"Pemikiran yang cantik hadir dari salah seorang finalis Jegeg Bagus Klungkung 2014 atas nama Ida Ayu Sri Krisna. Sebagai apresiasi untuk tulisan yang bersifat kompetisi ini, pihak editorial hanya membenahi beberapa typo yang ada. Rarisang ngwacen jrooo!!!
Kulkulbali.co"
Pernahkah kalian berfikir apa jadinya Kebudayaan Bali kelak? Masihkah budaya Bali tetap ajeg setelah maraknya budaya barat masuk ke Bali ?
Terkadang kita sebagai orang asli Bali lupa bahkan tak mau tahu akan hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk menata jagad Bali agar tetap ajeg. Memang berat membuat sesuatu yang baik menjadi lebih baik karena semua itu butuh proses apalagi dengan adanya pengaruh budaya barat yang tentunya ada dampak negatif nya untuk Bali itu sendiri. Kemajuan teknologi yang semakin tak terbatas dan menjadi-jadi membuat orang Bali lupa akan tradisi budaya Bali. Sebagai masyarakat Bali yang pintar sudah sepatutnya dapat memilah dan memilih hal yang bisa di terapkan tanpa mengurangi nilai Budaya Bali itu sendiri.
Bali sebagai destinasi pariwisata di Indonesia yang menjadi tujuan utama para wisatawan dan sekaligus menarik investor yang ingin mencari peluang bisnis di Bali, terkadang berpengaruh negatif terhadap alam Bali yang lebih mementingkan bisnisnya daripada alam Bali. Membangun bangunan dan mengganti sawah nan hijau demi kepentingannya tanpa memikirkan bali ke depannya. Akankah semua tanah hijau di Bali tergantikan oleh tumpukan besi-besi ? Mungkin saja.. Tidak ada yang tidak mungkin.
Masyarakat dan kebudayaan Bali, baik oleh sebab internal dan eksternal telah mengalami berbagai dinamika dan perubahan. Dinamika dan perubahan tersebut berproses menuruti alur perkembangan tiga tradisi utama yang merupakan refleksi keseluruhan kebudayaan Bali, yaitu ‘tradisi kecil’, ‘tradisi besar’, dan ‘tradisi modern’. ‘Tradisi kecil’ terdiri dari unsur-unsur kebudayaan Bali yang berasal dari kehidupan pra-Hindu seperti yang tampak dalam segi kehidupan masyarakat penduduk asli Bali (Bali Aga). ‘Tradisi besar’ mencakup unsur-unsur kehidupan masyarakat dan kebudayaan yang berkembang seiring dengan dengan agama Hindu. Sedangkan ‘Tradisi modern’ mencakup unsur-unsur yang berkembang sejak jaman penjajahan, kemerdekaan dan era informasi serta globalisasi. Jati diri orang Bali sangat dominan dibentuk oleh kebudayaan Bali yang dijiwai agama Hindu dengan dukungan tiga unsur pokok, yaitu bahasa Bali, kesenian dan lembaga tradisional, serta berlandaskan pada konfigurasi nilai-nilai dasar yang mencakup nilai religius, solidaritas dan estetika.
Maka dari itu, bagi masyarakat Baliaga ke depannya mulailah membenahi dan menjaga warisan budaya leluhur agar tidak memudar dan taksu bali tetap terjaga. Selain itu , berfikirlah secara matang untuk menjual lahan-lahan bali karena ada pepatah yang menyatakan , “orang Bali jual tanah untuk beli bakso” dan “orang Jawa jual bakso untuk beli tanah” . Semoga pepatah itu hanya sekedar ocehan orang dan Bali tetap menjadi pusat wisata utama. (sadarkan diri)
Sumber : http://wisatadewata.com/sekilas-pandang/bali
Komentar