Tulisan ini adalah karya Made Kusuma Rahardi Putra, Finalist Bagus Klungkung 2014. Karena sifatnya kompetisi, editor melakukan pekerjaannya dengan seminimal mungkin. Yay! Selamat menikmati 

(kulkulbali)

 

 undefined

 

Kehidupan malam di Bali, atau "Nightlife" Bali biasanya dimulai pada tengah malam, bisa berarti tepat tengah malam ataupun lewat. Orang banyak bertanya, dari manakah kerumunan ekspatriat tiba-tiba bermunculan setelah tengah malam. Area pub dan klub juga mungkin penuh untuk sebagian besar malam itu, dan tiba-tiba "di" tempat setelah 10 jam.

* * *

Pengunjung biasanya senang mencari hiburan hiburan yang cenderung hanya untuk kepuasan hasrat belaka, di Bali terdapat banyak wisatawan solo (individu) yang gemar akan hal itu. Dalam diskotik Bali Anda biasanya akan bertemu banyak "kupu-kupu malam" (gadis-gadis yang bekerja hal yang terlarang) dan anak laki-laki muda untuk bersaing dengan perempuan "Lelaki Jadi jadian". Semua sopir taksi pun tahu klub yang paling populer, pub, bar karaoke dan panti pijat, dan berbagai "Reputasi Rumah Sakit" di gang-gang sempit yang biasanya terdapat di Sanur. Tapi jika diingatkan kembali AIDS dan HIV sangat gampang terjadi pada kenaikan populasi di seluruh Indonesia dan khususnya Bali

Selain itu dampak negatif dari adanya hiburan malam di Bali bagi masyarakat lokal khususnya remaja adalah secara tidak langsung mengundang pelajar untuk ikut terbenam dalam dunia kebebasan yang ditawarkan kafe-kafe tersebut. Pelajar sebagai generasi remaja merupakan tahap perkembangan manusia yang pemikirannya selalu diliputi rasa ingin tahu yang besar. Rasa ingin tahu menyebabkan remaja melakukan berbagai percobaan dan eksperimen. Kafe serta hiburan malam yang secara tidak langsung diperkenalkan kepada mereka, tentu saja mendorong rasa keingintahuan dan rasa ingin mencoba mereka. Ini tentu akan lebih banyak terjadi pada remaja yang labil akibat problematika kehidupan yang mereka alami.

Para pelajar dan masyarakat telah terjebak pada kabar burung yang menyatakan kafe dan hiburan malam merupakan tempat untuk meredakan ketegangan saraf. Mereka tidak menyadari apa yang akan terjadi nantinya pada diri mereka. Sekali mereka mencoba hiburan malam dapat diibaratkan mereka telah menanamkan bom waktu di kehidupan mereka mendatang.           

Kafe dan hiburan malam dapat menjadi suatu tempat transaksi berbagi hal  antar manusia. Pengunjung kafe dan hiburan malam dapat berasal dari dalam negeri dan luar negeri. Perbedaan dalam budaya dan gaya hidup tidak dapat dipisahkan jika berada di dalam kafe. Beragam budaya dan gaya hidup tersebut berbaur dan saling bertukar antar pribadi. Tidak hanya hanya hal-hal positif, hal-hal negatif pun ikut serta dipertukarkan. Hal-hal negatif tersebut antara lain obat-obatan terlarang, minuman keras, seks bebas, serta penyakit-penyakit infeksi yang menular seperti AIDS.            

Seperti yang sering ditayangkan di televisi, sebagian besar kasus obat-obatan terlarang berhasil diungkap keberadaannya di kafe atau hiburan malam bahkan tidak jarang kejadian ini terjadi di Bali yang melibatkan remaja di bawah umur. Jika dilihat hanya sekilas, tentu transaksi obat-obatan terlarang tersebut tidak dapat kita amati. Namun jika kita lihat secara mendalam, obat-obatan tersebut sering diperjualbelikan secara bebas di dalam kafe itu.          

