Zaman beralih, musim pun tertukar. Ungkapan peribahasa ini sangat tepat untuk menggambarkan arah seni kreatif pada masa sekarang. Jika kita mengacu pada seni, tentu sudah tidak asing lagi mendengar kata tersebut. Di Indonesia, seni seakan menjadi magnet yang selalu melekat dengan kehidupan masyarakat setempat sebab seni merupakan sarana untuk mewujudkan segala bentuk ungkapan kreativitas manusia. Pada dasarnya seni adalah ungkapan batin seseorang berupa ide/gagasan yang diwujudkan dalam sebuah karya seni.
Jika mengarah keseni, seni memiliki macam – macam bagian tersendiri yaitu seni rupa, seni musik, seni teater, dan seni tari. Seni tersebut memiliki kaitan yang erat antara satu dengan yang lainnya. Khusus pada seni rupa memiliki dua elemen yang sangat penting yakni seni rupa dua dimensi dan seni rupa tiga dimensi
Dari masa ke masa, tahun ke tahun, bulan ke bulan hingga detik ke detik pun kreativitas seni mengalir tiada henti. Aliran seni seolah tak terbendung, hal tersebut bisa dibuktikan dengan makin banyaknya masyarakat dalam membangun seni kreatif yang berbasis budaya. Seni yang mengalir haruslah diimbangi dengan kreasi yang kreatif agar mampu menghasilkan gagasan atau karya baru di mata kehidupan.
Mengulas tentang seni akan sangat erat hubungannya dengan kreativitas. Dalam menciptakan suatu karya yang baik, haruslah dituntut memiliki kreativitas agar karya yang dihasilkan berkualitas. Berkualitas dalam arti karya seni yang kreatif, inovatif dan tidak pernah ditemukan sebelumnya dan dapat diterima oleh masyarakat. Kreatif merupakan kegiatan mental yang sangat individual, merupakan manifestasi kebiasaan manusia sebagai individu yang tepat guna.
Seiring berkembangnya zaman seni kreatif berkembang semakin cepat dan pesat. Pesatnya perkembangan seni kreatif membuat semakin banyaknya trobosan – trobosan dalam menghasilkan karya yang baru. Trobosan – terobosan baru tentu dimulai dari proses berpikir kreatif dan perasaan imajinasi yang tinggi.
Proses berpikir kreatif dapat melahirkan ide baru yang dimulai dari proses berpikir, dan daya imajinasi. Berpikir kreatif berarti upaya berpikir jernih untuk memahami ide atau gagasan baru. Dengan demikian, berpikir kreatif bisa digolongkan ke tingkatan berpikir atau berimajinasi yang tinggi.
Dalam menuju proses kreatif tidaklah cukup dengan berpikir saja, akan tetapi harus diimbangi dengan daya nalar perasaan atau imajinasi yang tinggi. Sebuah karya seni yang kreatif sebagian besar lahir karena imajinasi yang tinggi, prosesnya berupa perenungan dan penghayalan sesuatu yang belum pernah terlihat sebelumnya. Oleh karena itu, kreativitas sering desebut – sebut sebagai hal yang menakjubkan yang pernah ada dilingkungannya.
Kreativitas seni telah menginjak ambang batas, maka dari itu banyak sekali seni – seni kreatif yang tumbuh dan berkembang di kehidupan. Seni yang telah berkembang pesat adalah seni film, seni film telah banyak memberikan peranan dalam kehidupan. Untuk itu kali ini penulis mencoba mengajak anda mengenal lebih dekat dengan seni film.
Film, siapa manusia modern yang tidak mengenal kata tersebut? Film atau gambar hidup bisa disebut dengan movie dihasilkan dari rekaman orang dan benda dengan menggunakan kamera (Azizi, 2009; 425). Film adalah cerita singkat yang ditampilkan dalam bentuk gambar dan suara yang dikemas sedemikian rupa dengan permainan kamera, tehnik editing, dan scenario yang ada. Seni film pada umumnya digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi, dan pendidikan.
