Bicara soal Pulau Bali, apakah yang melintas dalam benak kita?

Indonesia memiliki primadona wisata: Pulau Bali. Pulau yang terletak di sebelah Pulau Jawa dan dikenal dengan sebutan Pulau Dewata ini memiliki keindahan alam serta adat budaya yang luhur. Begitu banyak wisatawan domestik dan mancanegara yang menjadikan Bali sebagai tujuan wisata favorit.

Sayangnya dengan semakin pesat perkembangan pariwisata di Bali, bermunculan dampak negatif. Alam Bali yang indah dirusak oleh tangan-tangan manusia. Salah satu permasalahan utama adalah sampah. Ibukota Provinsi Bali, Denpasar, menghasilkan 1 juta plastik per bulan. Artinya sampah yang dihasilkan kota Denpasar sendiri mencapai 12 juta plastik per tahun. Belum lagi bila ditambahkan dengan sampah di berbagai pelosok Bali. Sampah dengan mudah ditemukan di pinggiran perairan Bali, baik di bagian utara, barat, timur, dan terutama di daerah selatan.

undefined

Sumber Gambar

Hingga kini belum ada penanganan serius yang berkelanjutan soal permasalahan sampah di Bali. Jika dibiarkan terus-menerus, menurut penelitian, pada tahun 2050 sampah plastik akan berjumlah lebih banyak daripada ikan-ikan di lautan.

Sebagai sebuah wacana, di sini saya ceritakan tentang salah satu tindakan yang dilakukan tempat wisata lain untuk menangani permasalahan sampah. Di Pulau Boracay, Filipina, misalnya. Pulau Boracay merupakan salah satu obyek wisata favorit di Filipina yang dibanjiri wisatawan domestik maupun mancanegara. Pulau Boracay terkenal dengan pantai berpasir putih mengkilat, serta dilengkapi panorama alam yang sangat indah. Di pulau ini terdapat banyak hotel, resort, dan restoran. Tetapi di balik berbagai bangunan yang memenuhi Pulau Boracay, terdapat juga bangunan yang berdiri secara ilegal atau tidak memenuhi standar. Beberapa hotel secara tak bertanggung jawab melakukan pembuangan limbah secara langsung ke perairan pantai daripada membuat saluran irigasi pembuangan ke tempat yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Akibatnya, air laut tercemar hingga menimbulkan bau busuk.

Yang lebih parah daripada sekadar aroma busuk, limbah yang dibuang secara asal ke laut juga membahayakan ekosistem laut. Pemerintah Filipina pun melakukan tindakan pengamanan, caranya dengan memutuskan untuk menutup Pulau Boracay selama enam bulan. Tujuannya untuk membersihkan lingkungan dan melakukan pemulihan atas kondisi pulau tersebut secara alami. Keputusan pemerintah ini didukung oleh masyarakat setempat. Penduduk Pulau Boracay bersama-sama ikut memberikan kontribusi dalam pembersihan dan pemeliharaan lingkungan. Setelah enam bulan, Pulau Boracay kembali dibuka untuk tujuan wisata, namun dengan tambahan berbagai aturan ketat untuk menjaga lingkungan pulau tersebut ke depan agar tetap lestari.

Pada dasarnya setiap obyek wisata di mana pun memiliki permasalahan yang mirip, yakni sampah. Pulau Boracay berhasil menyelesaikan permasalahan tersebut dengan melakukan tindakan yang nyata dan terintegrasi. Menyimak keberhasilan Pulau Boracay, mungkinkah kita

melakukan tindakan yang sama untuk Pulau Bali? Sejatinya Bali adalah pulau yang suci sudah sepatutnya kita jaga dan rawat kebersihannya. Masalahnya, dapatkah kita mempertahankan keindahan dan keagungan Bali jika kesadaran untuk menjaganya tidak ada dalam diri kita sendiri? Saya yakin kita dapat mengembalikan Pulau Bali seperti sedia kala dengan melakukan tindakan serupa.

Referensi

https://www.academia.edu/8808943/PENGARUH_WISATAWAN_TERHADAP_LINGKUNGAN_ALAM_BALI

http://bali.tribunnews.com/2018/07/16/sampah-plastik-bom-waktu-pariwisata-bali12-juta-pcs-plastik-dari-ritel-dan-toko-modern

https://www.vice.com/id_id/article/3k7j73/tak-banyak-pihak-sadar-bali-terancam-kehabisan-air-tanah-akibat-industri-pariwisata

https://www.academia.edu/16006954/Perkembangan_Pariwisata_di_Bali