Bali merupakan salah satu pulau dimana kini sudah menjadi pulau hambaan bagi para wisatawan lokal hingga mancanegara. Keadaan seperti itu terjadi akibat beberapat faktor yang merasuk ke Pulau ini yang pada awalnya Bali merupakan daerah agraris dengan berlimpahnya kekayaan alam, namun kini Bali sudah menjadi daerah pariwisata tak lekang juga menjadi daerah yang multi fungsi. Multi fungsi disini bermaksud segala hal yang original yang mana sebenarnya menjadi ikon atau ciri khusus Bali sudah mengganda dan tidak original lagi atau dapat dikatakan sudah tertoreh akan pengaruh angin luar. Mulai dari gaya hidup seperti cara berpakaian, pekerjaan, bahasa, dll juga sudah mulai tidak seperti Bali dahulunya. Dahulu, keaslian Bali dapat terlihat dari seluk-beluk masyarkatnya mulai dari mata pencaharian, bahasa, etika, gaya hidup, gaya berpakaian hingga penamaan anak masyarakat Bali. Namun seiring berkembangnya jaman, kini Bali sudah menjadi suatu pulau yang mulai perlahan meninggalkan warisan yang sesungguhnya.

Bingkai perubahan ini dapat terlihat dengan kasat mata oleh anak muda Bali yang semakin hari kian mencoba berkreasi. Macam kreasi yang di hasilkan mulai dari cara berpakaian, cara berbahasa, cara berbisnis, dll. Ada banyak pandangan positif dan negatif yang tersirat dari perubahan ini anak muda kini. Berikut akan di paparkan sekilas gambaran anak muda bali saat ini. Gaya berpakaian anak muda masa kini di Bali semakin hari kian beragam, mulai dari menumbuhkan kembali kain khas Bali “Endek” menjadi bahan pakaian favorit mereka, namun itu hanya segelintir dari anak muda Bali saja. Di luar hal tersebut anak muda Bali juga sedang mulai terpengaruh oleh pengaruh budaya luar seperti gaya berpakaian yang ‘kebarat-baratan’. Selain gaya berpakaian ada banyak hal yang dapat dibahas terkait dengan istilah “kebarat-baratan” seperti cara berbahasa, gaya hidup atau lifestyle, gaya penamaan anak Bali, dan masih banyak hal lainnya. Adapun fondasi yang kuat dapat memperkokoh jiwa kecintaan akan kearifan lokal budaya Bali khususnya kepada jiwa anak-anak muda Bali. Fondasi tersebut adalah mencintai tanah ibumu seutuhnya. Jika kita sudah dapat mencintai seutuhnya kelak kita pasti tidak akan bisa meninggalkan tanahmu sendiri atau bahkan merusaknya. Adat – istiadat, tradisi, dan kebudayaan merupakan beberapa simpanan kekayaan yang dimiliki Bali dan patut untuk di jaga dan di lestarikan.