Di Indonesia, film untuk pertamakalinya terbit pada tanggal 6 Oktober 1945, tentunya beberapa saat setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945. Tanggal 6 Oktober 1945, telah lahir BFI (Berita Film Indonesia) pada saat itu dunia perfilman Indonesia mulai memasuki masa cerah. Hal tersebut ditampakkan dengan kegiatan yang dilakukan para sinieas film dalam bentuk bentuk perusahaan – perusahaan film yang dipelopori oleh “Sticoting Hiburan Mataram’ yang sudah berdiri sejak jaman revolusi. Mulai dekade itu diikuti oleh perusahaan film lainnya (Kurniati, 2000: 218).
Film dapat dibedakan atas sifat yang umumnya terdiri dari jenis-jenis yaitu film cerita (story film), film berita (newsreel), film dokumter (documentary film), film kartun (cartoon film). Begitu banyaknya kreatifitas pada seni film haruslah sesuai dengan arah perfilman positif yang berlandaskan rasa nasionalisme.
“Bila hanya riakan saja, air tak akan menghanyutkan. Bila hanya ombak kecil, air tak akan mampu menggerakkan banyak hal. Karena hanya gelombang besar yang bisa menggerakkan kapal.” Sungguh hampa rasanya jika kata hanya membahas tanpa ada wujud implementasi yang nyata. Apalagi bangsa Indonesia yang berlatarbelakang kekentalan sejarah, tentu memberikan inspirasi bagi dunia perfilman Indonesia.
Di tengah perkembangan zaman yang modern ini, film – film banyak sekali tersaji di depan mata. Hadirnya sebuah mahakarya perfilman tentu membuat hati ini selalu bertanya – tanya dan segera berlomba – lomba untuk menyaksikannya.
Namun, kebanyakan film yang tersebut bukan hasil dari karya anak negeri sendiri. Hal tersebut ternyata tidak membuat para sineas dalam negeri gentar menghadapinya. Hasil karya anak negeri tidak kalah mumpuni, selain film yang berkualitas mereka juga mengisi pesan moral yaitu rasa nasionalisme atau rasa cinta yang tinggi akan Bangsa Indonesia. Unsur kehidupan dan budaya yang ditampilkan juga dirasakan sangat sesuai dengan nilai – nilai negeri ini.
Contoh film yang bertemakan rasa nasionalisme adalah film “Merah Putih”. Film ini didedikasikan untuk dua orang pahlawan Indonesia, yaitu Letnan Satu R.M. Subianto Djojohadikusumo dan Kadet R.M Sujono Djojohadikusumo dan semua pahlawan yang telah berjuang dan gugur untuk kemerdekaan Indonesia. Mahakarya ini menceritakan kisah 5 orang pejuang Indonesia yang mempunyai latar belakang yang berbeda. Para pejuang tersebut bernama Amir, Marinus, Surono, Thomas, dan yang terakhir adalah Dyan. Masing- masing tokoh memiliki latar belakang, suku, dan agama yang berbeda. Sinopsis singkatnya, suatu ketika markas tempatnya berlatih diserang tentara belanda, seluruh tokoh kecuali Amir, Thomas, Marinus dan Dyan. Mereka yang berhasil lolos, bergabung dalam pasukan gerilya di pedalaman Jawa. Di sana mereka merancang strategi dan pada akhirnya berhasil mengalahkan pasukan Belanda.
Kreativitas seni film ini sungguh tidak diragukan lagi, mahakarya ini meyimpan jutaan nilai – nilai nasionalisme yang berupa bagaimana cinta kita terhadap negeri ini dalam aspek menghargai jasa para pahlawan, dan semangat kebangsaan yang tinggi. Dengan pesan – pesan yang dituangkan dalam seni film diharapkan generasi tulang punggung bangsa mampu berkarya untuk lebih mencintai negeri ini terutama dikalangan pemuda.
