Upacara potong gigi atau yang sering disebut Mesangih, Metatah atau Mepandes adalah salah satu upacara keagamaan Umat Hindu di Bali. Upacara ini sudah menjadi tradisi yang wajib dilakukan dan telah mendarah daging di kalangan masyarakat Hindu Bali karena merupakan upacara yang sakral dan memiliki makna keagamaan.

Makna Upacara Mepandes dalam Pandangan Hindu

undefined

Upacara Mepandes termasuk kedalam Upacara Manusa Yadnya yang dilaksanakan oleh anak yang mulai menginjak usia remaja atau beranjak dewasa. Upacara ini merupakan upacara Sarira Samskara yang bertujuan untuk menemukan hakekat manusia sejati dan menyucikan diri pribadi seseorang dan terlepas dari belenggu kegelapan yang disebut Sad Ripu dalam diri manusia. Sad Ripu sendiri adalah enam musuh yang ada dalam diri manusia akibat dari sifat Asubha Karma atau sifat buruk manusia. Sad ripu terdiri dari Kama, sifat penuh nafsu indriya, Lobha, sifat serakah dan tamak, Krodha, sifat kejam dan pemarah, Mada, sifat mabuk dan lupa diri (kegila-gilaan), Moha, sifat bingung dan angkuh, serta Matsarya, sifat dengki dan irihati. Dalam upacara mepandes sad ripu dilambangkan dengan enam buah gigi (4 gigi seri, dan 2 gigi taring pada rahang atas) oleh karena itu dalam upacara Mepandes gigi yang diasah adalah 6 gigi tersebut.

Makna-makna yang terkandung dalam uapacara Mepandes yaitu sebagai simbolis seorang anak yang telah menginjak dewasa dan mendapatkan pencerahan serta memiliki sifat dewata (Daivi sampad) seperti yang disebutkan dalam kitab suci Bhagavadgita, memenuhi kewajiban orang tua, ibu dan bapa yang telah mendapat kesempatan untuk menumbuh kembangkan seorang anak hingga mencapai kedewasaan dan mengetahui hakekat penjelmaan sebagai manusia. Selain itu secara spiritual, orang yang telah disucikan akan lebih mudah menghubungkan diri denga Ida Sang Hyang Widhi Wasa, para dewata dan leluhur, kelak bila yang bersangkutan meninggal dunia, atma yang bersangkutan akan bertemu dengan leluhurnya di alam Pitra (Pitraloka).

Rangkaian Prosesi dalam Upacara Mepandes

Dalam upacara Mepandes ternyata tidak dilakukan upacara potong gigi saja tetapi terdapat beberapa rangkaian upacara yang harus dilakukan yang mana juga memiliki makna religius diataranya yaitu Magumi Padangan, yang dilakukan dengan memohon tirtha panglukatan pada Bhatara Brahma dan di lakukan di dapur. Kata “Dangan” pada Padangan berarti Dapur. Upacara ini juga disebut Masakapan di Pawon. Selanjutnya yaitu Pengekeban, upacara ini dilakukan di dalam ruangan (meten atau gedong) yang mengandung makna bahwa anak yang akan mepandes melaksanakan Brata, yakni janji untuk mengendalikan diri dari hal-hal negatif yang disimboliskan dengan Sad Ripu. Kemudian Mabyakala yang dilaksanakan di halaman rumah untuk membersihkan pengaruh-pengaruh negatif dalam diri.

Setelah itu melakukan persembahyangan di Merajan, dimana dalam upacara ini anak yang akan mepandes memohon wara nugraha dari Bathara Hyang Guru dan leluhur, dalam upacara ini anak yang akan mepandes juga menyembah ibu-bapa sebagai perwujudan bakti kepada orang tua, dan juga Ngrajah gigi atau menulis gigi dengan aksara suci dan Pemahatan taring yang bermakna bahwa Ida Sang Hyang Widhi telah menganugrahkan kelancaran pada upacara ini seperti simbolis Sang Hyang Siwa memotong taring putra-Nya yaitu Bhatara Kala. Setelah selesai upacara di pamarajan dilanjutkan dengan upacara pemotongan gigi atau Mepandes yang dilakukan oleh Sangging dengan mengikir 6 gigi yang sudah disebutkan tadi. Kemudian menikmati Sirih-lekesan, simbolis kehidupan baru telah dimulai dengan bermacam kenikmatan hidup dan tantangan, dan Sang Hyang Siva beserta Panca Dewata senantiasa akan melindunginya. Lalu kembali ke tempat Ngekeb yang dilanjutkan dengan upacara Mejaya-jaya dan Mapinton.

