Tulisan kali ini adalah karya Ni Kadek Nadia Anggi P., finalis Jegeg Klungkung 2014. Karena sifatnya kompetisi, editor hanya menyingkirkan sedikit typo yang ada, demi utuhnya karya sang penulis. Yeah! Semoga bermanfaat!

kulkulbali.co

 

“Ajeg Bali” senantiasa terngiang di setiap telinga umat Hindu di Bali. Sedikit-sedikit “Ajeg Bali”. Di berbagai kegiatan yang dilakukan umat Hindu di Bali tidak pernah terlupakan sebutan “Ajeg Bali”. Pahamkah terhadap makna yang terkandung dalam “Ajeg Bali” itu”. Pahamkah bahwa bahasa Bali adalah salah satu piranti “Ajeg Bali” itu?

undefined

“Ajeg Bali” diartikan sebagai kondisi dinamik Bali meliputi segenap aspek kehidupannya yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan    yang mengandung kemampuan mengem- bangkan  kekuatannya dalam menghadapi dan mengatasi segala  ancaman, baik yang datang dari luar maupun dari dalam, yang langsung maupun tidak langsung membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidupnya sendiri dalam hubungannya dengan kelangsungan hidup bangsa dan negara  ( NKRI ) serta perjuangan mengejar tujuan nasional”(Wingarta 2006, 2009)“....Ajeg Bali  sebagai gerakan Cakraning Manggiling Prawrethi,suatu gerak spiral yang bergerak ke arah kanan, bukan berputar dalam sumbu. Oleh karena sifatnya yang dinamis itu, maka gerakan politik kebudayaan Bali tidak bisa disebut dengan istilah Ajeg Bali, melainkan Rajeg Bali. Istilah Rajeg Bali bermakna keteguhan, kekokohan, ketabahan, kemantapan, keseimbangan, ketetapan, kepatuhan, kesetiaan, stabilitas dan perbaikan, sedangkan ajeg  artinya tegak, tetap, teratur”. Wijaya (2009).

Mengacu pengertian ajeg di atas, kita sejajarkan dengan “Ajeg Bali”,  “Ajeg Bali” dapat kita artikan ketegakan, ketetapan, dan keteraturan Bali. Dalam hal ini, Krama Bali yang mayoritas umat Hindu, yang memiliki bahasa Bali, yang memiliki kebudayaan Bali, Krama Bali harus tegak, tetap, dan teratur memahami, menghayati, mempraktikkan ajaran Hindu di Bali, bahasa Bali, dan kebudayaan Bali.

undefined

Bahasa Bali adalah salah satu bahasa daerah yang diakui keberadaan dan kehidupannya dalam praktik kesehari-harian. Bahasa Bali merupakan salah satu piranti ajeg Bali. Bali akan tetap Bali, jika bahasa Bali masih tegak, tetap, dan teratur digunakan krama Bali dalam setiap aspek kehidupan. Apalagi sudah diperkuat dengan Peraturan Gubernur, bahwa bahasa Bali merupakan muatan lokal yang harus diterustumbuhkembangkan melalui pendidikan formal dari tingkatan pendidikan SD dan seterusnya.

Seorang jegeg atau seorang bagus harus memiliki rasa tanggung jawab berlandaskan moral bahwa bahasa Bali mutlak menjadi bahasa komunikasi dalam keseharian kehidupannya di dalam krama Bali. Bahasa komunikasi ini tidak terbatas pada kegiatan kekramaan, akan tetapi dalam jejaring sosial pun bahasa Bali tidak ketinggalan zaman digunakan. Tujuan yang ingin kita capai adalah termasyarakatkannya bahasa Bali sehingga bahasa Bali betul menjadi salah satu piranti ajeg Bali.

Untuk semua itu, jegeg dan bagus harus mampu menjadi pengguna bahasa bali dalam kehidupan sekaligus menjadi penyaring penggunaan bahasa Bali agar tidak terkontaminasi oleh bahasa luar atau oleh bahasa Bali itu sendiri karena dalam bahasa Bali ada bahasa kasar.