Gaya Hidup atau Hidup Gaya

Istilah Bali

Jumah sing ngelah, utang sing mebayah, disisi ngenah mewah.

Perkembanngan jaman dan teknologi tentunya sangat berpengaruh kepada kondisi perekonomian dan kebiasaan masyarakatnya. Salah satu contohnya adalah perkembangan pariwisata dan teknologi yang sangat pesat di kabupaten Badung. Budaya barat tentunya banyak diadopsi oleh masyarakat tanpa memperhatikan status sosial dan ekonomi mereka. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap gaya hidup dan kebiasaan masyarakatnya, seperi yang sering kita lihat fenomena jaman sekarang kebanyakan orang berpenampilan glamor demi menjaga gengsi dan menunjukkan popularitas mereka dihadapan orang banyak. Namun sering kita jumpai juga kebanyakan orang yang terlihat glamor dan bergaya serba mewah, jika kita lihat kondisi perekonomian dan penghasilannya tidaklah sebanding dengan gaya yang ditampilkan dihadapan umum.

Gaya dan penampilan yang selalu menjadi prioritas utama disetiap keseharian pada jaman sekarang juga berdampak buruk bagi kepribadian generasi muda yang menganggap gaya hidup adalah segalanya bagi mereka. Maka tak jarang ditemui banyak anak-anak muda yang rela menjual dirinya demi mendapatkan hasil untuk memenuhi gaya hidup mereka. Begitu juga anak-anak muda yang ada didaerah pariwisatanya sangat berkembang pesat, kebanyakan dari mereka sering mengunjungi club dan tempat hiburan malam dan itu semata-mata untuk berfoya-foya dan terlihat sangat sosialita di media sosial. Semua hal tersebut pastinya hanya semata-mata untuk mendapatkan pujian dan terlihat menarik di media sosial tentunya.

Bukan hanya dikalangan anak muda, namun perkembangan jaman dan teknologi juga sangat mempengaruhi para orang-orang tua. Jaman dulu Bali dikenal dengan masyarakatnya yang ramah dan berpenampilan sopan dan sangat ayu, maka dari itu sering disebut-sebut gadis bali adalah gadis yang cantik dan sopan. Namun pandangan tersebut sepertinya sudah mulai memudar pada era sekarang, seperi yang kita lihat para masyarakatnya ketika memakai busana dalam persembahyangan ke Pura, tak jarang kita temui pakaian yang malah membuka aurat ataupun pakaian yang secara berlebihan baik dari segi harga, warna maupun bahannya. Semua itu tidak ada lain bertujuan untuk menunjukkan penampilan diri dan status ekonomi mereka.

Akhir-akhir ini banyak sekali kita temui sindiran-sindiran terhadap orang-orang yang bisa dibilang over dalam bergaya. Maka sering kita dengar kata-kata, lebih mahal gaya dan penampilannya daripada sesuatu yang akan di haturkan. Semua contoh tersebut tentunya banyak kita temui disekitar kita. Namun sebagai masyarakat bali tentunya kita tidak boleh lupa akan Budaya kita selama ini, karna tanpa kita sadari tanpa kita memilah dan memperhatikan sekeliling kita pengaruh-pengaruh yang tidak baik akan terus menggerus dan menggerogoti kita sedikit-demi sedikit.

Bergaya sah-sah saja untuk siapapun, namun kita juga harus mperhatikan bagaimana perekonomian dan kondisi kita. Karena hal tersebut juga bisa dikatakan orang-orang yang memiliki kelainan mental karena ia rela mengorbankan segalanya hanya demi merasakan kepuasan diri melalui sanjungan dan pujian dari orang lain. Banyak faktor yang menyebabkan orang merasa tertekan dan lebih mementingkan merek/brand daripada fungsinya. Yang pertama adalah selalu membandingkan ehidupan kita dengan orang lain yang tentunya kualitas dan faktor ekonomi kita tentunya tidak sama. Yang kedua adalah selalu mementingan dunia maya tanpa kita memperhatikan kenyataan yang dijalanni.

Maka dari itu hiduplah sesuai kemampuan sendiri, jangan pernah memaksakan mengikuti hidup orang lain. Seperti kata orang bali “de bes kebarat-baratan pang sing iraga kebarat birit”.