menarik! Semoga bermanfaat. Oya, satu lagi, karena bersifat kompetisi, editor melakukan pekerjaannya seminimal mungkin.
kulkulbali
Sebagai pulau tujuan wisata mancanegara, kedepannya inovasi di bidang pariwisata sangat diperlukan. Obyek wisata yang ada saat ini di Bali tidak bisa dijadikan patokan untuk sektor pariwisata kedepannya. Karena, sektor pariwisata di Bali sangat rentan. Fakta di lapangan menunjukkan, pasca bom Bali I dan II jumlah wisatawan ke Bali menurun drastis dan rata-rata pulih kembali setelah 5-7 tahun pasca kejadian.
Melihat fenomena tersebut jelas diperlukan terobosan baru demi kelangsungan pariwisata Bali ke depan. Salah satunya seperti yang sedang ngetren saat ini, yaitu menggandeng bidang pertanian dalam bisnis pariwisata. Pertanian, kini tak hanya sebagai sumber penyedia pangan tapi mulai merambah ke sektor pariwisata. Di Bali khususnya yang memiliki daerah persawahan alami, kini banyak ditemui tempat-tempat yang menjadikan lahan pertanian sebagai obyek pariwisata. Sebagai contoh, di daerah Jati Luih, Tabanan yang menjadikan sawah sebagai salah satu objek wisata yang sampai sekarang masih banyak dikunjungi oleh wisatawan asing maupun lokal. Dalam pengolahan sawah tersebut, masyarakat Bali mempergunakan sistem subak.
Subak adalah organisasi adat yang mengatur sistem irigasi di Bali. sistem ini membagi air yang dipakai oleh petani di sawah. Masyarakat Bali menggunakan sistem ini agar semua petani mendapatkan jumlah air yang sama untuk padi mereka. Sistem ini didasari oleh konsep Tri Hita Karana (Tiga Jalan Menuju Kebahagiaan), diantaranya : berhubungan baik dengan Tuhan, alam dan manusia.
Sistem pertanian di Bali yang dikenal dengan sebutan subak itu juga menambah keunikan pertanian sebagai objek pariwisata, ditambah lagi dengan diangkatnya subak sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO. Pengangkatan subak sebagai warisan budaya dunia tentu dapat menarik lebih banyak wisatawan. Selain itu, jika subak diangkat menjadi ikon baru dalam dunia pariwisata, maka dengan sendirinya subak yang notabennya merupakan tradisi budaya bangsa akan tetap lestari sejalan dengan perkembangan pariwisata di Bali. Mengingat UNESCO yang menjadi badan dunia, sedikit tidaknya dapat memperkenalkan budaya dan potensi subak di Bali menjadi objek pariwisata baru yang berkelanjutan.
Komentar