Om Swastyastu

“Semoga pikiran yangbaik akan datang dari segala penjuru”

Pernahkah pembaca sekalian mendengar kisah sebuah negeri dengan peradaban super tinggi yang kemudian dikatakan hilang dalam lautan dan negeri itu disebut dengan nama Atlantis? Perdebatan tentang keberadaan Atlantis hingga akhirnya ada pendapat yang mengatakan bahwa Atlantis itu berada di Indonesia? Lalu dimanakah Atlantis itu sebenarnya?

Saya ingin berbagi sedikit informasi pada kawan-kawan tentang Atlantis ini dengan pendekatan Kisah Cendikiawan Nusantara kita yang bernama Eyang Sabda Palon dan Naya Genggong.

 

 

Pertama, kita akan bahas dulu mengenai asal muasal istilah Atlantis ini bisa muncul di masyarakat. Atlantis pertama kali dikemukakan oleh seorang filusuf yang bernama Plato dalam buku Timaeus dan Critias. Dalam bukunya, Plato menulis bahwa Atlantis terhampar "di seberang pilar-pilar Herkules", dan memiliki angkatan laut yang menaklukan Eropa Barat dan Afrika 9.000 tahun sebelum waktu Solon, atau sekitar tahun 9500 SM.

Setelah gagal menyerang Yunani, Atlantis tenggelam ke dalam samudra "hanya dalam waktu satu hari satu malam". Untuk lengkapnya mengenai penjabaran atlantis oleh Plato, Pembaca bisa mencari informasinya di http://id.wikipedia.org/wiki/Atlantis atau tinggal search saja link yang berkaitan dengan Atlantis.

Banyak sekali pendapat yang hingga kini masih menimbulkan perdebatan di masyarakat mengenai kebenaran Atlantis. Apakah memang benar Atlantis itu pernah ada di dunia ataukah Atlantis itu hanya ada di impian Plato. Lalu, kalau memang Atlantis itu benar pernah ada di dunia, dimanakah tempat keberadaan peradaban maju tersebut?

Untuk itu, saya (selanjutnya akan saya sebut sebagai penulis) akan ajak kawan-kawan sekalian  untuk mengenyampingkan dahulu pendapat-pendapat para ilmuwan tersebut. Kita siimak sekali lagi suatu warisan leluhur kita di Indonesia yang sebenarnya mengandung suatu informasi penting untuk mengguak kebenaran mengenai keberadaan peradaban Atlantis.

Penulis akan ajak pembaca untuk membuka kesusastraan tentang kisah Sabda Palon dan Naya Genggong. Kita akan menyimak sedikit mengenai sepenggal kisah yang ada saat Sabda Palon dan Naya Genggong ada di jaman Majapahit sebagai suatu pendekatan sederhana mengenai keberadaan peradaban Atlantis.

 

 

Kisah Sabda Palon-Naya Genggong

Sabda Palon dan Naya Genggong merupakan dua punakawan yang berada pada zaman kerajaan Majapahit. Dua punakawan tersebut dikatakan sebagai dua pengawal peradaban di nusantara yang menghantarkan nusantara mengalami perubahan besar pada masa itu.

Kenapa Sabda Palon dan Naya Genggong dikatakan sebagai pengawal peradaban di nusantara? Jika Pembaca ingin lebih mengetahui asal-usul Sabda Palon dan Naya Genggong, cobalah cari informasi mengenai Dhang Hyang Agastya dan Wasistha. Namun untuk praktisnya, penulis akan coba berikan sedikit penggalan artikel mengenai hal tersebut :

Hyang Agastya merupakan perwujudan dari manifestasi Tuhan yang dapat mengambil segala jenis bentuk di alam ini. Hyang Agastya memiliki tugas untuk menjaga Nusantara. Beliau ditemani oleh Hyang Wasistha. Dua manifestasi tersebut secara turun-temurun bereinkarnasi dan turun di peradaban Nusantara untuk menjaga Nusantara.

Reinkarnasi dari Hyang Agastya dan Wasistha yang sangat terkenal hingga sekarang ialah Sabda Palon dan Naya Genggong. Hyang Agastya turun menjadi Sabda Palon dan Hyang Wasistha turun menjadi Naya Genggong. Keduanya memiliki suatu kedekatan, yang tak dapat dijelaskan dengan bahasa ilmiah ataupun bahasa keseharian, dengan Tuhan. Keduanya terpisah namun satu. Hanya jiwa yang telah memiliki tingkat spritualitas yang tinggilah yang dapat memahami hal tersebut.

