Pedagang adalah bagian dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014 jumlah UMKM di Indonesia adalah sebanyak 57,89 juta unit yang dimana hampir setengah dari jumlah tersebut bekerja di pasar tradisional. Banyak permasalahan yang dilalui para pedagang kecil di pasar tradisional, mulai dari untung yang tidak seberapa, ditambah lagi kegiatan dari aparat birokrasi yang mengambil uang retribusi, uang parkir, uang keamanan, dan tagihan lainnya. Selain itu, kegiatan tawar-menawar dari konsumen yang semakin "mencekik" para pedagang. Kegiatan tawar-menawar di pasar tradisional adalah hal yang wajar terjadi karena kesan dari pasar tradisional itu sendiri adalah harga barangnya yang murah sehingga konsumen memiliki kesempatan untuk menawar, selain itu pasar tradisional hanya menawarkan komoditas produk yang apabila dibandingkan dengan mal atau pasar modern yang selain menawarkan komoditas produk juga memberikan suasana yang bersih, sejuk dan nyaman yang tentunya mempengaruhi suasana hati konsumen untuk rela membayar dengan harga yang lebih mahal.

Para pedagang di pasar tradisional kebanyakan berasal dari kalangan menengah kebawah yang bekerja mencari sedikit laba hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan makan, menyekolahkan anak-anak mereka dan mengusahakan kehidupan yang lebih baik untuk keluarganya. Namun, bukannya memberikan support sebagai pengahargaan untuk usaha mereka, pasar tradisional nyatanya sudah mulai ditinggalkan, terutamanya oleh para remaja yang sudah mulai enggan untuk berbelanja di pasar tradisional. Hal ini terjadi mungkin karena mereka menganggap belanja di pasar tradisional itu gak gaul atau malu kalau post foto sedang makan di pasar yang kotor, dianggap kampungan dan nantinya gak akan dapat like yang banyak dan sesuai harapan.

 

1. Pasar Tradisional Bersih? Kenapa Tidak?

undefined

Suasana di Pasar Shindu Sanur (Foto : Benny Rhamdani)

Dalam hal pasar tradisional sudah mulai ditinggalkan, kesalahan tidak hanya semata-mata pada konsumen yang mulai enggan untuk belanja tapi, pedagang juga harus mengikuti keinginan pasar. Hal yang dapat dilakukan oleh pedagang tentunya yang pertama adalah memberikan suasana yang bersih untuk para konsumennya, dibantu oleh pengelola serta pemerintah terkait bersama merubah label kotor dan kumuh dari pasar tradisional menjadi pasar yang bersih dan nyaman. Salah satu contoh pasar bersih dan nyaman terletak di daerah Sanur, yaitu pasar Shindu. Dengan suasana seperti ini tentunya akan menarik minat konsumen untuk berbelanja dan membuat mereka lebih betah berlama-lama untuk berbelanja.

2. Kesan Ramah dari Pedagang

Di pasar tradisional, ada kontak langsung antara penjual dan pembelinya yang akan berdampak pada daya jual produknya. Saat pedagang mampu komunikatif dalam menawarkan produknya dan membuat konsumen tertarik, maka akan berdampak pada penjualannya. Selain itu saat konsumen lebih memilih untuk belanja di tempat lainnya, tidak muncul kecemburuan dalam bentuk cibiran dari pedagang lainnya.

3. Menawar Sewajarnya

undefined

(Foto : Pande Parwata)

Saat belanja di pasar tradisional, kebanyakan orang akan mencoba menawar sampai harga serendah-rendahnya untuk barang yang mereka beli. Padahal pedagang di pasar tradisional hanya pedagang dengan modal kecil serta penghasilan yang tidak seberapa. Berbeda dengan pasar modern yang memiliki modal besar dan cabang dimana-mana. Daya jual yang rendah dari pedagang ini juga nantinya akan sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan petani dan peternak serta pihak lain yang mengandalkan produk mereka untuk dijual di pasar tradisional. Kita yang dengan bangganya belanja di restoran mahal dan rela membayar sangat mahal hanya untuk satu porsi makanan tapi saat belanja ke pasar tradisional semisal untuk beli sekilo bawang seharga Rp. 30.000 sudah mengeluh mahal, padahal bawang tidak bisa tumbuh dan dipanen hanya dengan semalam tanpa keringat dari petani, kita seharusnya lebih menghargai itu.

4. Kita Bisa Bantu Mereka

undefined

(Foto : google.com)

Di era serba teknologi seperti sekarang ini, sumber informasi tercepat diperoleh dari sosial media. Namun tidak semua pedagang di pasar tradisional mengerti dalam pengoperasiannya bahkan sangat jarang, padahal dari sosial media lah promosi produk mereka lebih cepat dapat dikenal masyarakat khususnya kalangan anak muda. Kita punya sosial media kan? Beberapa mungkin memiliki ribuan bahkan puluhan ribu pengikut, kenapa tidak bantu promosikan produk dari pedagang di pasar tradisional? Tidak ada salahnya kan? Semisal contoh jajanan bali yang ada di pasar, kita bisa foto jajannya lalu post di media sosial kita dengan caption yang menarik dengan menyebutkan lokasi serta kekhasannya. Hal ini sudah terbukti berhasil untuk beberapa produk, karena saat satu orang membicarakannya dan produk tersebut menjadi ramai dibicarakan, orang akan datang mencari dengan sendirinya.

Jadi, kenapa tidak dicoba? Ayo belanja di pasar tradisional dan berbesar hati untuk membantu pedagang kecil.