Leak Bali! Sebagai masyarakat Bali maupun orang Indonesia, mendengar kata tersebut sudah tidak asing lagi rasanya. Penggambaran sosok berwajah seram bertaring dan kuku yang panjang seolah menunjukan figur leak sebagai setan. Yang kejam pula!

Masyarakat Bali sendiri selalu menganggap "leak" sebagai kata yang berkonotasi negatif tentang sebuah pencerminan kejahatan. Contohnya di generasi sebelum era facebook, handphone maupun televisi merajalela. Setiap ada petaka menimpa seseorang, "amah leak" (dimakan leak) adalah kata yang dengan mudahnya terlontar dari mulut warga. Jaman sekarang pun istilah itu masih digunakan walaupun perkembangan ilmu medis sudah sedemikian majunya. 

Apakah seperti itu adanya? Apakah benar itu perbuatan leak? Atau leak cuma kambing hitam, konspirasi jaman dulu yang selalu dipersalahkan atas petaka diluar kuasa manusia?

Disini saya akan menampilkan sebuah tulisan lama yang dibuat oleh I Gede Mahendra pada tanggal 18 Agustus 2004. Saat itu saya baru naik kelas 3 SMP. Tulisan ini saya kutip dari situs pemuda Bali dahulu, ILoveBlue.com yang sayangnya sampai sekarang masih mati suri. 

Isinya sebagaimana berikut ini.

* * *

Om Swastyastu,

Kepada semeton sami, terima kasih atas saran dan dukunganya tentang tulisan saya baru-baru ini. Dengan sangat kerendahan hati saya tidak bisa membalas satu persatu. Perlu juga diketahui semenjak sareng ring Hd net, email saya full terus, dan secara otomatis saya terbirit-birit harus ke warnet. Begitu juga uang kantong agak menurun. Ini dikarenakan "amah leak" hehehe... yah guyon sekedar pelepas stres.

PROSES nge-LEAK

Pada dasarnya ilmu ini sangat rumit dan rahasia sekali. Jarang seorang guru mau dengan terang-terangan memberikan ilmu ini dengan cuma-cuma. Begitu juga saya belajar dengan tiga guru dengan sangat susah payah harus ngesorang rage biar bisa diterima jadi murid. Dalam hal ini sebenarnya saya tukar ilmu dengan para guru saya, saya belajar ilmu Bali guru saya belajar ilmu versi India.

Sebelum belajar ilmu leak terlebih dahulu harus diketahui otonan (hari lahir versi Bali) orang tersebut. Hal ini sangat penting, karena kualitas dari ilmu yang dianut bisa di ketahui dari otonannya. Contoh, apabila murid mempunyai otonan SUKRA PON MEDANGSIA berarti dewanya adalah Brahma, otomatis karakter orang tersebut cendrung emosional dalam hal apapun dan digandrungi perempuan. Nah, sang guru harus hati-hati memberikan pelajaran ini kalau tidak murid akan celaka oleh ilmu itu sendiri. 

Setelah diketahui barulah proses belajar di mulai. Pertama-tama murid harus mewinten Brahma Widya, dalam bahasa lontar "ngerangsukan kawisesan", dan hari baik pun tentunya dipilih oleh sang GURU. Tahap dasar murid diperkenalkan dengan AKSARA WAYAH atau MODRE yang sifatnya baku. Selajutnya murid dirajah seluruh tubuhnya, dari atas sampe bawah oleh sang guru. Hal ini di lakukan di kuburan pada saat kajeng kliwon nyitan.

SUMPAH.

Selesai dari proses ini barulah sang murid sah diajar oleh sang guru. Ada 5 sumpah yang dilakukan di kuburan :

#1 Hormat dan taat dengan ajaran yang di berikan oleh guru

#2 Selalu melakukan ajapa-ajapa dan menyembah SIWA Dan DURGA dalam bentuk ilmu kawisesan,

#3 Tidak boleh pamer kalau tidak kepepet, selalu menjalankan dharma,

#4 Tidak boleh makan daging kaki empat, tidak boleh bersetubuh

#5 Tidak boleh menyakiti atau dengan carapapun melalui ilmu yang kita pelajari.