Eyang palon sering dikaitkan dengan sosok “Satrio Piningit” yang sangat terkenal di masyarakat Kejawen. Beliau juga disebut dengan sosok Semar karena beliau memiliki sifat yang samar namun ada. Kisah Sabda Palon berhenti di runtuhnya Majapahit.Dikisahkan bahwanya, saat terjadinya percakapan di Blambangan (Banyuwangi), antara Prabu Brawijaya V dengan Eyang Sabda Palon, Eyang Palon kemudian menghilang.

Eyang Palon dikatakan menghilang setelah menolak ajakan Prabu Brawijaya V untuk pindah keyakinan. Namun, sebelum eyang palon menghilang, beliau sempat menjabarkan sebuah ramalan mengerikan tentang Nusantara. Beliau juga berjanji akan kembali lagi di Nusantara setelah 500thn semenjak saat itu (perkiraannya pada tahun 2056).

Eyang palon menghilang dan dikatakan pindah ke Pulau Bali. Beliau hijrah ke Bali dan kemudian bereinkarnasi menjadi Dhang Hyang Nirartha atau Dhang Hyang Dwijendra atau disebut juga sebagai Pandhita Sakti Wawu Rawuh. Hyang Nirartha kemudian sangat dikenal oleh masyarakat Bali karena jasa beliau yang memberikan petunjuk-petunnjuk tentang Agama dan Kehidupan, dan dihormatii hingga sekarang"

Kita tinggalkan sejenak mengenai asal muasal sebutan sebagai Penjaga Nusantara pada Sabda Palon dan Naya Genggong di atas, lalu menyimak kembali mengenai kisah saat Sabda Palon dan Naya Genggong di zaman Majapahit, yakni tepatnya saat Zaman Kepemimpinan Prabhu Kertabumi, Raja Majapahit ketika itu.

Kisah itu berawal saat munculnya mimpi Prabu Kertabumi, beliau memimpikan mengenai sosok orang tua dengan perut buncit, berjenggot tebal dan runcing, tangan kanannya membawa Aksamala (Tasbih) dan tangan kirinya membawa Kamandhalu (kendi berisi air kehidupan). Sosok itu duduk di bawah pohon dan memberikan titah kepada tiga anaknya untuk membangun sebuah parahyangan di sebelah Timur Yawadwipa (Pulau Jawa) yakni di Balidwipa (Pulau Bali).

Sosok itu merupakan sosok dari Hyang Agastya.

 

 

Dikisahkan bahwa setelah mimpi tersebut Sang Prabu mengalami kegelisahan. Di saat kegelisahannya mengenai mimpi tersebut terus menghantui pikirannya, beliau akhirnya menceritakan mimpinya tersebut kepada seorang Acharya bernama Wiryatama. Setelah diceritakan, akhirnya Sang Acharya tahu bahwa mimpi sang prabu adalah sebuah petunjuk baginya untuk mengisahkan suatu kisah panjang mengenai peradaban di Nusantara kepada prabu tersebut. Sang Acharya Wiryatama merupakan keturunan Acharya yang secara turun-temurun menjaga kisah panjang nusantara.

Kisah tersebut beliau simpan hingga datang suatu saat dimana seorang raja nusantara datang setelah mendapatakan petunjuk-petunjuk alam dari Hyang Agastya. Dalam kisah nusantara yang akan dikisahkan oleh sang acharya tersebutlah, kita akan dikisahkan mengenai suatu peradaban kuno sebelum majapahit, yang ada di tanah nusantara, dan bernama Ataladwipa.

Ataladwipa ada pada zaman lima belas ribu tahun lalu (semenjak saat itu), dimana wilayahnya membentang luas sepanjang daerah Indonesia sekarang ini hingga Kamboja dan sekitarnya. Wilayah Ataladwipa memiliki lautan yang luas dan memiliki daratan sepanjang Kamboja hingga Pulau Lombok terus ke timur yang menjadi satu kesatuan.

Ataladwipa telah dihuni oleh banyak beberapa ras manusia (tidak hanya ras manusia seperti sekarang ini). Pembaca jangan kaget saat mendengar bahwa pada zaman peradaban Ataladwipa manusia yang hidup pada saat itu memiliki beragam ras dan tidak hanya ras manusia seperti kita ini. Di sini kita akan mendapatkan suatu kecocokan sejarah, bahwanya ras manusia dengan kulit ungu seperti Krisnha, yang merupakan Awatara Dewa Wisnu yang ada di Kisah Mahabrata, memang dulu pernah ada dan ras seperti itulah yang diperkirakan hilang semenjak Ataladwipa hancur.