Dewasa ini, anak muda Bali yang sudah seharusnya tahu dan paham akan adat-istiadat, tradisi, dan budayanya sudh sepatutnya pula dapat menyaring yang mana budanya dan yang mana tidak. Salah satu contoh dari fenomena ini adalah “bikini”, merupakan trend pakaian renang yang sedang hits saat ini. Mirisnya, anak muda Bali enggan untuk peduli situasi atau keadaan yang tepat kapan dan dimana seharusnya mereka mengenakan, namun jaman “kekinian” sangatlah penting bagi kebutuhan anak muda saat ini. Budaya luar sangatlah penting untuk menunjang perkembangan suatu daerah agar kita juga tidak tertinggal jauh oleh perkembangan tersebut. Fenomena kedua yakni gaya berbahasa anak muda Bali, terkadang kita sering melihat gaya dan ragam bahasa yang di pergunakan oleh anak muda Bali sangatlah beragam. Mulai dari meninggalkan bahasanya sendiri “bahasa bali”, menggunakan campuran bahasa asing atau bahkan tidak mengenal bahasa ibunya sama sekali. Ini merupakan suatu cerminan bagi kita, bagaimana perkembangan jaman saat ini sudah dapat merasuki jiwa anak muda Bali yang mana juga perlahan merubah keajegan adat budaya Bali. Ketika kita berbicara tentang perubahan jaman tak aka nada habisnya untuk di kupas. Kemajuan teknologi, perkembangan segala bidang akan menuntut kita untuk dapat menyesuaikan dengan keadaan tersebut agar kita tidak dikatakan “katrok”. Namun dengan adanya dua fenomena diatas ada satu fenomena yang juga menjadi sorortan saat ini yaitu penamaan anak Bali. Dahulu penamaan anak Bali ada 4 yang mana adalah Putu/Gede, Kadek/Made, Komang, Ketut. Adapun beberapa nama asli khas Bali jaman dahulu seperti Gede barug, Made simpen, Komang kontil, Ketut lempog. Kini jenis penamaan tersebut sudah kian menghilang, dan pengaruh global pula yang menjadi salah satu faktor. Rasa malu atau “lek” untuk memiliki nama seperti itu menjadi salah satu faktor mengapa anak muda enggan dengan penamaan tersebut karena jaman sudah “kekinian”. Adapun beberapa contoh penamaan anak Bali yang sudah di adopsi dari jaman “kekinian” adalah Putu fransiska devi, Made agustin angelina, dll. Selain beberapa fenomena diatas jika kita menggali lebih dalam lagi akan masih banyak fenomena-fenomena unik dari anak muda Bali yang sedang marak. Gaya hidup atau life style juga merupakan salah satu faktor utama yang mana mendukung dari berkembangnya fenomena-fenomena anak muda Bali saat ini. Kemajuan teknologi, dan kebutuhan anak muda Bali sudah menjadi suatu asupan penting bagi mereka. Beberapa dapat terlihat dengan kasat mata seperti “gadget” dan barang-barang “branded” atau bermerek mahal sudah tidak lagi menjadi suatu hal yang sulit untuk didapat. Anak muda Bali berbondong-bondong saling salip untuk memiliki barang-barang tersebut, terkadang berbagai cara dilakukan untuk dapat memenuhi atau mengikuti masa “kekinian” saat ini. Terkadang suatu keadaan tersebut tidaklah membuat para orang tua khususnya bangga, namun tidak jarang pula membuat orang tua merasa kesulitan untuk memenuhi kebutuhan anaknya. Adanya perkembangan jaman yang masuk ke dalam lingkungan sekitar sesungguhnya memiliki dampak dan peran penting jika kita sebagai masyarkat Bali dan anak muda Bali khususnya dapat menyaring perkembangan tersebut.

Istilah kebarat-baratan bukanlah hal yang asing didengar karena perkembangan yang ada telah dapat mencetak anak muda Bali menjadi seperti itu. Seperti penjelasan diatas mengenai fenomena-fenomena yang terlihat ataupun sudah terjadi kepada anak muda Bali menjadi sentilan halus agar kita dapat berbenah diri sebelum melangkah dan berbuat lebih jauh lagi. Kecintaan akan warisan budaya Bali yang dimiliki sudah mulai luntur, gaya hidup, gaya bahasa, gaya berpakaian, hingga gaya penamaan anak Bali pun sudah kian mulai goyah. Degradasi akan kearifan lokal budaya Bali sudah menjadi fenomena yang tidak asing lagi terjadi, semakin berkembangnya jaman akan menjadi suatu momok keadaan yang mengkhawatirkan bagi masyarakat Bali khususnya anak muda Bali. Harapan bangsa adalah dimana generasi muda dapat melestarikan dan mengembangkan kebudayaannya sesuai adat istiadat daerahnya masing-masing. Bali merupakan salah satu pulau yang dikaruniai akan berlimpahnya warisan leluhur berupa kebudayaan dan kekayaan alamnya. Dari warisannyalah Bali sering mendapat julukan seperti Pulau Sorga, Pulau Cinta, Pulau seribu pura hingga kini Komite Perdamaian Dunia (WPC) sudah menobatkan Bali sebagai Pulau Perdamaian. Begitu banyaknya sebutan untuk Bali, namun sesungguhnya harapannya hanyalah jaga dan lestarikan kearifan lokal budaya Bali bukanlah menorehkan tinta hitam kepadanya teruntuk masyarakat Bali para anak muda Bali.

 

 

 

Daftar Pustaka

Putra Gusti. 2013. 10 Perubahan Paling Drastis Dalam Masyarakat Bali Per 2013.

Intan Sari. 2014. Presiden baru diminta dukung bisnis hiburan malam.