Jakarta, 15 Juni 2024 - Pasar saham Indonesia, khususnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), mengalami gejolak signifikan pada akhir pekan ini yang dipicu oleh perkembangan ekonomi global, terutama dari Amerika Serikat. Data terbaru mengenai inflasi AS menjadi fokus utama yang mempengaruhi sentimen investor di pasar keuangan global, termasuk Indonesia.


Dampak Data Inflasi AS

Inflasi konsumen (CPI) AS pada bulan Mei 2024 mengalami penurunan menjadi 3,3% year-on-year (yoy), di bawah ekspektasi pasar yang sebelumnya memproyeksikan sebesar 3,4% yoy. Begitu juga dengan inflasi produsen (PPI) AS yang menunjukkan perlambatan pertumbuhan menjadi 2,2% yoy, turun dari 2,3% yoy pada bulan sebelumnya. Penurunan ini memberikan sinyal kepada pasar bahwa tekanan inflasi di AS mungkin tidak sekuat yang diperkirakan sebelumnya, yang berpotensi mempengaruhi kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed).


Reaksi Pasar Saham Indonesia

Pada Jumat, 14 Juni 2024, IHSG mengalami penurunan sebesar 1,42% dan ditutup pada level 6.734,83, mencatatkan level terendah dalam lima bulan terakhir. Sektor teknologi menjadi yang paling terpukul dengan penurunan 2,23%, diikuti oleh saham-saham perbankan seperti PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dan PT Telkom Indonesia (TLKM) yang turut memberikan kontribusi negatif signifikan.


Kebijakan The Fed

Kebijakan moneter The Fed yang menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50% pada pertemuan terbarunya, sekaligus mengindikasikan bahwa pemangkasan suku bunga hanya akan dilakukan sekali pada tahun ini. Hal ini lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yang memperkirakan potensi tiga kali pemangkasan suku bunga. Sikap lebih hawkish dari The Fed ini menunjukkan bahwa bank sentral AS masih memperhatikan potensi risiko inflasi meskipun data inflasi yang terbaru menunjukkan penurunan.


Implikasi dan Prospek Pasar

Investor di Indonesia perlu memperhatikan dengan cermat perkembangan lanjutan terkait kebijakan moneter global dan data ekonomi AS. Sikap hati-hati dan strategi yang adaptif akan menjadi kunci menghadapi volatilitas pasar yang mungkin terus berlanjut. Perubahan dalam kebijakan moneter global dapat mempengaruhi arah IHSG ke depan, sementara kondisi ekonomi domestik juga tetap menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan investasi.


Sumber gambar : CNBC Indonesia