Wilayah Ataladwipa dihuni oleh manusia-manusia yang memiliki kemampuan luar biasa. Manusia pada saat itu memiliki pengetahuan yang luar biasa maju di berbagai bidang. Manusia juga pada saat itu telah memiliki kemampuan spiritual yang luar biasa. Mereka dapat mempergunakan tubuh mereka dengan sangat baik.

Ataladwipa memiliki arsitektur bangunan yang mengagumkan dan bangunan-bangunan yang menjulang tinggi, bahkan jauh lebih mengagumkan dengan bangunan pencakar langit yang ada sekarang. Kereta-kereta terbang sudah ada pada zaman itu. Ataladwipa sangat makmur, indah dan berjaya pada zaman itu.

Namun, Kemakmuran yang demikian ternyata telah membutakan penghuni Ataladwipa.

Sifat congkak, tamak, dan buruk mulai menghinggapi para penghuninya, inilah yang kemudian menjadi titik awal akan kehancuran peradaban tersebut. Dikisahkan lagi bahwa Ataladwipa ditakuti oleh negara-negara lain yang ada di dunia pada saat itu. Hal ini menyebabkan Ataladwipa menjadi semena-mena dan menakutkan banyak negara lain. Perbuatan-perbuatan tersebut akhirnya terus menumpuk menjadi suatu karma yang tidak baik sehingga pada akhirnya Bathara Hyang Guru (Siwa) murka dan akhirnya mem-pralayakan (menghancurkan) Ataladwipa.

 

 

Pada saat pralaya tersebut, gunung-gunung berapi memuntahkan seluruh isinya dengan sangat luar biasa hebatnya. Gempa yang bersusulan dan tiada hentinya. Kehancuran ini akhirnya ditutup dengan naiknya air samudra yang akhirnya menyapu dan menenggelamkan Ataladwipa dan seluruh peradabannya.

Penulis sarankan pembaca untuk menyimak Film Layar Lebar yang berjudul “2012”, gambaran mengenai masa pralaya Ataladwipa dapat dibayangkan seperti itu. Letusan gunung berapi, gempa dahsyat dan ditutup dengan adanya tsunami merupakan gambaran umum dari punahnya suatu peradaban. Banyak keyakinan sering mengkisahkan mengenai kehancuran suatu peradaban yang ditutup dengan adanya tsunami dan memusnahkan hampir seluruh kehidupan, namun tetap menyisakan beberapa kehidupan untuk tetap melanjutkan kehidupan kembali dan memulai lagi dari awal.

Samudra menenggelamkan seluruh permukaan daratan. Pada guncangan pertama ini (empat belas ribu tahun yang lalu sejak saat dikisahkan oleh sang acharya), daratan mulai banyak yang tenggelam dan berkurang karena terendam oleh samudra. Banyak penduduk Ataladwipa yang meninggal dan masih beberapa yang tersisa. Kemudian, terjadi guncangan kedua (pada sebelas ribu tahun yang lalu sejak saat sang acharya berkisah) dan untuk ketiga kalinya (pada delapang ribu tahun yang lalu sejak saat dikisahkan oleh sang Acharya).

Bencana besar ini akhirnya benar-benar memusnahkan manusia-manusia dengan sifat yang tidak baik dan akhirnya menyisakan beberapa manusia dengan kebaikan yang kemudian akan melanjutkan kehidupan di dunia. Nusantara kemudian mulai stabil, namun akibat bencana tersebut, kesatuan nusantara akhirnya terpisah-pisah akibat adanya daratan yang tenggelam dan membentuk suatu gugusan nusantara yang jauh lebih mirip dengan sekarang.

Begitulah kisah mengenai sebuah peradaban kuno yang pernah dikisahkan saat zaman Majapahit. Peradaban tersebut sangat maju dan jauh lebih maju dari sekarang. Namun, akibat sifat buruk yang dimiliki oleh penghuninya, akhirnya peradaban maju ini musnah.

Setelah itu, mari kita lakukan pendekatan sederhana antara Kisah Ataladwipa dan Atlantis :

Pertama, Kisah mengenai keberadaan Ataladwipa di daratan Nusantara pada puluhan ribu tahun yang lalu memiliki suatu penjabaran ciri yang sangat mirip dengan Atlantis. Atlantis dikatakan sangat kuat pada saat itu dan memiliki ambisi untuk menyerang negara-negara lain. Plato menyebutkan bahwa Atlantis pernah berniat menyerang Yunani. Atlantis dimusnahkan oleh bencana alam dan akhirnya ditenggelamkan oleh samudra, dan begitu pula yang terjadi dengan Ataladwipa.

