undefined
(Proses Pemasangan Kepala Dewa Wisnu. Sumber gambar : instagram/@nyoman_nuarta)

Belakangan ini, pembangunan patung Garuda Wisnu Kencana (GWK)  di Bali sedang menjadi perhatian publik. Proses pemasangan bagian-bagiannya, seperti burung garuda, kepala Dewa Wisnu, hingga mahkotanya, sempat viral atau menjadi topik perbincangan di berbagai media. Jika sudah rampung nanti, patung Garuda Wisnu Kencana akan memiliki ketinggian mencapai 263 meter dan akan dinobatkan sebagai patung tertinggi ke-3 di dunia. Namun, sebelum diperkirakan selesai pada bulan Agustus mendatang, pengerjaan patung GWK ini harus melalui perjalanan yang cukup panjang dengan berbagai pro dan kontra. Yuk, simak kisahnya!

 

Garuda Wisnu Kencana merupakan sebuah nama yang diambil dari salah satu kisah terkenal di Indonesia. Burung garuda sendiri memiliki makna filosofis sebagai lambang negara Indonesia, yang dalam mitologi Hindu merupakan kendaraan dari Dewa Wisnu. Sedangkan, kata “kencana” berarti emas, hal ini menunjukkan tahta yang dikenakan oleh Dewa Wisnu dan burung garuda dilapisi warna emas.

Awal mula pembangunan patung ini dimulai pada tahun 1989, diawali dengan munculnya ide untuk membuat suatu landmark atau ikon megah di Pulau Dewata. Setahun kemudian, menteri pariwisata pada masa itu, Joop Ave, bersama dengan beberapa tokoh terkemuka di  Bali seperti Ida Bagus Oka, Ida Bagus Sudjana, dan seniman Nyoman Nuarta, mulai merancang konsep pembangunannya dengan memilih lokasi bekas penambangan tanah kapur yang sudah tidak beroperasi di daerah Perbukitan Ungasan, Bali Selatan. Perjalanan pembangunan patung ini pun berlanjut setelah mendapatkan restu dari Presiden Soeharto pada tahun 1993. Akhirnya, pengerjaannya dimulai pada tahun 1997 dengan pendanaan yang berasal dari BUMN, Bali Tourism Development Corporation (BTDC), dan Nyoman Nuarta.

Selama proses pembangunannya, banyak kendala yang harus dihadapi, bahkan sempat harus terhenti pada tahun 1998 akibat krisis moneter yang melanda Indonesia pada masa itu. Pada tahun 2013, pembangunan patung GWK kembali harus terkendala oleh biaya, yang membuat Nyoman Nuarta harus menjual 82 persen sahamnya kepada PT Alam Sutera Realty Tbk.

Tidak hanya itu, pembangunan patung ini sempat pula menuai berbagai pro dan kontra dari berbagai pihak. Para pemuka agama bahkan sempat meragukan pembangunan patung ini. Menurut mereka. Pembangunan ini dikhawatirkan dapat mengganggu keseimbangan spiritual di Bali lantaran tidak sesuai dengan konsep Dewata Nawa Sangga (sembilan dewa penjaga arah mata angin) yang merupakan kerpercayaan umat Hindu. Menurut kepercayaan tersebut, Dewa Wisnu digambarkan sebagai dewa penjaga arah utara, namun dalam pembangunan patung GWK ini, patung sang dewa justru didirikan di arah Selatan Pulau Bali. Lalu, mengapa pembangunan patung GWK masih tetap dilanjutkan?

undefined

(Patung Garuda Wisnu Kencana dalam Tahap Perampungan. Sumber gambar : Bayu Senja)

Sebagai etnis yang kaya akan kultur dan kepercayaan, kita memang tidak bisa lepas dari keyakinan masyarakat tersebut. Oleh karena itu, wajar saja apabila ada pihak-pihak yang merasa cemas dengan pembangunan patung GWK jika ditinjau dari sudut pandang kebudayaan dan kepercayaan masyarakat Hindu di Bali. Namun ada baiknya kita melihat setiap hal dari berbagai perspektif.

