Thanksgiving, satu kata yang mulai populer di negeri kita. Kata ini terdengar saat mana memasuki bulan November tiap tahunnya. Tidak hanya di negeri kita, tetapi juga semakin menggema di negeri lain, terutama di kota-kota besar pusat perbelanjaan. Apakah hari thanksgiving yang menghebohkan itu?

Konon thanksgiving dimulai saat mana para pendatang dari Eropa mulai menginjakkan kaki di "dunia baru", yaitu daratan Amerika. Para pendatang ini mulai belajar bertahan hidup di lingkungan yang baru dengan bercocok tanam. Kedatangan mereka disambut dengan baik oleh penduduk asli Amerika, yang kita kenal sebagai suku Indian. Suku asli ini mengajarkan cara bertani dan memelihara hewan sesuai dengan kondisi alam Amerika.

Mendekati musim dingin adalah saatnya panen, karena saat musim dingin seluruh ladang akan tertutup salju berbulan-bulan dan tidak mungkin ditanami. Pendatang dan penduduk asli berbaur merayakannya. Disanalah perayaan thanksgiving bermula. Rasa bahagia dan kebersamaan yang dirayakan selama tiga hari dengan makan dan minum bersama. Terasa begitu indahnya persahabatan yang terjadi. 

Cerita di atas adalah versi "bahagia" yang banyak diajarkan saat ini. Tetapi, sayang sekali, tidak semua thanksgiving berlatarbelakang kebersamaan. Banyak versi yang menceritakan sangat berbeda, seperti, perayaan akan kemenangan menguasai lahan-lahan penduduk asli oleh para pendatang. Beberapa cerita bahkan berlatar kejadian yang sangat memilukan bagi penduduk asli Amerika.

Terlepas dari kebenaran sejarah yang ada dalam perjalanan bangsa Amerika selama sekian ratus tahun, saat-saat ini perayaan thanksgiving lebih terfokus pada dua hal, yaitu pertemuan keluarga dan belanja.

Ya, thanksgiving adalah saat mana orang-orang Amerika berkumpul dengan keluarganya, dengan orang tua dan nenek-kakek mereka. Bersama dalam sebuah pesta keluarga, dengan makanan tradisional yang hanya keluar setahun sekali. Semua merasa bergembira karena bisa "pulang kampung" dan merasakan makanan istimewa. Sajian kalkun (turkey) adalah salah satu ciri khas saat ini, dimana pada masa lalu lebih dikenal sajian dengan makanan dari olahan hasil pertanian.

Bagaimana dengan belanja?

Thanksgiving dirayakan tiap hari Kamis keempat pada bulan November, tidak pada tanggal yang sama tiap tahunnya. Semua kegiatan di Amerika Serikat dan Kanada libur. Thanksgiving akan diikuti dengan Black Friday, yaitu saat mana di semua pertokoan dijual barang dengan diskon yang sangat besar. Pesta thanksgiving identik dengan kelanjutannya yaitu belanja Black Friday. Antrian pembeli biasanya mengular sejak tengah malam walaupun toko dibuka lebih awal yaitu jam delapan pagi. Hal ini menjadi semakin jamak terlihat di banyak kota besar di Amerika saat ini.

Setelah selesai dengan Black Friday, maka akan diikuti dengan "Cyber Sunday". Kegiatan Cyber Sunday saat ini mulai marak menyaingi Black Friday. Pelakunya adalah para penjual produk secara daring (online). Tiap tahun selalu dianalisis oleh para pelaku pasar mengenai keberhasilan penjualan pada Black Friday dan Cyber Sunday.

Black Friday adalah salah satu katalis perekonomian di Amerika. Tak heran pada masa depresi ekonomi tahun 1939, Presiden Amerika Serikat, Franklin D. Roosevelt, sempat mengubah waktu penyelenggaraan Black Friday (dan tentunya thanksgiving) karena faktor pendongkrakan ekonomi.

Dengan mengetahui asal mula thanksgiving dan rangkaian kegiatan yang menyertainya, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan thanksgiving tidak terkait dengan ritual agama apapun, dan merupakan budaya milik orang yang hidup di Amerika dan Kanada.

Dengan adanya tren thanksgiving saat ini, apakah kita di Bali merasa perlu ikut merayakannya? Bali yang sudah sangat penuh dengan budaya tinggi nan sakral masih perlu thanksgiving?

Jawabannya terpulang pada diri kita sendiri dalam menempatkan diri sebagai subyek atau obyek budaya.

: )

-----

hartanto, pelajar Indonesia tinggal di Michigan, Amerika Serikat.