“Saking napi gek?”
“Saya dari Badung pak”
“Beh Badung liu ngelah pis sing jek JAEN IDUP DI BADUNG”
Itulah sepenggal percakapan yang saya alami sendiri, ketika bertemu dengan orang yang baru dikenal di Pura Besakih beberapa hari yang lalu. Setelah mengingat kembali percakapan singkat yang sama alami itu, seketika saya mulai berfikir apakah sebagai masyarakat asli Badung saya harus berbangga atau sebaliknya? Tentu saja saya bangga, karna memang benar saya merasakan sendiri sejahteranya menjadi masyarakat Badung.
Slogan “Jaen Idup di Badung” mulai viral di media sosial instagram dan facebook awal tahun 2017. Tidak hanya itu, slogan “Badung: Lahir, Hidup, Mati, Metanggung” juga tidak kalah viral, ini mulai viral pertengahan tahun 2018. Sampai akhirnya saya mulai mencari tau bagaimana bisa munculya slogan-slogan tersebut, berikut dapat saya simpulkan….
Kabupaten Badung merupakan Kabupaten terkaya di Provinsi Bali, tidak dapat dipungkiri masyarakat di Badung kini semakin sejahtera dibawah kepemimpinan Bupati Badung saat ini. Pada tanggal 17 Februari 2019 menjadi hari tepat tiga tahun kepemimpinan Bupati Badung, dengan visi Memantapkan Arah Pembangunan Badung Berlandaskan Tri Hita Karana yaitu menuju masyarakat maju, damai, dan sejahtera. Bupati Badung, I Nyoman Giri Prasta telah meluncurkan beberapa program unggulan untuk membangun Kabupaten Badung dalam masa kepemimpinannya. Program tersebut mencangkup lima bidang prioritas pembangunan Badung meliputi, pangan, sandang dan papan, kesehatan dan pendidikan, jaminan sosial dan tenaga kerja, seni, adat, agama dan budaya serta pariwisata termasuk infrastruktur.
Dilansir dari Keuangan.co, dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) lebih dari Rp 7,2 triliun, Pemerintah Kabupaten Badung terus berupaya mensejahterakan rakyat, dari lahir sampai ke liang kubur.Dibidang kesehatan Pemkab sudah melaksanakan konsep Tri Kona yaitu lahir, hidup, mati ditanggung pemerintah. Kebijakan ini satu-satunya ada di Kabupaten Badung yang mana masyarakat di Kabupaten Badung saat melahirkan cukup membawa nama saja untuk membuat akte kelahiran, mengenai biaya Rumah Sakit maupun Puskesmas dan Akte Kelahiran Pemerintah menanggung. Setelah lahir pasti hidup, kebanyakan masyarakat merasa panik dan bingung saat terkena sakit, apalagi sakit tersebut waktunya tidak dapat diprediksi kapan datangnya apalagi saat sakit tidak punya uang, untuk itu Pemerintah melaksanakan program yang mendukung program Presiden Joko Widodo yang mana pusat ada JKN (Jaminan Kesehatan Nasional dengan Kartu KIS (Kartu Indonesia Sehat) kerjasama Kapitasi dengan BPJS dan dilanjutkan oleh Pemerintah Kabupaten Badung agar masyarakat dapat pelayanan kesehatan gratis dengan Kartu KBS (Kartu Badung Sehat). Pemerintah juga telah memberikan santunan untuk penunggu pasien yang opname di kelas III dengan rekomendasi Perbekel berupa bantuan tunai langsung maksimal Rp. 5 juta dan untuk kematian di Kabupaten Badung diberikan santunan sebesar Rp. 10 juta dan mendapatkan Akte kematian serta perubahan KK.
Di bidang pendidikan di Badung sudah gratis, termasuk dukungan laptop dan baju seragam. Disamping itu Bupati Badung menyadari bahwa waktu dari masyarakat kebanyakan habis untuk melaksanakan yadnya termasuk dana masyarakat banyak habis untuk beryadnya, sehingga Bupati juga mengambil kebijakan untuk menuntaskan seluruh pembangunan di Pura Kahyangan Tiga se-Badung, dan mulai tahun 2018 Bupati juga mengambil kebijakan untuk memberikan gaji kepada Pemangku Pura Kahyangan Tiga se-Badung. Tidak cukup sampai disitu akhir tahun 2018 seluruh lansia di Kabupaten Badung yang telah memenuhi usia kriteria juga telah diberikan santunan uang setiap bulannya, guna menjamin kebutuhan hari tua mereka.
Dengan adanya sejumlah kemudahan yang telah diberikan pemerintah untuk masyarakat Badung, akankah menjadikan generasi muda Badung menjadi generasi pemalas?
Setiap kebijakan yang dibuat pemerintah tentu saja diharapkan agar semakin dapat mensejahterakan masyarakat, namun kebijakan terkadang disalah artikan oleh masyarakat. Sifat alamiah manusialah yang mendasari hal tersebut. Generasi muda saat ini disebut sebagai generasi millennial. Hidup sebagai bagian dari generasi millenial terkadang tidak mudah. Pasalnya, cukup banyak stereotipe negatif menempel pada pundak generasi yang terlahir antara awal 1980 hingga 2000an tersebut. Salah satu dari stereotipe yang beredar menyebutkan bahwa generasi millenial merupakan generasi yang pemalas.
Hal itu senada dengan apa yang pernah dikatakan seorang konsultan kepemimpinan, Simon Sinek, dalam video wawancara yang sempat menjadi cukup viral beberapa waktu lalu. Dalam video tersebut, ia mengatakan, orang yang terlahir setelah 1982 mempunyai sifat "entitled, narcissistic, self-interested, unfocused and lazy." Meskipun ia tidak bermaksud untuk menyudutkan generasi millenial, ada satu hal menarik yang kemudian ia sampaikan mengikuti pernyataannya tersebut. Menurutnya, penyebab generasi millenial bisa menjadi seperti apa yang ia deskripsikan, bukanlah merupakan kesalahan generasi itu sendiri. Melainkan karena generasi tersebut dibesarkan dalam lingkungan yang serba "memberi hadiah", sehingga membuat mereka kesulitan untuk menghadapi kehidupan sesungguhnya setelah menyelesaikan pendidikan.
Terkait penilaian Masyarakat terhadap generasi milenial tidak dapat dipersalahkan pula, mungkin mereka hanya dari sisi Negatif bagaimana milenial menghabiskan waktu bejam-jam melihat media sosial, bermain game seharian dan hal lain yang tidak produktif lah yang membangun streotipe ini, namun generalisasi juga tidak dapat dibenarkan jika hasilnya adalah menghakimi satu kelompok.
Lalu bagimana cara agar generasi muda / generasi millennial di Kabupaten Badung tidak menjadi pemalas ditengah segalah kemudahan yang telah ada… ?
Program yang telah dibuat sebaiknya dijadikan untuk mempermudah menjalani kehidupan dari segi ekonomi namun tanpa terpusat pada program tersebut, tetapi lebih berpusat kepada tujuan dan cita-cita yang diharapkan. Generasi millennial perlu tau bahwa program pemerintah setiap tahun bisa berubah tergantung kebijakan yang diatas. Sehingga yang paling penting dimiliki oleh generasi millennial yaitu pikiran yang terbuka disertai penggunaan teknologi dan informasi dengan lebih bijak adalah kunci untuk membuktikan bahwa generasi milenial bukanlah generasi yang malas, kita adalah generasi yang cepat, kreatif, efektif, inovatif, dan produktif.
Komentar