2016 adalah era dimana trendsetter mode bisa dikatakan merajalela di Indonesia. Mulai dari kebutuhan sehari hari seperti pakaian, gadget, dan lain sebagainya. Ada ragam cara bagi anak muda untuk menunjukkan eksistensi dirinya. Dari mulai menggunakan cara yang paling umum hingga cara paling berlebihan dan terkadang agak nyeleneh. Semuanya tak lain didorong atas dasar “kekinian” agar seseorang tidak dipandang sebelah mata di masyarakat. Ada ungkapan/ sindiran yang sering kita lihat di banyak meme, salah satunya adalah “Kita membeli barang yang tidak bisa kita beli hanya untuk membuat kagum orang yang tidak kita suka”. Arti dari sindirian itu sebetulnya sederhana, kita dihimbau untuk lebih berhati-hati agar tidak melakukan sesuatu yang sia-sia dengan uang kita. Sayangnya, kebiasaan yang sering dilakukan oleh anak muda saat ini justru memaksa mereka untuk melakukan segala kesia-siaan itu.
“Budget Pas pasan Jiwa Sosialita” atau lebih dikenal dengan sebutan “BPJS”. Nah istilah ini mungkin cocok untuk kalangan anak muda akhir akhir ini. Seperti yang sudah kita ketahui bersama keadaan orang yang seperti ini mungkin sudah lama dari tahun ke tahun. Demam “BPJS” ini adalah dimana kondisi seseorang yang tidak mampu untuk bergaya dan lebih cenderung untuk “Memaksakan Keadaan”. Mereka menggunakan gadget terbaru, tas termahal, makan dan ngopi di tempat yang viewnya cocok dipasang di Instagram atau hanya sekedar untuk mendapatkan perhatian dan penilaian sederhana di media sosial, “Duh, jalan-jalan mulu nih” atau “Waah, keren banget sih tempatnya”. Atau bahkan hanya sekedar untuk mengisi pandangan pribadi, “Saya eksis lho!”. Namun kenyataannya adalah anak muda dapat menahan lapar hanya untuk dapat menikmati sebuah kue kecil atau segelas minuman yang harganya selangit di tempat yang juga selangit hanya untuk mendapatkan perhatian tersebut.
Sebenarnya bukan permasalahan mewah atau tidaknya. Karena pada dasarnya tingkat kemewahan atau kesederhanaan seseorang berbeda beda, sesuai dengan tingkatan ekonomi yang mereka punya. Kalaupun anak seorang pejabat ya wajar saja dia bisa membeli dan melakukan segala kemewahan yang dia inginkan. Tapi ? bagaimana dengan pola hidup seseorang yang selalu menuntut pada kemewahan sedangkan ekonomi tidak mendukung? Itu jelas sangat berpengaruh sekali. Seseorang akan lebih cenderung memaksakan kehendak secara terus menerus. Setiap kemauan harus selalu ada. Bahkan terkadang orang sampai bersikap konyol hanya untuk memperlihatkan gengsi. Seseorang yang terlalu memaksakan kehendak seperti ini justru akan membuat tekanan pada diri sendiri. Hasrat akan untuk selalu mengikuti gaya hidup orang lain terus menerus akan menjadi boomerang untuk diri sendiri. Semakin mengejar apa yang orang lain punya maka hidup mau tidak mau akan selalu dihantui rasa keinginan yang berlebihan. Hingga seringkali harus melakukan hal-hal yang berlebihan. Dan pada akhirnya ini akan memberikan dampak yang negative bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga orang disekitarnya.
Seperti contoh yang dikutip dari TRIBUN BALI.COM, AMLAPURA. I Ketut Losin (54) warga Dusun Batang, Desa Labasari, Kecamatan Abang, Karangasem, Bali , kaget saat melihat anaknya, I Made Wiryadana (15) sudah tergantung di dapur miliknya, Senin (12/1/2015) sekitar pukul 14.00 Wita. Menurut informasi yang dihimpun Tribun Bali, Wiryadana menghabisi dirinya disebabkan karena tak kunjung dibelikan HP baru.
Sebagai generasi muda kejadian seperti diatas sangatlah tidak kita harapkan untuk kedepannya. Dimana kita sebagai generasi muda dan sebagai penerus bangsa seharusnya dapat melakukan kegiatan yang positif dan ikut serta berperan dalam pembangunan bangsa dan negara.
STOP !! Mengikuti perkembangan mode yang tidak ada habisnya. Tidak salah memang, tapi alangkah baiknya harus menyesuaikan kebutuhan dan keadaan ekonomi. Pola hidup yang wajar akan membuat hidup menjadi lebih seimbang. Karena cepat atau lambat hidup tidak akan selamanya selalu diatas. Semakin kita lihat ke atas akan semakin tidak bisa kita menggapainya, tapi alangkah indahnya kita melihat kebawah. Melihat orang-orang yang jauh lebih tidak beruntung dibanding kita. Pasti kita akan menjadi orang yang penuh dengan rasa syukur.
Reference :
http://tentremhipnoterapi.com/budget-pas-pasan-jiwa-sosialita/
https://indonesiana.tempo.co/read/80092/2016/06/30/luthfisosio/gaya-hidup-semu-dan-diri-palsu
http://bali.tribunnews.com/2015/01/13/beh-anak-ini-gantung-diri-gara-gara-tak-dibelikan-hp-baru
Komentar