Mungkin karena peraturan nomor empat ini sangat sulit akhirnya kebanyakan ilmu ini dipelajari oleh perempuan, sebab perempuan lebih kuat menahan nafsu birahi dibandingkan laki-laki. Di Bali yang namanya Rangda selalu indentik dengan wajah seram, tapi di Jawa di sebut rondo yang berarti janda. Inilah alasan mengapa dahulu para janda lebih menguasai ilmu pengeleakan. Wanita lebih kuat nahan nafsu. Pada dasarnya kalau boleh saya katakan ilmu ini berasal dari tanah Jawa.

TINGKATAN PELAJARAN.

Tingkat satu kita diajari bagaimana mengendalikan pernafasan, di bali dan bahasa lontar di sebut MEKEK ANGKIHAN, atau PRANAYAMA.

Tingkat dua kita diajarkan visualisasi, dalam ajaran ini di sebut "NINGGALIN SANGHYANG MENGET"

Tingkat tiga kita diajar bagaimana kita melindungi diri dengan tingikah laku yang halus serta tanpa emosi dan dendam, di ajaran ini di sebut "PENGRAKSA JIWA".

Tingkat empat kita di ajar kombinasi antara gerak pikiran dengan gerak tubuh, dalam bahasa yoga di sebut MUDRA. Karena mudra ini berupa tarian jiwa akhirnya orang yang melihat atau yang nonton dibilang nengkleng(berdiri dengan satu kaki). Mudra yang kita pelajari persis seperti tarian Siwa Nata Raja.

Tingkat empat barulah kita diajar meditasi, dalam ajaran pengeleakan disebut "NGEREGEP", yaitu duduk bersila tangan disilangkan di depan dada sambil mengatur pernafasan sehingga pikiran kita tenang.

Tingakat lima kita di ajarkan bagaimana melepas roh (MULIH SANGHYANG ATMA RING BAYU SANDA IDEP) melalui kekuatan pikiran dan batin. Dalam bahasa sekarang disebut LEVITASI, namun berada di luar badan. Pada saat levitasi kita memang melihat badan kita terbujur kaku tanpa daya namun kesadaran kita sudah pindah ke badan halus. Disinilah orang disebut berhasil dalam ilmu leak. Namun ini cukup berbahaya kalau tidak waspada dan kuat iman, kita bisa tersesat di alam gaib. Karena kalau sampai lama tersesat bisa mati. Ini disebut mati suri. Maka Bhagawadgita benar sekali saat mengatakan, "apapun yang kamu ingat pada saat kematian ke sanalah kamu sampai, dan apapun yang kamu pikirkan begitulah jadinya."

Tentu dalam pelajaran ini sudah pasti dibutuhkan ketekunan, puasa, dan amal baik, sebab ilmu ini tidak akan berhasil bilamana pikiran kita menyimpan dendam, apalagi kalau tujuannya tidak baik. Saya yakin tidak akan mencapai tujuannya. Kendati demikian godaan selalu akan datang, seperti nafsu seks meningkat. Ini alasanya mengapa tidak boleh makan daging kaki empat, dan kita diajurkan tidur di atas jam 12 malam agar kondisi agak lemah sehingga nafsu seks berkurang.

Celakanya apabila kita melepas roh saat lewat di rumah tetangga yang sedang mempunyai bayi, otomatis bayi tersebut pasti terbangun dan menagis teriak-teriak. Hal ini disebabkan daya tangkap gelombang bayi masih sangat peka. Bayi tersebut sebenarnya tidak takut, sekedar kahet karena merasakan "tabrakan frekuensi" tiba-tiba. Maka dari itu dalam dunia leak, ada aturan yang menyatakan dilarang keras melewati atau berada dalam keluarga yang mempunyai bayi untuk melepas roh (nglekas)

Nah, bagi yang jahil tidak tertutup kemungkinan melepas roh dan mondar mandir di depan rumah orang yang punya bayi, ini yang sering terjadi di Bali. Apalagi ada orang sakit keras, kita iseng lewat atau sekedar jenguk melalui roh sudah dipastikan orang tersebut kaget dan bisa jadi denyut jantung berhenti, alhasil mati. Inilah hal-hal yang oleh orang awam dikatakan bahwa leak itu jahat. Maka dari itu sang balian yang bijak akan memagari rumah orang sakit atau yang punya bayi itu dengan aksara tertentu, yang artinya sebagai simbol "PARA PENGANUT LEAK DILARANG MASUK !!!". Apabila ini dilanggar maka perang atara leak dan balian pun terjadi, masalah kalah dan menang tergantung siapa yang mumpuni. Nah inilah yang sering terjadi di Bali yang di sebut dengan siat peteng. Pada umumnya pihak leak yang sering kalah, sebab leak tidak mempelajari ilmu menyerang. 