Obat-obatan terlarang yang diperjualbelikan dapat beragam jenis dan bentuk, seperti: narkotika (ganja, heroin, kokain, morfin, dll.), psikotropika (ekstasi), dan zat adiktif lainnya. Penggunaan obat-obatan terlarang tersebut ada yang dengan cara diminum, dihisap, atau dimasukkan ke peredaran darah penggunanya, baik melalui suntikan maupun luka sayatan di kulit. Obat-obatan terlarang yang digunakan dengan cara suntikan inilah yang sangat berpeluang besar dalam penyebaran HIV/AIDS. Peluang ini akan semakin besar apabila alat-alat yang mereka gunakan yakni jarum suntik dalam kondisi tidak steril dan digunakan secara bergantian.            

Selain itu hal yang dapat menyebabkan AIDS adalah seks bebas yang merupakan kegiatan seks yang dilakukan dengan pasangan yang tidak hanya satu, namun banyak orang secara bergantian. Seks bebas inilah yang paling didengungkan masyarakat sebagai penyebar virus HIV yang paling banyak. Anggapan ini tentu saja tidak salah, karena sebagian besar penderita AIDS memiliki riwayat berganti-ganti pasangan dalam berhubungan intim. Penyebaran HIV melalui hubungan seks tidak dibedakan berdasarkan jenis kelamin. Wanita maupun pria memiliki peluang yang sama dalam menyebarkan virus HIV. 

Dengan demikian, kafe dan hiburan malam memiliki banyak faktor yang dapat meningkatnya penyebaran HIV, seperti: penggunaan obat-obatan terlarang, minum-minuman keras dan seks bebas sehingga dapat dikatakan kafe dan hiburan malam sebagai “rumah penyebaran HIV”. Sebagai seorang pelajar yang terdidik, semestinya kita mampu untuk ikut serta dalam mengurangi penyebaran HIV tersebut dengan tidak ikut serta menikmati hiburan malam dan menjadi contoh positif bagi teman-teman maupun masyarakat sekitar. Selain itu pula, pemerintah hendaknya berperan aktif dalam menanggulangi hal ini, peraturan-peraturan mengenai ijin mendirikan kafe dan hiburan malam serta penyebaran AIDS harus dilaksanakan dengan tegas dan bertanggung jawab. Hal ini guna menghindari kesan yang mengatakan pemerintah bertindak hanya setengah-setengah, serta yang paling penting adalah untuk mengurangi angka kasus AIDS di Pulau Dewata ini. Desa adat sebagai salah satu bagian dalam struktur pemerintahan, juga harus melestarikan daerahnya dengan menegakkan awig-awignya. Dengan melakukan hal tersebut, tentunya akan dapat mendukung terwujudnya Provinsi Bali sebagai provinsi yang bebas dari AIDS.

 

undefined

 

Apakah Cafe Selalu Bersifat "Penyakit" ?

Namun jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda sesungguhnya keberadaan kafe tidak selalu membawa dampak negatif. Kafe juga mampu mendatangkan pengaruh yang baik bagi lapangan pekerjaan. Keberadaan kafe yang marak di Bali kini seharusnya jangan hanya selalu dikritisi, tetapi juga dimaksimalkan dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dari sudut pandang ekonomi. Lapangan pekerjaan menjadi bertambah dan membantu mengurangi pengangguran. Oleh karena itu, keberadaan kafe perlu dikaji lebih lanjut dan dibuatkan aturan-aturan yang mengatur keberadaan kafe di Bali agar keberadaannya tidak membawa dampak buruk bagi masyarakat namun cenderung membawa dampak positif bagi perkembangan ekonomi.

Ini adalah tantangan bagi pemerintah agar mampu menertibkan tempat-tempat hiburan yang membawa dampak buruk bagi lingkungan masyarakat. Jangan sampai Bali tercemar karena tempat-tempat hiburan malam yang tidak sesuai dengan aturan.

* * *

sumber : http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailrubrik&kid=5&id=4491
            : http://fabiodelphi.wordpress.com/
            : https://www.google.com