Seiring berkembangnya zaman, rasa nasionalisme khusus di kalangan pemuda kini kian memudar. Hal ini bisa dibuktikan dari sikap para pemuda yang makin hari makin menjadi dalam menyikapi nilai – nilai nasionalisme. Dengan begitu cepatnya arus perkembangan zaman tentu berimbas pada moral pemuda bangsa. Pemuda Indonesia yang cenderung mudah terpengaruh terhadap budaya – budaya baru yang bersifat merusak moral tentu membuahkan masalah besar bagi bangsa ini. Sebagai contohnya, para pemuda yang lebih cenderung terjerumus ke dalam arus global adalah makin maraknya penggunaan Narkoba di kalangan generasi pemuda.
“Tua – tua keladi, semakin tua semakin menjadi”, penyalahgunaan narkoba di kalangan generasi muda kini kian meningkat. Maraknya penyimpangan perilaku pemuda tersebut tentu membahayakan kehidupan bangsa di kemudian hari. Hal tersebut dikarenakan, pemuda adalah generasi penerus tulang bangsa. Jika generasi pemuda semakin hari semakin rapuh dengan pengaruh narkoba yang berdampak buruk, maka bangsa ini akan kehilangan kendali di kemudian hari. Sasaran dari penyebaran narkoba adalah kaum muda atau remaja. Akibatnya adalah generasi harapan bangsa yang tangguh dan cerdas hanya akan meninggalkan jejak kenangan saja.
Dari masalah yang tersaji akan timbul pertanyaan tentang bagaimana seni kreatif bisa menata rasa nasionalisme yang anti narkoba? Segala sesuatu tak boleh hanya sekadar teori, tetapi perlu praktiknya pula. Untuk mengubah mindset generasi muda, pengimplementasian nilai seni kreatif yang berbasis seni film agar mampu menata rasa nasonalis yang anti narkoba bisa dilakukan melalui beberapa cara.
Pertama, seni kreatif merupakan ungkapan batin manusia, yang tidak pernah lepas dari rasa nasionalisme bangsa. Seni yang kreatif haruslah mampu memberikan gerak/arah yang koheren dalam menata rasa nasionalisme.
Kedua, seni kreatif yang berlandaskan rasa nasionalis dapat berupa seni film yang tentunya harus mengadung nilai nilai tersendiri. Nilai – nilai tersebut dapat berupa nilai semangat kebangsaan, pantang menyerah dan tentunya menghargai jasa para pahlawannya.
Ketiga, mahakarya para seniman pembuat film nasionalis harus mampu memperhatikan unsur – unsur karyanya agar tak lepas dari rasa nasionalisme. Mengingat di masa ini arus globalisasi telah menjerumuskan generasi muda ke arah yang tidak benar.
Keempat, generasi muda adalah generasi penerus bangsa, maka dari itu seluruh kompenen yang mengawasi generasi muda harus memperhatikan buah hatinya terutama dari pengaruh Narkoba yang buruk. Mengingat di masa ini narkoba telah menjelma menjadi momok yang mengerikan dan tentu merusak generasi ke depan.
Untuk mewujudkan gerak seni kreatif dalam menata rasa nasionalis yang antinarkoba, maka diperlukanlah sebuah seni mahakarya yang kreatif. Mahakarya seni yang kreatif dapat berupa seni film, film yang dimaksud adalah film dapat membangkitkan rasa nasionalisme terutama di kalangan pemuda. Kita kaum pemuda bangsa harus belajar banyak pada sejarah kehidupan bangsa agar mampu memberikan perubahan pada masa mendatang. Semoga dengan adanya seni – seni yang kreatif nantinya mampu menata rasa nasionalisme khusus di kalangan pemuda agar mampu terhindar dari bahaya arus global, terutama narkoba. Sedangkan, apabila setiap generasi mampu menumbuhkembangkan karakter yang baik, generasi emas pemuda Indonesia akan terwujud. Generasi inilah yang nantinya akan menjadikan Indonesia semakin maju dan adidaya. Jaya terus Indonesia ku, salam pemuda Indonesia!
Komentar