Mengenal istilah kidung atau dalam Agama Hindu sering disebut sebagai nyanyian suci yang biasa dinyanyikan untuk berbagai rangkaian upacara yang ada di Bali . tahukah kamu bahwa kidung mempunyai banyak jenis ? bagi orang yang awam dengan nyanyian suci ini terkadang menganggap bahwa nyanyian suci ini sama saja dan biasanya dinyanyikan saat upacara piodalan . namun sebenarnya banyak sekali jenis-jenis nyanyian suci dalam Hindu khususnya yang ada di Bali .

Dalam kidung itu sendiri dibagi menjadi Kidung Dewa Yadnya, Rsi Yadnya, Bhuta Yadnya , Manusa Yadnya , dan Pitra Yadnya  .

Jenis nyanyian suci Hindu lainnya juga ada berbagai macam seperti pupuh/geguritan , kekawin, palawakya, dan sloka dimana masing-masing nyanyian itu juga memiliki jenis spesifikasi yang berbeda .

Sering kita lihat bersama bahwa setiap upacara yadnya yang ada di Bali, nyanyian ini kebanyakan dinyanyikan oleh para orangtua dan jarang sekali anak muda ikut melantunkan kidung ini .

Lantas apakah kidung hanya boleh dinyanyikan oleh para orangtua?

Adakah ruang bagi generasi muda untuk mempelajari lebih dalam tentang nyanyian suci ini ?

Atau minat generasi muda sudah tidak ada didalam mempelajarinya?

Sesungguhnya , kidung merupakan salah satu jenis budaya yang secara turun temurun dipakai oleh umat Hindu untuk mengiringi suatu upacara . Ada kidung yang memang sakral dan ada juga kidung yang dinyanyikan hanya untuk pertunjukan /hiburan .

Generasi muda sebagai garda terdepan dalam pelestarian budaya ,termasuk budaya mekidung ini sendiri memiliki tugas yang amat berat kedepan , karena minat generasi muda sangatlah sedikit dalam mempelajari kidung  .

Pemerintah sebenarnya sudah membuatkan wadah kepada generasi muda untuk bisa menunjukan bakat dan talenta mereka dibidang kekidungan ini dalam perhelatan Utsawa Dharmagita baik yang diselenggarakan dari tingkat Desa,Kecamatan,Kabupaten , Provinsi , bahkan Nasional . penyelenggaraan Utsawa Dharmagita ini biasanya rutin dilakukan setiap tahun dengan anggaran yang sudah ditetapkan oleh pemerintah sebagai agenda tahunan . namun dalam pelaksanaan nya terkadang masih sulit untuk mencari generasi muda yang mau bergabung dan mengikuti perhelatan ini . terkadang juga ada yang hanya sekedar mengikuti kegiatan Utsawa Dharmagita tapi setelahnya tidak ada lagi proses latihan berkelanjutan sehingga generasi muda yang telah ikut terjun didalamnya mengalami stagnan .

Hal ini sebenarnya terjadi karena mekidung masih dianggap sebelah mata dan dianggap sebagai suatu aktivitas yang dilakukan oleh para orangtua dan cenderung monoton serta membosankan disetiap latihan nya, jika dikaitkan dengan bahasa millenial , maka para generasi millenial ini sering disebut “gengsi” dalam mempelajari lebih dalam aktivitas mekidung ini sendiri.

Lantas apa yang harus dilakukan ?

Dalam tatanan kehidupan masyarakat Bali , sebenarnya adanya aktivitas mekidung merupakan penting dalam setiap agenda upacara yadnya khususnya yang ada di Bali sehingga apabila tidak diberikan inovasi didalamnya ,maka lambat laun budaya ini akan ditinggalkan apalagi dijaman sekarang ini sudah banyak kidung yang direkam dan dipublikasikan serta bisa diakses dengan mudah jadi membuat minat generasi muda mempelajarinya jadi semakin menipis karena dianggap sudah ada rekaman yang bisa diputar untuk mengiringi setiap kegiatan keagamaan.

Selain pemerintah membuat perhelatan Utsawa Dharmagita , seluruh komponen masyarakat juga bisa ikut andil didalam pelestarian kekidungan ini , salah satu contohnya adalah dengan membuat kelompok belajar bersama yang khusus mempelajari kekidungan secara mendalam dan memberikan ruang untuk generasi muda tampil disetiap upacara keagamaan yang menggunakan kekidungan . Adanya challenge ataupun ajang perlombaan yang bersifat online juga bisa menjadi suatu pemacu minat generasi muda dalam mempelajari kidung dimana generasi muda dengan mudah mengikuti ajang perlombaan online tersebut dan enjoy menjalaninya . Dalam hal ini,  Penting juga adanya pendamping yang akan terus memantau setiap perkembangan dari para generasi muda yang telah mempelajari kekidungan ini secara mendalam sehingga terbentuk generasi muda yang berbudaya dan tetap melestarikan segala jenis kekidungan dan nyanyian suci khususnya yang ada di Bali .