Seperti dilansir dari https://kumparan.com/@kumparannews/garuda-wisnu-kencana-ambisi-nyoman-nuarta-untuk-peradaban, Nyoman Nuarta menyampaikan pandangannya mengenai pura yang dijadikan sebagai tempat wisata, yang menurutnya hal tersebut membawa dampak yang kurang positif khususnya bagi para pamedek (orang yang datang untuk bersembahyang). Maka dari itu, menurutnya penting dibangun suatu objek yang tetap dapat menarik wisatawan untuk datang ke Bali dengan mengedepankan kultur lokal dan tidak mengganggu kegiatan agama di Pulau Bali. Oleh karenanya, pembangunan patung GWK dinilai tepat untuk tujuan tersebut.

Lalu, jika dikaitkan dengan mitologi Hindu, mengapa yang dibangun bukanlah patung Dewa Brahma yang menurut konsep Dewata Nawa Sangga merupakan dewa penjaga arah Selatan? Disini, sang seniman juga memiliki alasan yang kuat mengapa ia memilih wujud Dewa Wisnu dalam mahakaryanya. Masih dikaitkan dengan konsep agama Hindu, dalam ajaran Tri Murthi, Dewa Wisnu memiliki tugas sebagai stithi, yaitu dewa penjaga dan pemelihara alam semesta beserta isinya. Melalui pembangunan patung berwujud Wisnu ini, diharapkan mampu mengajak masyarakat khususnya generasi muda untuk meneladani sifat sang dewa dalam menjaga khasanah alam dan nilai budaya yang merupakan warisan leluhur kita.

Nah, hal-hal itulah yang mendukung dilanjutkannya pembangunan patung GWK sampai saat ini.

 

undefined

(Generasi Penerus Bangsa. Sumber gambar : instagram/@BaliBacaBuku)

Sejarah merupakan cerminan bagi manusia untuk menjadi lebih baik kedepannya dan mengajarkan kita semua untuk melihat segala sesuatu dari awal mulanya. Untuk itu, sebagai generasi terpelajar kita harus mulai membuka cara pandang tersebut, terlebih lagi pembangunan patung GWK ini memang membawa banyak dampak positif.

Setelah 28 tahun menunggu, pengerjaan patung megah ini dipastikan akan selesai pada Agustus 2018. Dengan ketinggiannya, patung Garuda Wisnu Kencana akan dapat dilihat dari Bandara Internasional Ngurah Rai dan dari jarak hingga 60 km jauhnya. Melalui pembangunan patung GWK ini, Pulau Bali akan memiliki ikon megah yang tidak hanya mampu menjadi magnet bagi wisatawan untuk datang ke Bali, melainkan juga membawa dampak ekonomis bagi masyarakat setempat akibat dibukanya lapangan perkerjaan di daerah objek wisata lokasi dibangunnya patung.

undefined

(Gambar Tari Kecak yang Diminati Wisatawan. Sumber gambar : karyabesa.com)

Lahan bekas penambangan kapur yang dulunya tidak produktif, kini sudah berubah dan berkembang pesat. Setiap harinya, kita dapat melihat berbagai pertunjukan budaya seperti tari legong, joget, barong, dan tari kecak. Hal ini tentu saja memiliki peran yang luar biasa dalam melestarikan kebuadayaan khas Bali tersebut, bahkan turut memperkenalkannya ke hadapan wisatawan mancanegara.

Bisa kita lihat sendiri bukan, belum rampung saja wisatawan lokal maupun asing banyak yang berkunjung. Bisa kalian bayangkan bagaimana jika patung GWK ini sudah berdiri tegak nanti? Ada yang sudah tidak sabar berkunjung kesana?

 

Referensi :

https://blog.airpaz.com/id/kisah-dibalik-patung-garuda-wisnu-kencana/

https://travel.kompas.com/read/2018/05/16/212000727/28-tahun-pembangunan-patung-gwk-di-bali

https://kumparan.com/@kumparannews/garuda-wisnu-kencana-ambisi-nyoman-nuarta-untuk-peradaban