Berdasarkan pengertian dan makna upacara Mepandes di atas kita memahami bahwa upacara Mepandes sangat penting bagi kehidupan Umat Hindu yang mana telah menjadi budaya dan tradisi Umat Hindu di Bali. Dari sisi jasmaniah uapacara ini juga dapat memberikan nilai estetika pada gigi, karena gigi yang telah diasah hingga rata dapat membuat gigi terlihat lebih rapi dan cantik. Namun bagaimana jika dipandang dari segi kesehatan ? apakah Mepandes juga bermakna positif dalam dunia kesehatan atau justru sebaliknya ?

Pengertian dan Struktur Gigi dalam dunia Medis

undefined

Gambar Strutur Gigi Normal

Sumber : http://3.bp.blogspot.com/-xqWM5MQUM U/UXP40rqdC3I/AAAAAAAADYM/56rZx81SEEA/s1600/struktur+

Gigi adalah organ sistem pencernaan yang terletak di dalam rongga mulut dan termasuk alat pencernaan mekanik karena berfungsi untuk memotong, merobek, dan mengunyah makanan sebelum makanan tersebut masuk ke bagian pencernaan selanjutnya. Gigi memiliki struktur padat dan keras untuk menjalankan fungsinya dengan baik. Gigi terbentuk oleh lapisan – lapisan yang membentuk gigi menjadi sempurna. Lapisan – lapisan tersebut diantaranya yaitu Email gigi yang merupakan lapisan pelapis mahkota gigi yang bersifat keras dan berfungsi untuk melindungi tulang gigi dari bagian luarnya. Kemudian ada Sementum Gigi yang melapisi akar gigi di dalam rahang Lapisan ini berfungsi untuk melindungi akar gigi, namun strukturnya tidaklah setebal dan sekeras email gigi. Lapisan selanjutnya ada Tulang Dentin yang merupakan lapisan terluas pada bagian gigi, strukturnya meliputi seluruh panjang gigi, mulai dari mahkota sampai akar. Dan berfungsi sebagai pelindung kedua setelah email dan sementum gigi. Yang paling dalam ada Rongga Gigi (Pulpa) yang merupakan jaringan lunak pembentuk rongga pada bagian dalam gigi dan berisi pembuluh darah dan pembuluh saraf. Pulpa berfungsi sebagai pemberi nutrisi gigi karena memiliki pembuluh darah, dan untuk mengidentifikasi benda asing, tekanan, suhu dan nyeri karena memiliki pembuluh saraf.


Mengapa Proses Mepandes Merusak Komponen Gigi ?


Setelah mengetahui makna dan tujuan upacara Mepandes dalam Hindu di Bali kita dapat menyimpulkan bahwa upacara ini merupakan upacara sakral yang wajib dilakukan oleh setiap umat Hindu yang mulai menginjak usia dewasa. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya di atas, dalam proses mepandes 4 gigi seri dan 2 gigi taring akan dikikir hingga rata. Nah, proses inilah yang mengalami pro dan kontra dengan dunia kesahatan. Karena proses pengikiran ini nyatanya memang menghilangkan beberapa komponen gigi manusia yang dapat menyebabkan kerusakan pada lapisan gigi khususnya enamel atau email gigi.

Ketika proses pengikiran berlangsung gesekan antara alat kikir dengan gigi menyebabkan enamel gigi terkikis yang menyebabkan trauma fisik pada bagian incisal gigi (ujung gigi). Jumlah enamel maksimal yang boleh dikikir berdasarkan ilmu kedokteran adalah sebanyak 50% dari bagian enamel sehingga tidak menyebabkan risiko pada dental dan periodontal. Hilangnya lapisan enamel ini dapat menyebabkan terganggunya fungsi fisiologis gigi tersebut dan juga dapat menyebabkan akumalasi plak serta peningkatan potensi karies gigi.

Apabila proses pengikiran gigi melebihi lapisan enamel, hingga mencapai pulpa, maka dapat menyebabkan akibat berbahaya. Karena pulpa yang kaya akan pembuluh darah dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi apabila proses mengikir sampai menyentuh bagian pulpa tersebut. Adanya infeksi maupun peradangan pada pulpa (pulpitis) dapat menyebabkan sensitivitas dan nyeri yang ekstrim. Beberapa orang yang sudah mepandes juga mengaku bahwa setelah mepandes gigi mereka terasa sedikit nyeri bila memakan atau meminum sesuatu yang panas maupun dingin yang ekstrim.