 

Leak sangkep?

Kata ini juga sering kita denger sehingga timbul pertanyaan, apakah leak ada rapatnya, atau reuni, hehe! Begini, dunia leak itu seperti perkumpulan spiritual. Pada hari-hari tertentu (umumnya kajeng kliwon), kaum leak mengadakan puja bakti bersama memuja Siwa, Durga, maupun Berawi. Biasanya dilaksanakan di Pura Dalem atau di kuburan. Bentuknya ndihan alias cahaya, bukan kera, anjing, dan lain-lain. Saya tekankan sekali lagi. Ilmu leak bukan ilmu merubah wujud, jadi kalau ada yang bilang melihat leak berbentuk hewan jejadian, sebenarnya mereka sedang kena sihir, akibat biasa nonton acara mistis murahan di televisi.

 

Semua Bisa Dipengaruhi Leak?

Baru-baru ini saya di-shooting oleh stasiun televisi swasta Jakarta sebagai uji coba bisa leak direkam oleh kamera. Saya tahu beberapa orang yang mencela serta apiori dengan ilmu leak, terutama kru TV tersebut. Disinilah kelemahan orang tersebut bagi saya. Saya suruh mereka menatap mata saya, dan saya merapal baca mantra... ABRAKEDABRA! Tiga kru TV ITU lari sambil menjerit. Katanya mereka melihat saya kayak patung Rangda, yang kebetulan sebelum shooting saya ajak ke Pasar Sukawati untuk lihat-lihat patung-patung meyeramkan itu, haha! Ada lagi tiga orang yang saya tahu imannya cukup bagus, jadi mereka melihat saya biasa-biasa saja.

Makanya tidak gampang ngeleakin, apalagi orang tersebut kuat iman, rajin meditasi, dan berdoa. Sampai berbuih pun mulut kita komat-kamit baca mantra, gak bisa bikin takut. paling-paling diledekin, kok tidak berubah. Tidak setiap orang mampu melihat leak dan tidak setiap leak punya kuasa atas diri orang lain.

Jadi demikian semeton yang bisa saya sampaikan, mudah mudahan tulisan ini menambah wawasan di bidang ilmu leak sehingga besok-besok kita tidak milu-milu tuwung, ikut-ikutan mengatakan leak itu jahat. Seperti kata semeton juga, YA SAKTI SANG SAJANA DARMA RAKSAKA, orang yang bijaksana pasti berpegang teguh pada dharma, dan orang yang berpegang dharma sudah pasti bijaksana. Orang yang sakti belum tentu suci hatinya, namun orang yang suci sudah pasti sakti tingkah lakunya. Sebuah lentera akan padam apinya apabila minyaknya mengering. Namun jangan pernah padamkan api rohani dan kebersamaan melalui persahabatan.

Akhir kata, saya mohon maaf apabila dalam tulisan ini ada kekurang atau dalam penjelasan saya ada yang tidak patut mohon di maafkan. Kritik dan saran tiang sangat nantikan.

Guru Krphi Kevalam...

OM Loka samastha sukhino bhawantu om.

 

 I Gede Mahendra

* * *

Bagaimana semeton sekalian?

Memang segala yang berkaitan dengan spiritual susah dilogikakan mari kita kaji dengan logika sederhana. Namun, pengeleakan bukanlah sebuah ilmu hitam.

Bukan? Ya, bukan.

Perlu ditegaskan adalah sebenarnya tidak ada yang namanya ilmu hitam, yang ada hanya ilmu. 

Kenapa? Mari kita renungkan. Pengeleakan, jika diperhatikan, tidak ada bedanya dengan ilmu Fisika, ilmu Kimia, ilmu Akuntansi. Yang membuat Fisika dan Kimia menjadi sebuah bom nuklir, yang membuat Akuntansi menjadi korupsi, yang membuat pengleakan menjadi alat melukai tidak lain adalah si aplikannya, orang yang mengaplikasikan ilmu-ilmu tersebut. Jadi kenapa tega menganaktirikan dan apriori pada Ilmu Pengeleakan? Perlukah ilmu leak dilestarikan? Sebuah ilmu sakral yang original dari kesusastraan kuno Indonesia yang menawarkan berbagai kebijaksanaan hidup.

Saya rasa itu cuma pertanyaan retorikal.