Kedua, Kita lihat secara harfiah, kata "atala" dalam ataladwipa dan "atlant" dalam atlantis memiliki kemiripan cara pelafalan namun ditulis secara berbeda. Penulis sendiri tidak heran jika kata atala dan atlant memiliki kemiripan cara pelafalan namun dengan tulisan yang berbeda, mengingat orang yang pertama kali menjelaskan mengenai keberadaan Atlantis adalah Plato yang sudah tentunya memiliki perbedaan cara lafal dan berbicara dengan orang timur (Nusantara).

Lalu, coba kita pisah kata “Ataladwipa” menjadi “Atala” dan “Dwipa”. Dwipa memiliki makna sebuah pulau. Jadi, Ataladwipa merupakan sebuah pulau yang bernama atala. Kemudian, bahwanya Atalantis secara harfiah memiliki berbagai nama lain sebagai berikut :“Atlantis, Atalantis, atau Atlantika (bahasa Yunani: Ἀτλαντὶς νῆσος, "pulau Atlas")” (www.wikipedia.com). Jadi jika dilihat secara harfiah, Atlantis dan Ataladwipa sebenarnya memiliki makna sebagai sebuah Pulau yang bernama Atala atau Atlas.

Jadi, kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa tanah kelahiran kita ini yakni Nusantara merupakan suatu tempat yang telah mengalami berbagai macam pergejolakan dan telah dihuni oleh sebuah peradaban nan maju dan hebat sebelumnya. Kisah Ataladwipa atau Atlantis yang memulai peradaban dari nol hingga akhirnya mencapai puncak kejayaannya dan akhirnya mengalami kemerosotan dan akhirnya hancur.

Hancurnya peradaban tidak akan memutuskan rantai kehidupan di dunia ini, karena kehancuuran tersebut akan menyisakan banyak sekali pembelajaran untuk kehidupan selanjutnya. Hal itu terbukti dengan berlanjutnya kehidupan di tanah nusantara hingga akhirnya kembali menemukan kejayaannya di zaman Majapahit. Namun, sekali lagi kita akan melihat suatu proses roda kehidupan bekerja, majapahit setelah menemukan masa keemasannya, akhirnya majapahit mengalami kemerosotan dan akhirnya hancur.

* * *

Di sini kita dapat petik suatu hikmah, bahwannya peradaban di dunia ini layaknya seorang manusia. Terlahir dari nol, manusia terus belajar untuk hidup hingga mencapai puncak keberhasilannya untuk hidup dan akhirnya akan menemukan titik kemerosotan dan akhirnya mati.

Perkembangan peradaban khususnya di Nusantara saat ini mungkin kita dapat katakan sedang mengalami kemerosotan.

Tapi, ingatlah bahwa adakalanya nanti peradaban kita ini akan bangkit kembali dan mencapai puncak keemasannya. Ingatlah kembali janji Sabda Palon yang penulis sempat sampaikan, beliau akan kembali nanti di Nusantara untuk mengembalikan kejayaan nusantara. Prediksi angka-angka tahun Saka dan Masehi mengatakan bahwa Saba Palon akan kembali pada tahun 2056, tetapi ini tetaplah sebatas sebuah prediksi.

Namun, jika memang ini benar terjadi pada tahun 2056, kita harusnya sadar dan berbangga diri karena kitalah sebagai generasi yang akan menghantarkan nusantara untuk mencapai punjak kejayaannya kembali nanti. Untuk itu, kita harus selalu meningkatkan pengetahuan kita dan kemampuan spritualitas kita. Seorang manusia akan dapat membuat suatu kesuksesan hanya dengan jalan menyeimbangkan otak dan hatinya (pengetahuan dan spritualitasnya).

 

Pustaka terkait :

Dos Santos, Arysio Nunes.2005.Indonesia - Atlantis The Lost Continent Finally Found.Atlantis Publications:Brasil
Shashangka, Damar.2011.Sabda Palon-Kisah Nusantara yang Disembunyikan.Penerbit Dolphin
Shashangka, Damar.2012.Sabda Palon-Roh Nusantara dan Orang-Orang Atas Angin.Penerbit Dolphin
Shashangka, Damar.2012.Sabda Palon-Roh Nusantara dan Orang-Orang Atas Angin.Penerbit Dolphin
Shashangka, Damar.2011.Darmagandhul-Kisah Kehancuran Jawa dan Ajaran-Ajaran Rahasia.Penerbit Dolphin

SUMBER: http://iwayanbayudiatmika.blogspot.com/2012/04/atlantis-dan-kisah-panjang-nusantara.html