Berdasarkan analisis di atas, kita mengetahui bahwa upacara mepandes ternyata juga berbahaya bagi kesehatan gigi. Lalu bagimana solusinya ? Haruskah prosesi Mepandes dihentikan karena alasan kesehatan ? Jawabannya adalah “TIDAK” .
Upacara mepandes telah menjadi tradisi yang memang harus dilaksanakan dan tidak mungkin jika dihentikan mengingat pentingnya makna religius dan budaya yang terkandung di dalamnya. Hal inilah yang menjadi tantangan bagi dunia kesehatan untuk memberikan pencerahan mengenai kesehatan gigi dan akibat dari pengikiran gigi pada prosesi mepandes.

Untuk mengubah perilaku masyarakat yang telah mendarah daging apalagi yang berkaitan dengan budaya, tradisi dan keagamaan memang sangat sulit dilakukan dan bersifat sensitif. Namun setelah mengetahui bahwa kegiatan yang dilaksanakan (mepandes) ternyata juga berdampak buruk bagi kesehatan maka sedikit demi sedikit masyarakat akan terbuka dengan hal ini karena mereka tentu tidak ingin terjadi hal buruk pada kesehatan mereka. Oleh karena itu hal yang harus dilakukan disini adalah mengkemas upacara mepandes yang aman bagi kesehatan tanpa mengurangi makna maupun prosesi yang ada di dalamnya. Salah satu cara yang bisa dilakukan ialah mengubah perilaku berisiko berupa kegiatan mengikir gigi yang berlebihan diubah menjadi kegiatan mengikir gigi yang sesuai standar kedokteran modern. Dalam hal ini, seorang tenaga kesehatan perlu mengkaji teori-teori dan bukti mengenai dampak bahaya dari kegiatan mepandes. Selain itu kita tidak boleh berfokus pada 1 subyek saja, misalnya kepada orang yang akan dipotong giginya, tetapi juga perlu memperhatikan sangging, keluarga, serta pemuka agama setempat. Karena tindakan yang dilakukan terkait kegiatan mepandes tidak hanya ditentukan oleh faktor internal dari orang yang akan dipotong giginya, melainkan dapat dipengaruhi oleh sangging, dan lingkungan lain di sekitarnya.

Oleh karena itu tenaga kesehatan perlu memberikan sosialisasi kepada orang-orang yang terlibat dalam upacara Mepandes baik kepada orang yang akan dipotong giginya, sangging yang akan mengikir gigi dan pihak-pihak lain yang terlibat. Mereka hendaknya diberikan informasi mengenai kesehatan gigi, dampak dari pengikiran gigi, seberapa banyak gigi yang boleh dikikir, menggunakan alat alat yang steril dan hal-hal lain yang berkaitan dengan prosesi mepandes. Selain itu disarankan juga untuk menghindari makanan dan minuman panas maupun dingin yang ekstrim dan bertekstur terlalu keras bagi orang yang baru selesai mepandes. Dan jika lapisan enamel gigi orang yang akan dipandes sudah tipis ataupun gigi orang tersebut sudah rata maka prosesi mepandes dapat dilakukan secara simbolis dimana gigi tidak benar-benar dikikir secara penuh hingga rata namun hanya dilakukan simbolis pengikiran saja. Hal ini tidak akan membahayakan orang yang dipandes dan prosesi mepandes tetap dapat dilaksanakan tanpa mengurangi makna mepandes itu sendiri.

Karena pada dasarnya Agama tidak pernah memaksa umatnya melakukan hal negatif yang dapat membahayakan umatnya, agama bersifat fleksibel dan dapat disesuaikan dengan kemampuan umat serta kondisi pendukung lainnya.

 

 



Referensi :

Makna Upacara Mepandes tersedia di https://cahyadiblogsan.blogspot.com/2012/04/pengertian-dan-makna-upacara.html (diakses pada tanggal 8 April 2019)
Pandangan Kesehatan terhadap Mepandes tersedia di https://okadwicandra.blogspot.com/2015/10/benturan-budaya-dengan-ilmu-kedokteran_17.html (diakses tanggal 10 April 2019)
Struktur Gigi tersedia di https://www.ilmudasar.com/2016/09/Pengertian-Struktur-Fungsi-Susunan-Jenis-Gigi-Manusia adalah.html (diakses pada tanggal 9 April 2019)